"Ya, kakak."
Gadis berambut merah kecokelatan itu menghela napas gusar di depan pelayan pribadinya. Hal itu membuat Sherly semakin cemas, pelayannya itu mulai berbikir Nona yang ia asuh banyak sekali berubah.
"Nona, apa kau tak apa?"
"Apa maksudmu, Sherly, kenapa semua orang di Mansion ini selalu menanyaiku apakah aku baik-baik saja..." gadis bermata emerald sekarang berjalan menuju ke arah kamarnya.
"S-sebenarnya, kami sangat khawatir..."
Berbalik, "benarkah?" matanya menunjukan makna, "terima kasih banyak karena sudah khawatir dengan Ophelia..."
"Apa yang kau katakan, Nona?"
Tercekat, "Ah, t-tidak... Aku akan masuk dan beristirahat... Aku juga akan ganti baju, aku tidak nyaman menggunakan gaun ini sedari tadi."
"Baiklah, Nona," pintu tertutup, Sherly pun keluar dari kamar Ophelia.
Violet menggunakan tubuh tokoh utama wanita, berbaring di kasurnya, helaan napas tanpa sengaja terus terdengar sampai-sampai dia tidak menyadarinya.
"Aku ini sedang apa... Bosan sekali. Ku pikir aku akan langsung menyelesaikan masalah Ophelia dengan cepat, akan tetapi ini sama sekali tidak berjalan dengan lancar. Tidak ada kasus apapun, apakah Putera Mahkota itu sedang berkencan dengan Theresia? Atau mereka---"
Pikiran Violet terus saja berputar-putar, tidak jelas arahnya kemana, tujuannya seperti tidak terlaksana dengan baik. Dirinya kini mulai bosan, untuk apa masuk ke dunia novel? Dia hanya merasakan kekosongan, tidak ada yang menarik sama sekali di matanya saat ini.
"Kakak kedua tokoh utama mengajak untuk pergi keluar... Biasanya Ophelia hanya akan ke cafe atau butik jika bersama Lyon, berbeda dengan kakak pertamanya... Kesempatan buatku untuk meminta Lyon berkeliling."
***
Suhu udara di Ibu Kota Oriana terasa dingin, Ophelia keluar hanya menggunakan pakaian biasa tanpa syal ataupun sarung tangan, hal itu disadari oleh kakak keduanya.
"Ophelia, kenapa kau hanya memakai itu? Apa tidak dingin?"
"Astaga, dia sadar adiknya pasti kedinginan," dalam hati Violet, "tak apa, Kak. Aku sudah terbiasa."
"Apa para pelayan yang membuatmu seperti ini?"
Gadis berambut merah kecokelatan itu hanya terdiam, dirinya malas untuk menjelaskan hal yang sudah sering terjadi tanpa sepengetahuan kakak kedua atau pertamanya itu.
"Kenapa kau tidak mau bicara, Opheli..."
"..."
Lyon mulai pasrah adik kecilnya seperti itu, "baiklah, terserah kau saja, sebentar lagi kita akan sampai."
Ophelia menoleh dan bertanya pada kakak keduanya, "kita akan kemana memangnya?"
"Cafe kesukaanmu."
Tersenyum, "kakak, kau terlalu baik padaku."
***
Sesampai di cafe, Lyon terkejut sampai tidak percaya, sudah 2 tahun dirinya mengajak Ophelia ke cafe kesukaannya, namun selera makanan yang di pilih adik kecilnya itu berubah, dia jadi seperti kena cultural shock.
"E-anu.. Ophelia.... Sejak kapan kau menyukai Dark Chocolate...?"
Gadis berambut merah kecokelatan itu sedang memotong kue cokelat sebesar satu gigitan, gadis bermata emerald yang ada dihadapan laki-laki bersurai singa itu seperti tak makan selama beberapa hari.
"Maaf, Kakak tadi mengucapkan sesuatu padaku?" tidak memperhatikan.
