'Mencintai seseorang tidak hanya pada kelebihan. Mencintai seseorang juga harus menerima kekurangan. Di dunia ini tidak ada yang abadi, hanya panggung sandiwara. Dia adalah kedamaian hatiku, yang sudah Allah kirimkan kepadaku. Aku akan menjaganya sebisaku. Semoga Allah memudahkan dan segera memulihkan ingatannya." Hafiz membelai mahkota istrinya.
"Dari awal aku sudah membangun komitmen. Menjalin pernikahan sebagai persahabatan. Aku sangat berani mencintaimu apa adanya. Karena yang menjadikanmu seperti ini Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Aku ingin mencintaimu tanpa batas. Aku yakin kesabaranku pasti akan berbuah manis. Sudah banyak, aku menerima kenikmatan. Dan mungkin ini cara Allah. Cara Allah yang nanti akan menjadi indah," kata Hafiz melepas kecupannya dari kening Runia.
"Apa tadi aku belum mematikan kompor?" tanya Runia dengan bola mata yang bingung. Runia sedikit mendorong Hafiz kemudian berlari. Hafiz memejamkan mata sejenak kemudian menyusul istrinya.