Merasa kesempatan dan harapan sudah diberikan karena berusaha untuk bisa tegas. Sambil makan dia menghadap ke cermin.
Dia mulai mengoceh di depan cermin namun tiba-tiba ketika matanya bersatu dengan bayangannya di cermin dia tertawa sendiri sepuasnya.
"Hahaha. Aduh ... sungguh kesempatan bulan madu ini sangat aneh. Hahaha. Bagaimana aku tidak konyol, jika suamiku saja menyuruhku bersikap aneh. Huaaa. Ini gila, masa aku harus latihan? Lagian tidak lucu jika aku melabrak dengan tata bahasa yang salah."
Drettt!
Drettt!
Rina melihat ponsel Eza berdering dari nomor Intan. Matanya membelalak bibirnya terbuka. Dia segera menelan ludah.
"Aku pasti bisa? Setidaknya nilai tujuh puluh keatas." Rina segera meraih ponselnya dan merekam videonya dia meletakkan di tempat yang pas. Dia sudah melihat gambarnya sendiri dan segera angkat telepon dari intan.
"Yah. Mati." Rina telat mengangkat telepon itu. Dia merasa sudah bisa bernapas lega.
Drettt.