"T-tidak... Itu, sejak kapan... Dirimu suka Dark Chocolate...." sambil melirik kue yang dimakan Ophelia.
"Sejak kapan?? Sejak... Sepertinya sudah lama aku suka Dark Chocolate. Kenapa kakak baru tahu sekarang?"
"B-begitukah? Tapi selama ini yang kau pesan adalah Kue Strawberry dengan cream lembut diatasnya..." menjelaskan.
["Ya ampun Violet, apa yang kau lakukan?!"] dalam hati.
Lyon makin terkejut saat melihat adik kecilnya itu tiba-tiba menepuk jidat dengan keras, "Hei, kenapa? Kau sakit, Ophelia?" khawatir.
["Aku ini sudah menjadi Ophelia! Kenapa baru sadar memesan Dark Chocolate bukannya Strawberry?!"]
"Ugh... Itu, y-ya! Aku sudah suka Dark Chocolate sejak lama, Kakak... Haha, akan tetapi saat bersamamu yang ku makan adalah Strawberry!" mencoba untuk meyakinkan Lyon dengan alasan seadanya.
"Apa itu benar? Jadi selama ini kau juga suka Chocolate, ya."
Ophelia melihat kerumunan di depan cafe yang sedang ia kunjungi bersama kakak keduanya, seseorang yang populer pasti sedang melewati jalan disana, terlihat sangat jelas beberapa Lady dan juga para pria ingin melihat sosok itu.
"Sialan, mengganggu waktu tenangku saja." Ucap Lyon.
"???" manik hijau emerald Ophelia mengecil, "A-apa yang dia katakan," bergumam.
["Setahuku Lyon tidak akan mengucapkan kata-kata seperti itu di depan adiknya."]
Kerumunan yang ada di depan cafe itu lama-kelamaan makin mendekat ke arah pintu. Terlihat gaun merah yang dikenakan berhias batu ruby cantik gemerlap dari balik krumunan yang ramai.
Wajah wanita itu tertutup dengan kipas yang ia bawa, dan hanya menyisakan bagian mata untuk di lihat. Gadis berambut merah kecokelatan menyipitkan matanya.
"Bukankah itu Theresia? Ada perlu apa dia datang kemari," dalam hatinya, diam.
"Hei, bukannya itu Puteri tertua Count Marion?" Lyon melirik wajah adik kecilnya yang terdiam di depannya.
"Opheli, kau tak apa?" tanya sang kakak kedua.
["Aku sedang tidak mau berurusan dengan cabai itu."]
Lady yang mengenakan gaun merah yang tak lain adalah Theresia dari kejauhan tampak menghampiri Ophelia, dan juga kakak keduanya, Lyon.
"Oh? Puteri Duke Asclepias juga sedang ada disini ya..? Apakah aku menganggu waktu bersantaimu?" Sok-sokan merasa bersalah.
["Lihat, niat busuknya itu sudah kelihatan sejak awal."]
"Ahahaha.... Tidak puteri... Apakah kau datang kemari ingin bersantai juga?"
"Oh... Tentu saja, akan tetapi waktuku terpakai setelah Putera Mahkota menemuiku siang tadi... Ohoho, sayang sekali... Padahal aku ingin bergabung bersama denganmu..."
["Ck, dasar wanita licik."]
"Astaga..." pura-pura kaget, "Tuan Muda kedua Duke... Aku pikir kau siapa tadi."
"Apa matamu tak bisa melihat, Lady? Aku sudah lama duduk di samping Ophelia."
"Maafkan aku karena tidak melihatmu... Ku pikir kau adalah pria itu."
"Pira... Itu?" Lyon mencoba memancing ucapan Theresia.
"Um... Bagaimana ya..." ia menaruh jari telunjuknya tepat di bawah bibir sekitar dagu, "bukankah Puteri Duke kemarin pergi bersama dengan seorang pria? Setahuku itu bukan Putera Mahkota..." kencang.
