Chereads / Maaf, Aku Mencintainya / Chapter 25 - Tertidur di Rumah Belva

Chapter 25 - Tertidur di Rumah Belva

"Masih 50 soal. Sekarang sudah jam 8 malam, dan aku sudah mabuk soal kak." Tania meletakkan kepalanya di atas meja yang ada di sebuah ruang. Ruang yang luasnya 2 kali luas dari ruang keluarga Tania. Disini Belva biasanya belajar di temani oleh mamanya yang sedang nonton drakor di handphone.

"Bangun! Ingat, jumlah soal 200. Jangan malas!"

"Kak, haus." Tania berucap dengan suara lirih.

"Ambil sendiri di dapur."

Tania mengangkat kepalanya, lalu memandang Belva yang ada di hadapannya.

"Definisi tamu adalah raja sepertinya tidak berlaku di rumah ini deh. Apa-apa di suruh ambil sendiri." Tania menatap sebal ke arah Belva.

"Sudah untung aku membantumu untuk belajar, jangan banyak protes deh."

"Kalian ini belajar, tetapi dari tadi cek Cok terus, kapan selesai belajarnya?"

Mama Belva datang sambil membawa 2 gelas jus jeruk yang langsung membuat mata Tania segar.

"Aaah ... Bunda, tahu banget apa yang aku mau." Tania segera mengambil jus jeruk itu dari nampan yang masih ada di tangan Mama Belva tanpa sungkan sedikit pun. Mama Belva hanya tersenyum sambil geleng-geleng.

"Ih, jaim sedikit kenapa sih. Mama belum mempersilahkan kamu minum." Belva sewot menatap Tania yang sudah lebih dulu meneguk minuman itu dengan ganas seperti orang yang baru saja mencangkul tanah 1 hektar.

"Otakku ngebul gara-gara Fisika ini, tolong. Sekarang sudah jam 8, jam 9 sudah harus sampai rumah kata Mama. Kurang 150 soal ini aku harus bagaimana?" Tania kembali lemas setelah beberapa detik yang lalu segar bugar.

Ya, Tania sudah izin kepada mamanya kalau dia sedang belajar di rumah Belva. Mama Tania tahu persis seperti apa anaknya, jadi dia mengizinkan Tania. Karena dia tahu anaknya tidak mungkin macam-macam. Untung saja Mama Tania belum mendengar huru-hara yang diciptakan oleh sang papa, jadi semuanya masih aman terkendali.

"Ya udah, Tania istirahat dulu sebentar. 10 menit aja. Nanti dilanjutkan lagi ya?"

"Yeay, asyik. Kata Bunda boleh beristirahat 10 menit."

"Ya udah istirahat aja dulu. Aku mau ke kamar mandi," ucap Belva sambil beranjak.

"Bunda juga mau ambil handphone dulu, nanti bunda temani. Istirahatlah dulu di atas kasur sana barang sejenak, supaya nanti bisa fresh lagi."

Mama Belva menunjuk kasur busa yang ada di sebelah sudut ruangan. Kasur busa itu sengaja diletakkan di atas lantai tanpa dipan, supaya bisa digunakan untuk beristirahat santai.

Tania langsung mengangguk bahagia melihat adanya kasur yang akan memanjakan tubuhnya itu. Mama Belva tersenyum, lalu pergi meninggalkan ruangan itu.

Belva dan mamanya sudah pergi dari ruangan itu, tinggal Tania yang saat itu sudah sangat penat. Penat badan, pikiran, dan juga hati.

Tania dengan semangat segera berlari kecil menuju ke kasur itu dan merebahkan tubuhnya di sana. Ah, rasanya seluruh darahnya mengalir dengan normal saat dia berbaring sambil merentangkan kedua tangannya dan memejamkan mata sejenak.

Rumah itu, entah kenapa membuat Tania nyaman. Bahkan dia lebih merasa nyaman berada di rumah Belva dengan kehangatan keluarga nya dibanding berada di rumahnya sendiri. Tania begitu menikmati ketenangan sehingga tidak terasa dia mulai terlelap. Dia langsung merasa nyaman seperti berada di kamarnya sendiri.

Tak lama setelah itu, Belva datang dan langsung melongo melihat Tania yang Sudah terlelap di atas tempat tidur. anak itu Sudah terlelap nyaman seolah berada di rumahnya sendiri.

