Gadis berambut merah kecokalatan mulai membuka gulungan kertas yang ia pegang. Alisnya naik turun bergantian, kedua bola mata emerald-nya bergerak ke kanan dan ke kiri mengikuti tulisan yang ada.
Setelah lima menit membaca, ia tidak mendapati apapun disana. Gadis itu terlihat kebingungan malah, dan bertanya-tanya, sebenarnya apa yang penting dari isi kertas yang ia curi dari tenda pertambangan milik Kakak Pertamanya itu.
"Hah?" mungkin kata inilah yang akan keluar dari mulutnya sekarang.
Dia membaca ulang dari atas untuk memastikan, rasa ingin tau Violet ternyata cukup tinggi. Namun, ia tidak menemukan informasi lebih.
"Isi kertas ini hanya perencanaan pembangunan pabrik perhiasan di Oriana?"
Gadis itu merenung, "Hm... Akan tetapi ini lumayan juga, perencanaan pabrik perhiasan... Ya? Memanggilku cukup menarik jika dipikirkan ulang."
Ophelia, gadis itu baru saja akan melanjutkan kalimat bacaannya, namun belum sempat dirinya melihat tulisan di kertas yang ia pegang, sebuah panggilan datang kepadanya."
"Kepada Tuan Puteri Ophelia Violetta, Anda dipanggil oleh Tuan Besar Duke untuk segera pergi ke ruanganya," satu orang pelayan masuk dan memberitahukan perintah Tuan Duke pada gadis berambut merah kecokelatan yang sedang berada di kamarnya.
Gadis berambut merah kecokelatan yang tak lain adalah Ophelia itupun langsung buru-buru menyembunyikan kertas yang ia ambil ke dalam laci meja riasnya.
Waktu di Negeri Oriana ini sudah hampir menunjukan pukul 21.00, gadis berambut merah kecokelatan segera bersiap untuk pergi menuju ruangan ayahnya, dan ia meninggalkan kamar dalam keadaan kosong, tentu saja ada dua penjaga di luar pintu agar tetap aman namun, sepertinya dua penjaga itu tidak akan berlaku sebentar lagi.
Jauh disana, dua ekor binatang yang berbeda spesies dari Hutan Meadow pasti sedang berada di perjalanan menuju Mansion Duke Asclepias.
***
Ruang utama Duke,
Gadis berambut merah kecokelatan itupun memasuki ruangan yang dipenuh dengan properti benda tajam, bukan benda tajam nyentrik seperti yang ada di film-film rock kekinian, akan tetapi itu semua adalah pajangan senjata yang digunakan Tuan Duke saat dirinya berperang dulu, dia juga suka sekali dengan bela diri.
Violet jadi semakin yakin, bahwa alasan Ibu Ophelia menikah dengan Tuan Duke bukan hanya karena ketampanannya saja, namun karena karisma yang dipancarkan dari wajahnya itu juga bukan main.
Gadis berumur 19 tahun langsung memberikan salamnya kepada sang Ayah yang tepat berada di depannya, "Selamat malam, Tuan Duke. Ada apa Anda memanggil puteri bungsumu disaat bulan sebentar lagi akan segera meninggi?"
"Haha, kau ini, panggil Ayah seperti biasanya, tidak usah pakai embel-embel Tuan Duke."
"Baiklah, Ayah... Ada apa ayah memanggilku kemari?" Ophelia kemudian duduk di kursi yang tersedia di ruangan itu.
"Ada apa katamu? Kau ini kenapa terburu-buru Puteriku? Mari kita bincang-bincang sebentar," Tuan Duke tersenyum pada Puteri Bungsunya.
"Apa maksudmu, Ayah? Ayolah... Langsung katakan ke-intinya saja..." gadis berambut merah kecokelatan itu mencoba memaksa Ayahnya.
Namun, sepertinya rayuan yang ia lakukan tidak mempan, "Kenapa terburu-buru? Bukankah waktumu sedang senggang? Ayo bicara dengan Ayah disaat santai seperti ini," agaknya Tuan Duke akan menahan Ophelia cukup lama di ruangannya, "Lagi pula apa yang kau lakukan di kamar, pasti hanya tidur, kan? Daripada tidur lebih baik mengobrol bersama denganku disini," tertawa.
Gadis berumur 19 tahun itu merasa tertekan, "Ugh... Bukan!! Ophelia tidak akan tidur semudah itu jika aku ada di dalam tubuhnya!" Ucap Violet dalam hati.
"Baiklah... Bagaimana keadaanmu setelah 1 bulan di rumah?"
["Hah? Apa maksud Tuan Duke, aku tidak mengerti"]
Gadis itu berpikir cukup lama untuk menjawab pertanyaan simple Ayahnya, "Eng... Itu... Sepertinya cukup baik(?)..." ragu dengan jawaban yang ia berikan.
"Kenapa nada suaramu seperti itu? Apa kau yakin sudah lebih baik setelah kejadian menghilang waktu itu?"
["Ah... Ternyata Ayah Ophelia sedang membahas saat kejadian hilang selama satu minggu... dan justru akulah yang ternyata mengambil alih tubuh Puterinya itu."]
"Aku juga penasaran apakah Ophelia yang asli baik-baik saja atau tidak?" dalam hati gadis berumur 19 tahun, "dan... Bagaimana kabar orang tuaku di London, apakah mereka mencariku? Atau mereka malah semakin sibuk dengan pekerjaannya?"
Gadis 19 tahun dengan warna mata emerald itu menatap meja ruangan Ayahnya dengan tatapan yang kosong, "Ophelia, Ophelia?" suara Tuan Duke yang semakin lama semakin tinggi itu hampir tak digubrisnya.