Khalayak ramai di sekitar cafe itu mendengar apa yang di ucapkan Theresia pada Puteri bungsu Duke, yang tak lain adalah calon tunangan dari Putera Mahkota.
Bising, "apa? Ya ampun apa itu benar? Puteri Duke pergi bersama pria lain?"
Bisik-bisik, "sstt, padahal mereka sebentar lagi akan bertunangan tapi--"
["Mainmu boleh juga, cabai kriting! Mengucapkan kata-kata yang dapat membuat orang salah paham di depan umum."]
"Apakah itu benar, Opheli?" Lyon melirik ke arah gadis berambut merah kecokelatan.
"..." menghela napas, ".... Ucapannya tak salah, itu benar."
Menyeringai puas, "apa kau dengar yang diucapkan oleh adikmu, Tuan Muda Duke? Yang Mulia pasti sangat kecewa Anda berbuat seperti itu, Puteri..."
Lyon hanya terdiam, Ophelia juga hanya melihat kedua orang ini bicara.
"Siapa nama p9ria yang sudah kau kencani kemarin itu, Puteri?" senyum.
Tertawa dengan anggun, "Maafkan aku... Lady. Akan tetapi aku tidak bisa memberi tahumu soal itu, ini urusan pribadiku apakah kau perlu mengetahuinya?"
Wajah kakak kedua Ophelia terlihat sangat terkejut, ekspresi melongonya itu sudah tidak bisa ditutupi lagi dengan apapun.
"Hhhaah--" tak bisa berkata-kata, "aku hanya ingin tau siapa pria yang menarik hati Puteri Duke selain Putera Mahkota," membuka lipatan kipas dengan kasar.
"Yang jelas dia adalah pria baik-baik," memejamkan mata sambil tersenyum.
Dengan segera gadis berambut merah kecokelatan yang memiliki mata secantik emerald itu berdiri dari tempat ia terduduk.
"Apakah kau puas, Lady Theresia?" gadis berambut merah kecokelatan menyentuh lengan atas kakak keduanya, "Kakak, ayo kita pindah ke tempat lain, aku ingin segera menyuci mataku."
"A-apa katamu, Ophelia?" masih kaget.
Ophelia maju selangkah untuk mendekati Puteri Sulung Count Marion, lalu berbisik sebelum pergi meninggalkan cafe itu bersama kakak keduanya, Lyon.
Kali ini dia berbicara bukan sebagai Ophelia Violetta, melainkan bicara sebagai Violet dari masa depan, "aku sudah muak melihat Tokoh Utama terus dipermainkan seperti ini, semuanya karena ulahmu dasar cabai kriting."
Pupil cokelat milik Theresia seketika mengecil saat mendengar kalimat itu keluar dari mulut Ophelia yang terkenal lugu, dan juga naif.
"Kakak, ayo kita pulang saja, aku sudah kehilangan mood untuk cuci mata."
Lyon hanya diam dibelakang adik perempuannya. Yang ia lihat hanyalah gadis cilik dengan rambut merah kecokelatan panjang, dan bereglombang.
Ophelia menoleh ke arah belakang, "Kakak sedang apa? Ayo kita pergi."
"Oh--" tersadar dari lamunannya, "Iya, ayo."
"Senang bisa bertemu denganmu, Lady... Kami akan segera pergi," Lyon memberikan salam perpisahannya pada Theresia.
"Telingaku tidak bermasalah kan? Yang tadi itu Ophelia?" tertawa terbahak-bahak, "muak??? cabai kriting??? Hahahah, yang benar saja--" dirinya merasa sudah dipermalukan.
"Dasar," Theresia merasa kesal, "lihat saja apa yang bisa kau lakukan untuk melawanku."
***
["Dasar gila, kenapa kau langsung pergi tanpa mengucap salam! Ophelia pasti harus masuk kelas tata krama jika Lyon memberitahukan soal kejadian tadi pada Tuan Duke."]