Chereads / Selina Adinantya / Chapter 2 - 01 ㅡ HANA

Chapter 2 - 01 ㅡ HANA

"MESKI, KU BUKAN YANG PERTAMA DIHATIMU"

"TAPI, CINTAKU YANG TERBAIK UNTUKMU"

"MESKI~"

"KU BUKAN BINTANG DI LANGIT"

"TAPI CINTAKU YANG TERR~BAIKK"

Suasana heboh siang ini begitu mendominasi keadaan kantin di ScAmy yang tadinya sepi, ini dikarenakan oleh segerombolan anak laki-laki yang nampak asik mengobrol dan menyanyi. Tak perduli dengan siswa-siswi di sana yang terganggu dengan suara brisik mereka.

"Weh, gue punya tebak-tebakan!".

Panji Gemilang, sesosok cowok berambut gondrong dengan seragam acak-acakannya itu berwajah nampak berseri, mulutnya bersiap untuk melontarkan pertanyaan kepada teman-teman nya.

"Halah, paling jebakan lagi!gue nggak ikutan". Ujar Wayan, nama lengkapnya kepanjangan, jadi panggil saja Wayan,-

Wayan asli Bali, Ia juga lahir disana. Namun, sejak usianya delapan tahun, ayahnya pindah dinas ke Jakarta, hingga membuat cowok itu kini bersekolah di ScAmy.

"Su'er deh sekarang, nih jawab, ya!-

-daun apa yang nggak pernah gugur?".

Ke empat cowok yang diberi pertanyaan itu pun mengrenyit, heran dan masih memikir jawaban apa yang harus mereka jawab.

"Daun pohon mangga depan sekolah?".

Jawab Azka Aldric- si cowok itu menjawab dengan asalnya, karena mitosnya, pohon mangga di depan ScAmy memiliki penghuni yang sudah bertahun-tahun lamanya ada disana. Yang jika di ganggu, akan menganggu balik.

"Daun telinga". Kini, Ravindra Malik Narendra- si cowok dingin yang menjawab. Kemudian cowok itu memilih untuk menyeruput jus alpukat miliknya.

Mendengar jawaban dari Ravin, Panji langsung diam tak berkutik. Niatnya untuk melawak pupus sudah saat pertanyaan itu sudah mendapat jawaban dari ketua geng Asgar, Ravindra.

Benar, di ScAmy bukan hanya ada tipe anak rajin seperti Langit. Sebenarnya ada banyak, seperti badgirl yakni Selina, badboy yang merupakan anggota geng seperti Ravin dan para sahabatnya, atau yang rajin dan terkenal good looking seperti Langit atau Kanin. 

"Wah, parah!kasihan banget lo, Panci!". Ejek Selina, sebenarnya gadis itu sudah mendengar percakapan mereka sedari tadi, hanya saja mencari waktu yang pas untuk ikut menimbrung bersama.

"Wih, pirih!kisihin bingit li, pinci!". Kesal Panji, kemudian cowok itu melemparkan kulit kacang ke arah Selina yang dibalas pelototan tajam oleh gadis itu.

"Apa kabar, neng?".

Sudah bukan hal baru jika Selina sering digoda oleh beberapa anggota Asgar, atau bahkan digoda oleh Panji dan Wayan. Namun, Selina tak pernah menanggapi, hanya sebagai lelucon disela-sela kehidupan monotonnya.

"Dih, sombong amat!". Cibir Wira pelan, si tembok datar yang memiliki mulut pedas, nama lengkapnya- Wirasena Ganendra Gardapati.

"Iri?bilang boss!". Balas Selina tak kalah pedas, membuat cowok yang sedang memakan mie ayamnya itu mendengus pasrah, Selina memang beda dari yang lain.

"Selina dilawan". Cibir gadis itu pelan yang masih di dengar oleh Wayan dan Panji.

Kemudian gadis itu menatap sekitarnya yang mulai ramai, begitu banyak yang berlalu lalang di sekitarnya, namun yang menganggu pikirannya hanyalah sepasang insan yang tengah duduk santai di meja kantin pojok sana. Tepat berada di sebelah jendela kantin yang menghadap langsung ke arah lapangan basket indoor.

"Kanin, sama siapa?". Pertanyaan yang meluncur dari mulut Selina membuat kelima pemuda yang tadinya asyik dengan dunia masing-masing langsung mengikuti arah pandang Selina.