"Ish, bocah ini malah molor. Bukannya jam 9 dia sudah harus sampai di rumah?" ucap Belva kepada dirinya sendiri sambil mengamati Tania. Wajah anak itu begitu polos, apalagi saat dia tertidur. Belva menatapnya, lalu tersenyum mengingat segala kekonyolan yang telah diperbuat oleh gadis itu.

"Eh, Kenapa anak mama senyum-senyum sendiri sambil menatap anak gadis orang?"

Suara mama Belva yang tiba-tiba terdengar membuat Belva berjingkat kaget.

"Mama kenapa tiba-tiba datang dan berbicara tanpa aba-aba sih."

"Ya memang sengaja diam-diam, kalau tidak begitu Mama tidak akan memergoki anak remaja Mama ini diam-diam memperhatikan Tania. Katanya buken tipe kamu, kok dipandang sambil tersenyum begitu?"

Belva langsung kelicutan melihat mamanya yang menggodanya sambil senyum-senyum tidak jelas.

"Ih, mama apaan sih. cuma mau membangunkan Si Gadis molor ini. Bukannya dia harus segera pulang."

"Mama kasihan melihat dia, bagaimana kalau kita telepon mamanya saja supaya dia tidur di sini? Biar mama yang telepon. Soalnya dia sudah terlanjur terlelap."

"Nggak bisa, Ma. Dia harus dibangunkan dan harus pulang. tidak baik ya seorang gadis tidur di rumah laki-laki yang bukan muhrim."

"Ceileeeeh ... Kayak orang dewasa aja. Tania kan tinggal di rumah mama, bukan rumah seorang laki-laki yang bukan muhrim. Jadi nggak apa-apa, sah-sah aja. Mama mau mengambil hp Tania dulu, kamu tahu enggak di mana? Biar Mama telepon dulu."

"Ma, nggak usah. Kita bangunin aja nggak apa-apa. Dia memang suka molor begitu anaknya."

Mama Belva tidak menggubris ucapan anaknya, Dia segera mengambil tas Tania yang ada di dekat meja. Dia tersenyum ketika mendapati HP Tania disana.

"Nah, ini dia."

"Mama, tolong dong Ma. Jangan bikin Belva malu sama keluarganya Tania. Kan baru saja terjadi huru-hara. nanti dikira Tani sama Belva macam-macam Ma."

Belva merengek seperti anak kecil. Dia tidak mau orang-orang berpikir aneh, apalagi kalau cantika sampai tahu hal ini, pasti dia akan memarahi Belva habis-habisan.

"Belva, kamu melakukan kesalahan atau tidak?" Mama Belva menatap anaknya serius.

Belva menggeleng lemah.

"Kalau begitu kamu tidak perlu takut. Lagipula di rumah ini ada mama, ada orang dewasa selain kalian berdua, jadi tidak apa-apa kalau Tania semalam saja menginap di sini. Seperti yang sudah kamu bilang, banyak hal yang membuat dia terluka yang sudah terjadi padanya hari ini, jadi apa salahnya kita biarkan dia istirahat dengan tenang sejenak saja."

"Terserah Mama saja deh. Mama kan yang udah TUA, nggak bisa dibantah kan?"

Belva menatap mamanya dengan raut muka kesal. Karena sepanjang apapun Belva memprotes, pasti tidak akan ada gunanya, karena ucapan mama selalu mutlak, bukan?

"Kata tuanya tidak perlu ditekankan begitu bisa kan?"

Mama Belva melotot, dan Belva menyambutnya dengan gelak tawa.

Mama Belva tidak mau menunggu lama, Dia segera mencari kontak mamanya Tania. Dia tahu persis bagaimana perasaan orang tua ketika anaknya tidak segera pulang, jadi mama Belva tidak mau membuat Mama Tania khawatir karena putrinya belum pulang.

"Nah, ini ketemu."

Mama Belva memencet kontak wa yang bertuliskan mama.

Setelah beberapa detik, video call itu diangkat oleh sang pemilik nomor.

seseorang yang muncul di layar handphone Tania.

"Siwi?" Mama Belva langsung berteriak girang ketika melihat wajah mama Tania.