Tanah lapang itu terlihat luas, tak jauh dari mata hijau emerald milik gadis berambut merah kecokelatan terdapat sebuah tenda yang tak seimbang. Ophelia berjalan mendekati tenda tersebut dengan perasaan ragu, dirinya berhenti sejenak untuk berpikir apakah Kakak pertamanya itu di dalam atau tidak.
Seorang pekerja mengetahui kehadiran Puteri Duke sedang berada disana, dengan cepat ia menghampiri salah satu teman yang ada di pertambahangan untuk mengajaknya menemui gadis berambut merah kecokelatan itu.
"Hei, ada masalah," ucap pekerja yang melihat Ophelia di luar tadi kepada salah seorang temannya.
Temannya itu pun menoleh, tak tau apa yang terjadi dirinya pun bertanya, "ada apa? Bukankah semuanya baik-baik saja?"
"Puteri bungsu Duke ada di sini," ekspresinya itu bukan main, membuat teman-teman pekerja yang lain ikut terkejut di buatnya.
"Yang benar? Mana mungkin Puteri Duke ke pertambangan ini," sahut temannya tadi.
Temannya yang lain ikut menimpali, "itu benar, mana mungkin! Sepertinya kau sedang kelelahan jadi berhalusianasi."
"Ucapanku jujur, aku tidak berbohong, salah satu temani aku untuk menemuinya."
"Pergi sendiri saja, lagipula katanya Puteri bungsu Duke Asclepias itu orang yang lugu, dia tidak akan berbuat macam-macam, kenapa minta di temani?"
Begitulah respon dari para pekerja di sana, "Tidak ada satupun orang yang percaya, baiklah akan--" kalimat pekerja itu berhenti tiba-tiba karena seseorang.
"Aku yang akan kesana, bisakah kau mengantarku?" seringaian penuh menghiasi wajah pria tak dikenal.
Mata pekerja itupun melotot, "b-baik, Tuan."
Menurut saja, pekerja itu lantas membawa pria tak dikenal menemui Puteri bungsu Duke di dekat tenda.
Sebelum ia benar-benar menemui gadis dengan rambut berwarna merah kecokelatan di sana, pria tak dikenal memberikan peringatan pada pekerja tadi, "aku yang akan bicara dengannya, kau diam saja di sini."
"T-tapi, T-tuan. Puteri--" lagi-lagi kalimatnya terpotong oleh pria ini.
"Sstt," jari telunjuknya menyentuh bibir, mata tajam bersama dengan aura menyeramkan itu membuat pekerja tambang tadi tak berani bicara, pria tak dikenal itupun kemudian melemparkan sebuah kantong kecil berwarna hitam legam dari balik saku jubah yang ia kenakan, "ambil itu, dan pergi dari sini sekarang juga."
Tubuh pekerja itu tak cukup seimbang untuk menangkap kantong kecil yang dilemparkan oleh pria tak dikenal, tangannya bergetar. Pekerja tambang dengan pakaian kumuh sudah mencoba untuk tidak terlalu memperlihatkan betapa ketakutannya dia saat berhadapan dengan pria ini.
Betapa tekerjutnya saat dibuka isi dari kantong tersebut adalah koin emas dengan nilai yang cukup besar, "i-ini, ini bisa untuk makan dan mencukupi kebutuhan keluargaku selama setahun!" dalam hati pekerja itu sambil melihat ke dalam kantong kecil yang ia pegang.
"Tunggu apa lagi? Kenapa kau masih berdiri di situ?" mata pria tak dikenal itu semakin menakutkan daripada yang sebelumnya, "cepat kau tinggalkan tempat ini."
Tanpa basa-basi pekerja tadi langsung berlari dengan badan yang agak sempoyongan, pira tak dikenal itu lantas berjalan pergi mendekati Puteri bungsu Duke Asclepias yang sedang celingukan di samping tenda.
"Apa yang membuatmu kemari, Puteri?" pria misterius itu bertanya pada Ophelia.
Dirinya langsung tercekat karena suara pria itu, padahal sedari tadi gadis berambut merah kecokelatan ini sedang sangat ragu akan memasuki tenda di depannya atau tidak.
"Oh, selamat siang, Tuan... Aku mencari Tuan Muda Pertama Duke, Orion Victory, apakah dia ada di sini?"
"Sayang sekali, Puteri... Anda ketelatan. Tuan Muda Pertama Duke sudah pergi meninggalkan area pertambangan ini, lagipula mengapa Anda kemari tanpa pengawalan?"
Violet yang sadar saat itu, dengan berbekal ilmu psikologinya yang masih tipis merasa ada yang tidak beres dengan pria ini, "benarkah? Sayang sekali..." gadis berambut merah kecokelatan lantas mencoba untuk meminta ijin masuk ke dalam tenda.
"Ada perlu apa Anda sampai ingin masuk ke sana?" pria itu menimpali ucapan Ophelia karena dirasa mencurigakan.