Itu bukan Kanin dan Langit, melainkan dengan Aldo, ah benar!Aldo Wijaya- si ketua osis di Scarletta Academy.

"Gue kesana dulu, deh".

"Ngapain?cemburu Kanin dekat sama Aldo?". Pancing Wira yang sukses membuat Selina langsung menatap tajam bola mata Wira. Andai kalau Wira bukan lah salah satu diantara sekian orang yang pernah bersikap baik kepadanya, mungkin sekarang Ia akan memasukkan Wira ke dalam blacklist yang Ia cacat dan ingat selama masa hidupnya.

"Kanin dekat sama Langit kek, Aldo kek, ya terserah Kanin lah!kenapa jadi lo yang repot?ribet amat deh jadi cewek". Ujar Wayan sembari memelankan kalimat terakhir yang Ia ucapkan agar tanduk Selina tidak muncul, alias- marah besar.

"Dih, kalau dia dekat sama Aldo sih, gue fine. Tapi kalau sama Langit, mana gue rela". Jawab Selina, membuat kelima pemuda itu menatapnya malas. Ternyata, selain bucin, bisa juga jadi bodoh ya, saat jatuh cinta?pikir mereka.

"Bucin amat, lagian, Langit mana mau sama cewek bar-bar kek lo. Lihat tuh, Kanin!cewek cakep, lemah lembut pula. Mana pernah teriak kek orang utan yang kayak sering lo lakuin". Mendengar itu, Selina mendengus kesal lalu mencubit perut Azka kuat. Hingga membuat sang empu langsung meringis, cukup sakit ternyata.

"Sakit, anjir!lo pikir perut gue samsak apa, kira-kira anjir kalau kau nyubit!".

"Dih, lemah!".

"Berisik!". Sarkas Ravin cepat, baik Selina dan Azka langsung kicep- terdiam seketika karena satu kata yang di keluarkan oleh manusia es itu.

"Sana pergi, ganggu aja, lo!".

"Eh, di usir, anjir".

"Bodoamat, btw tumben nggak bareng sama Kia?".

Ah, Selina hampir lupa tentang sahabat terbaiknya itu, namanya Kiara Ratulangi- yang biasa Ia panggil Kia atau Rara. Partner segalanya untuk Selina dan sebaliknya.

"Lagi bolos dia, mah. Paling lagi pacaran sama Dimas". Jawab Selina santai, sudah tidak heran dengan sikap sahabatnya yang sering pacaran dan membolos bersama salah satu anggota Asgar- Dimas Barawijaya.

"Eh, gue ke Langit dulu".

Celetuk Selina pelan saat melihat Langit masuk ke dalam area kantin yang luas itu. Matanya terus mengawasi pergerakan Langit, namun dugaannya salah, Ia kira Langit akan pergi ke meja yang ditempati Kanin bersama Aldo, namun ternyata pergi ke arah penjual minuman di kantin.

"LANGIT, HAI!". Teriak Selina, yang tidak di pandang heran oleh siswa-siswi disana, karena mereka sudah paham dengan sikap bar-bar Selina.

"Hm".

Setidaknya, Langit masih menjawab sapaan darinya, kan?

"Mau beli minum?".

Bodoh, entah untuk ke berapa kalinya, Selina bertindak bodoh di depan Langit. Jelas-jelas Langit berada di penjual minuman di kantin, pastinya untuk membeli minum, kan?

"Tumben nggak bareng Kanin?". Tanya Selina iseng, kemudian menatap Langit yang sedari-tadi melirik Kanin sedang mengobrol bersama Aldo.

"Nggak".

"Pulang bareng lagi, yuk?".

Entah dorongan dari mana, Langit mengangguk. Membuat Selina dengan spontan langsung mengenggam erat tangan kekar milik Langit.

Dan Semua kejadian itu tak luput dari pandangan Kanin, gadis cantik itu tersenyum. Ikut merasakan hal yang sama karena setidaknya, hari ini, Ia berhasil menjalankan misi pertamanya, yakni menjauh dari Langit.

"Aldo, makasih, ya".

Aldo, cowok yang sedari tadi terus mengobrol dan tertawa riang bersama Kanin itu mengangguk. Rasanya, Kanin seperti candu yang bisa membuat semua orang bahagia karena berada di dekatnya, sekarang Aldo tidak heran, kalau Langit merasa nyaman berada disekitar gadis itu.

"Sama-sama, Kanin".