"Ophelia!" Tuan Duke berujung menepuk pundak Puteri bungsu kesayangannya dengan pelan, "kenapa melamun? Ada masalah?"
"Oh, tidak... Bukan apa-apa, haha."
***
Disisi lain, dua orang pria sudah bersiap akan memasuki Mansion Duke seperti penyusup. Dua orang itu adalah Tristan Mort De Lynxrufus, dan tentu saja Tuan Loukas Voorst De Meadow yang memaksa ingin ikut.
Mereka mencoba untuk masuk, akan tetapi setelah melihat betapa ketatnya penjagaan di seluruh Mansion Duke Asclepias, sempat terpikirkan oleh Tuan Loukas bahwa sepertinya mustahil untuk pergi masuk ke dalam sana.
Akan tetapi selalu ada cara bagi pria yang ada di samping dirinya. Tuan Tristan Mort, bersiap melakukan kebiasaannya sebagai Ras Kucing, tentu saja melakukan lompatan dari tanah menuju ke arah jendela balkon Mansion Duke dengan wujud yang ramping dan fleksibel.
Hal tersebut tentu saja pasti terdengar mustahil untuk dilakukan oleh Tuan Loukas, apalagi pria berambut Orange yang tak lain adalah Tuan Tristan Mort itu sudah sampai duluan di balkon jendela kamar Ophelia yang letaknya berada di lantai tiga, sedangkan Tuan Loukas masih berada di bawah.
"Apa kau sinting, menyuruhku untuk lompat ke atas sana dari bawah sini?!" pekik pria dengan mata tajam berwarna kuning keemasan itu, "mana mungkin Ras Serigala melakukan kebiasaan Ras Kucing!"
"Tentu saja otakku ini sangat sehat, hihi! Ayo Tuan Loukas, kau pasti bisa~" menggoda Serigala Putih yang sedang kebingungan bagaimana cara dirinya naik ke atas sana, "lagipula siapa tadi yang memaksa untuk mengijinkanmu ikut bersamaku?"
Menghela napas dalam, Tuan Loukas mencoba untuk tetap sabar memiliki teman seperti Tristan Mort ini, "Aku heran kenapa kau selalu hobi membuat orang darah tinggi," pria dengan mata berwaena kuning keemasaan langsung merubah wujudnya menjadi Serigala Putih Perak yang bersih.
Namun, setelah melakukan perubahan wujud itu, Serigala Putih Perak tanpa di duga berbalik ke arah yang sebaliknya, membuat Tristan Mort bertanya-tanya, "apa yang dilakukan bocah itu? Apakah dia tidak jadi ikut, kenapa pergi?" menejamkan matanya dengan bangga, "Hihihihi, ya sudahlah. Kemenangkan bagiku kalau seperti itu, dia tidak usah repot-repot mengetahui hal yang seharusnya tidak dia ketahui---"
"Apa yang seharusnya tidak ku ketahui?" Kalimat pria berwujud kucing itu terpotong, dirinya juga terkejut, dan hampir saja lompat karena Loukas tiba-tiba ada di belakangnya.
"Sejak kapan kau ada di sana!"
"Sejak kau mengatakan kalimat, 'dia tidak usah repot-repot---"
"Ssstt!!! Kau membuang waktuku," menghentikan mulut Loukas yang sedang bicara itu dengan tangannya.
"Blahhh, cuih, uhuk-uhuk!" Pria berambut putih perak itu langsung membersihkan bibirnya karena baru saja disentuh oleh sahabatnya, ku pikir sepertinya justru kau-lah yang menghabiskan waktumu sendiri," balas Loukas kepada Tristan.
"Berisik, dan diamlah," memantau keadaan sekitar jendela, dan mengintip sedikit ke dalam kamar gadis berambut merah kecokelatan.
"Lady Ophelia tidak ada di dalam," ucap Tuan Loukas langsung pada intinya.
"Dari mana kau tahu itu bodoh," kata pria berambut orange yang tak percaya ucapan sahabatnya sendiri.
"Bodoh, yang bodoh itu kau bukan aku," sudah merasa sangat kesal, "sepertinya ada yang meragukan indra penciuman Serigala."
"Ck, baiklah Pangeran Serigala Putih, aku percaya itu."
"Sungguh diluar perkiraanku, seorang Pangeran menyusup ke Mansion seorang Lady?!" dalam hati Tuan Loukas yang merasa terheran-heran kenapa tadi dirinya sampai memaksa Tristan untuk pergi mengajaknya.
Tanpa basa-basi lagi, pria berambut Orange itu membuka kunci kaca jendela kamar Ophelia dengan sangat mudah menggunakan sihirnya.
Suara kunci jendela yang terbuka terdengar cukup keras, sampai-sampai kedua orang pria itu merasakan ketegangan karena waspada takut jika ada seseorang sampai mendengarnya, dan masuk untuk memeriksa.
Berhasil, keduanya masuk ke dalam ruangan kamar Puteri Bungsu Duke Asclepias, operasi pencarian gulungan kertas itupun dimulai. Akan tetapi, baru saja mereka masuk, dan mencari selama beberapa menit, suara gaduh terdengar dari luar pintu kamar.
Dengan menggunakan wujud manusianya, kedua pria itu saling melirik, menatap satu sama lain memberikan isyarat dan kode untuk segera cepat-cepat mencari gulungan kertas yang dimaksud.
"Astaga!!! Bagaimana ini?" suara gadis berumur 19 tahun itu semakin dekat, ia tiba-tiba saja membuka pintu kamarnya dengan kasar, membuat dua orang pria itu kelabakan karena sang pemilik ruangan telah datang.