"Dari mana saja kau?" tanya-nya kepada seseorang itu.
"Hanya ingin tahu, atau ingin tahu sekali?" balasnya.
"Dua-duanya."
"Apa...? hanya boleh memilih satu, hihihi."
***
Sebelumnya,
Ophelia Violetta, Puteri dari seorang bangsawan ternama, Tuan Duke Asclepias. Di sebuah café yang terletak di Ibu Kota, dirinya pergi menyusul Kakak Pertamanya, Orion. Niat ingin meminta bantuan pada kakaknya, namun dia malah terjebak, dan mengurungkan niatnya itu untuk bicara.
Di hadapan dua orang pira, satu Kakak Pertamanya, satu lagi rekan kerja Kakaknya, dirinya tak tau harus berbuat apa sekarang, padahal sebelum keheningan ini terjadi, Ophelia yang kerasukan Violet dari masa depan ini sangatlah ceria dan juga cerewet pada Kakaknya Pertamanya, Orion.
Sedaritadi mereka hanya diam-diam saja sampai-sampai gadis berambut merah kecokelatan itu merasakan hawa dingin di sekitarnya.
"Sampai kapan ini akan terjadi, aku tidak bisa lari di tengah-tengah pertemuan mereka... Saat ini aku tidak mempunyai ide bagus untuk di lakukan," dalam hatinya.
Tiba-tiba lamunan gadis berambut merah kecokelatan itu terpecah saat rekan kerja Kakak Pertamanya, Jacklandro, memuji kecantikan dirinya.
"Hei, Ori- Tidak. Maksudku... Tuan Muda Duke, adikmu Cantik, ya? Seperti yang di katakan orang-orang," pujinya.
"Siapa yang bilang kalau Lia itu jelek?"
"Tentu saja aku tidak tahu, bukankah begitu, Puteri?"
Gadis dengan rambut panjang itupun langsung tersipu, "a-apa? Kenapa mendadak mengatakan hal ini?!" screaming inside.
Seumur hidup Violet, tidak ada yang mengatakan bahwa dirinya cantik ataupun menawan, orang-orang di sekitarnya hanya memandang dia lewat statusnya saja, dia pikir kalau dirinya itu jelek, dan uang adalah jalan satu-satunya untuk dirinya bertemu dengan yang lainnya.
Kehidupan Violet saat di tahun 2018 sangatlah bergelimpang harta, sebenarnya dia adalah anak dari pemilik rumah sakit ternama, akan tetapi setelah dirinya beranjak dewasa menginjak umur 19 tahun, gadis berambut merah kecokelatan ini mulai berkuliah, dan memutuskan hidup sendiri jauh dari orang tuanya.
Mengetahui hal itu, tentu saja sebagai anak dari orang kaya Violet banyak di dekati oleh manusia-manusia yang menggunakan topeng berkedok 'teman'. Gadis yang dulunya belum genap berumur 19 tahun masih saja menganggap mereka sebagai teman sungguhan, karena dirinya memang tidak tau mana yang sungguhan berteman, dan mana yang bukan.
Tak hanya itu, pernah satu kali seorang cowok mendekati gadis berambut merah kecokelatan ini, karena memang pada dasarnya Violet orang yang keras kepala, dan juga tidak segan-segan melawan, cowok itupun kapok mendekatinya lagi.
Dia sedikit demi sedikit mengerti bagaimana caranya bertahan hidup setelah berpisah dengan orang tuanya. Uang memang cara paling ampuh untuk membuat segalanya terasa gampang, namun ketenarannya karena uang itu membuat dirinya tak sadar akan keadaan sekitar.
Gadis yang kini genap berumur 19 tahun mengerti, bagaimana dirinya harus menggunakan uang dengan sebaik-baiknya. Dirinya tak mau lagi di bodohi oleh kata teman, ataupun cowok buaya yang hanya ingin memoroti dirinya saja.
Setelah berkuliah, dirinya sangat berhemat, bahkan jika dia harus membaca buku ke perpustakaan di pinggir jalan itu, dirinya tidak sanggup membeli karena memang uangnya habis untuk biaya masuk kuliah.
Sekarang ini, dirinya hanya bisa pasrah karena sudah terjebak dalam novel yang dia baca saat memasuki perpustakaan itu, takdir yang di luar dugaan. Semua itu kini sudah menjadi bubur, dirinya tak tahu bagaimana caranya keluar dari sini, lebih tepatnya Violet belum mencari cara bagaimana dia bisa keluar dari tubuh Ophelia Violetta, sang tokoh utama wanita dalam buku 'Unrequited Love'.
Sebuah tawa kecil kini terdengar sampai ke telinga rekan kerja Kakak pertamanya, Jacklandro Apallo merasa bingung kenapa adik dari rekan kerjanya itu tiba-tiba tertawa sendiri.