"Ada sesuatu yang harus ku cari, kurasa Tuan Muda Pertama meninggalkannya di sini," jawab gadis yang ada dihadapannya itu dengan alasan seadanya.
"Baiklah, akan ku ijinkan kau masuk, akan tetapi hanya kuberi 5 menit untuk mencarinya."
"Kurasa itu lebih dari cukup, terima kasih, Tuan."
Ophelia bergegas untuk mencari barang yang ia maksud tadi, "biar ku ingat... Orion sering membawa sapu tangan yang di sulam oleh seseorang yang ia kenal dari negeri sebrang, di buku "Unrequited Love" itu tertulis barang tersebut adalah hadiah istimewa yang ikut terbungkus rapi bersama pedang yang ia terima."
Gadis berambut merah kecokelatan itu terus mencari dengan mata tetap terjaga, mencoba untuk tetap fokus mencari, dirinya tak boleh panik karena kalau tidak pria tak di kenal itu akan benar-benar mencurigainya, dia harus menemukan petunjuk selagi ada di dalam tenda.
"Beruntung sekali dirimu Ophelia, ketemu! Aku memang yakin Orion akan meninggalkan barang itu di sini," gadis berumur 19 tahun kini mengamati sapu tangan sulam yang ia temukan tadi menggunakan kedua manik hijau emerald-nya, "gila... Ini sulaman yang sangat rumit, dan sangat cantik, pantas saja Kakak Pertama selalu membawanya kemana-mana."
Tak lama Ophelia mengamati sapu tangan itu, dirinya tanpa sengaja melihat sesuatu yang seharusnya tidak dia lihat, di sampingnya terdapat kertas yang cukup lama jika dibaca isinya. Dia tau konsekuensi apa yang akan diterima jika mengambil barang yang bukan miliknya.
Masa bodoh dengan hal itu, dia merasa masalah ini akan bisa di tangani dengan baik ketika suatu saat ketahuan nanti, "akan tetapi... yang terpenting kan jangan sampai ketahuan bukan?" dirinya tanpa pikir panjang langsung mengambil kertas yang ada di sampingnya, dan segera keluar dari tenda yang tak seimbang itu.
"5 menit, waktumu hanya tersisa 1 menit. Kau cukup lama juga di dalam sana, Puteri," ucap pria tak dikenal itu spontan saat Ophelia benar-benar keluar dari dalam tenda perkemahan tambang.
"Haha, Anda memang benar, Tuan. Barang Tuan Muda Pertama Duke lumayan kecil jadi sulit untuk mencarinya."
"Sungguh omong kosong apa yang barusan aku katakan pada pria mencurigakan ini?!" mata Ophelia terpejam setelah menjawab perkataan pria tadi, dalam hati Violet, rasanya dia ingin segera berteriak di ruangan yang sepi.
Pira itu lantas tiba-tiba saja mendekat ke arah gadis berambut merah kecokelatan, sangat dekat sampai hanya menyisakan satu centi saja dari bagian pendengarannya, pria itu berbisik ketelinganya membuat mata yang terpejam terbuka sangat lebar, pupil hijau Ophelia mengecil, bulu kuduk gadis itu langsung berdiri karena telah merinding dibuatnya.
"Aku tau siapa dirimu, Nona Violet?" menyeringai, "Oh, bukan... Tuan Puteri Violetta... Hihihihi..."
Tubuh Ophelia saat itu seketika membeku, dirinya berdiri tegak tak mengatakan sepatah katapun, "sialan, dia menakutkan. Siapa pria ini sebenarnya?! Apakah dia penyihir?" dalam hatinya.
"Tenang, tenang, tenang, tenanglah Violet! Sadarlah!" Bola hijau emerald itu terus saja terbuka lebar, pandangan mata gadis berambut merah kecokelatan itu menghadap ke tanah di bawahnya.
"Aku harap ada pertemuan ke dua lain kali, Tuan Puteri..." pria tak dikenal itupun pergi berbalik meninggalkan gadis berumur 19 tahun, ia berjalan membelakangi Puteri bungsu Duke itu, namun dirinya berhenti, dan mengatakan sesuatu, "Oh aku melupakan satu hal, aku akan merasa sangat sedih jika kau sampaikan salamku pada Tuan Curielo Osceola..."
"Curielo... Osceola...?" bingung.
"Hahaha, tentu saja kau lupa, atau tidak tahu? Nona Violet..."
Gadis berambut merah kecokelatan itu merapatkan rahangnya, keras.
"Tentu saja itu adalah nama Ayahmu, Tuan Duke Asclepias..." pria itu kembali berjalan, "kau harus belajar mengingat nama Ayahmu sendiri, kau kan sudah jadi Ophelia, apa kau lupa?"
Tatapan mata gadis berambut merah kecokelatan, yang tak lain adalah Ophelia berjiwa Violet kini terlihat serius, "ucapannya itu tak bisa ku anggap remeh, ini tidak sepele. Aku harus lebih berhati-hati dengan pria misterius ini."