"Kau kenapa, Lia?" tanya Kakak Pertamanya, Orion.
"Ahaha... Lucu sekali..." dalam hatinya, gadis berambut merah kecokelatan itu kemudian menutup mulutnya menggunakan tangan karena tidak sanggup menahan malu ketika dirinya dulu hidup seperti itu.
["Kalau di ingat aku ini memang menyedihkan, bagaimana jika takdirku masuk ke novel ini karena agar menjadi orang yang lebih baik lagi?"]
"Tidak apa-apa, Kakak... Tuan Jacklandro, aku sangat senang kau mengucapkan kata-kata itu padaku, terima kasih banyak," Ophelia kemudian tersenyum manis di hadapan rekan kerja Kakaknya itu, dan berkata kalau dialah orang yang pertama kali mengatakan kalau dirinya itu cantik di depan matanya sendiri.
Ekspresi wajah Orion langsung berubah drastis tak terkontrol, seakan mengatakan sesuatu dengan matanya itu pada Jacklandro, jikalau kasih sayangnya itu terebut 'awas saja kau nanti'. Kobaran api di alis pria dengan mata moonstone itu tak main-main membuat Jacklandro merinding.
Menelan ludah, "s-sebuah kehormatan, Puteri... S-syukurlah aku orang pertama yang... M-mengatakannya, hahaha," Jacklandro tertawa canggung sekali.
Sudah satu jam berlalu, Ophelia ingin segera pergi, namun selalu di tahan oleh Kakaknya, Orion. Sampai-sampai dirinya memesan dark chocolate lagi, Orion jelas terkejut seperti Lyon, sejak kapan adiknya menyukai chocolate?
"Fyuh... Kakak, aku kenyang, bisakah aku pergi?" berbisik.
"Siapa yang menyuruhmu menyusul Kakak kemari? Tetap di sini sampai Kakak selesai, kita akan pulang bersama," Orion mengatakan itu dengan suara lantang, hal tersebut tentu membuat rekan kerjanya menyadari kalau adik perempuan Tuan Muda Pertama Duke tidak betah berada di antara mereka terlalu lama.
"Astaga, apakah dia sengaja?!" dalam hati gadis berambut merah kecokelatan itu, diapun langsung menarik baju Kakaknya, Orion, sambil menatapnya penuh dengan beban, "baiklah," nada terpaksa.
Ophelia Violetta merasa bosan, dan canggung, tidak ada yang perlu di katakan, dirinya hanya diam. Setelah percakapan itu, gadis berambut merah kecokelatan ini meminta izin pada Kakak Pertamanya, Orion untuk pindah meja. Jadi, sekarang Puteri bungsu Duke hanya duduk sendirian memisahkan diri dari dua orang pria di sana, di café yang ia kunjungi untuk menemui Kakak Pertamanya itu.
Memainkan sendok di atas kue dark chocolate yang ia pesan, "ya ampun aku bosan. Sherly tidak ada di sini.... Ah, kenapa tadi aku pergi sendiri?" menyesal di akhir.
Menghela napasnya, di tengah-tengah dirinya sedang mengeluh, gadis berumur 19 tahun itu melihat pelayan pribadi Kakak Pertamanya, Audrey, sedang sibuk mengusir sesuatu di luar café.
Violet yang ada di tubuh pemeran utama wanita ini tertarik, dan memang... Karena sangat bosan berada di dalam, dan tak tau apa yang akan dia lakukan selama itu, dirinya pun datang menghampiri Audrey di sana.
"Kau sedang apa?" bertanya.
Gadis berambut merah kecokelatan ini mengejutkan kesatria wanita pertama yang di miliki oleh Keluarga Duke, sehingga membuat denyut jantungnya berdegup kencang.
"Nona Ophelia!" berteriak.
"Astaga, kau membuat telingaku sakit, Audrey."
"M-maafkan aku, Nona Ophelia. Tiba-tiba saja Nona ada di sampingku, siapa yang tidak terkejut jika melihatnya..."
"Oh My God... Siapa dia?" Ophelia yang mengenakan gaun berwarna biru, dan ungu itu berjongkok.
"Apa yang Nona lakukan? Tolong, jangan di sentuh," Audrey melarang adik perempuan majikannya itu untuk menjaga jarak.
"Kenapa? Dia kan bukan virus, dan ku lihat kau selalu mengusirnya keluar ketika dia hendak memasuki café ini."
"Dia sangat dekil, dan juga tak terawat, dan ku lihat dia terus saja memandangi Nona dari luar, itu membuat diriku merasa khawatir, jadi aku mencoba untuk mengusirnya dari sini, akan tetapi terlalu sulit untuk di lakukan, dia terus saja berdiri di situ," ucap pelayan pribadi Orion, sekaligus kesatria wanita Keluarga Duke Asclepias.
"Aku akan membawanya pulang."
"A-apa katamu, Nona?" terkejut.