Chereads / Maaf, Aku Mencintainya / Chapter 26 - Gombalan Receh Bikin Gugup

Chapter 26 - Gombalan Receh Bikin Gugup

"Hanum? Kamu Hanum kan?"

"Iya aku Hanum. Ya Tuhan, jadi kamu mamanya Tania?" Mama Belva tersenyum lebar setengah tertawa saking bahagianya. Karena ternyata mama Tania adalah teman SMA nya. Mereka saling teriak histeris khas emak-emak yang bertemu dengan teman arisannya.

"Iya. Terus ini mana Tania nya."

Mama Belva langsung mengarahkan kamera ke Tania yang sedang terlelap.

"Nih, Tania sedang tidur. Dia tampak begitu kelelahan, jadi aku dan Belva tidak tega untuk membangunkannya. Ini tadi rencananya aku mau minta izin kamu supaya Tania tidur di sini dulu. Eh, kejutan banget ternyata, Mama Tania itu kamu. Jadi aku izin ya, biar Tania nginep di sini untuk malam ini. Dia terlihat kecapekan sekali."

"Oh, iya nggak apa-apa. Syukurlah, aku tenang sekarang. Bagaimana bisa ya, kamu adalah mama dari temennya Tania. Jadi kamu mamanya Belva?"

"Iya, aku mamanya Belva. Anak kamu ini ajaib banget. Selalu ceria dan selalu membawa keceriaan. Aku senang ada Tania di sini."

"Wah, terima kasih ya Hanum. Maaf kalau Tania merepotkan kamu di sana. Soalnya dia itu suka bawel dan banyak makannya. Pasti dia sangat merepotkan kamu di sana."

"Nggak kok. Aku senang ada Tania disini."

"Ya sudah, aku lega."

"Jadi ini diizinkan Tania menginap di sini?"

"Tentu saja, Num."

"Ya sudah, kapan-kapan kita ketemuan ya sama anak-anak juga. Pasti seru."

"Iya, pasti. Ya sudah, aku titip Tania ya. Kalau dia bandel dicubit aja nggak apa-apa."

"Nggak kok wi, nggak bandel sama sekali. Ya udah, kapan-kapan kita sambung lagi ya? Selamat malam Siwi"

"Selamat malam, terima kasih banyak ya, Num."

Klik. Sambungan telepon mereka matikan. Mama Belva tersenyum kegirangan.

Belva hanya melongo melihat tingkah emaknya. Sekaligus dia juga shock dan tidak menyangka kalau ternyata mama Tania adalah teman dari mamanya Belva. Sungguh sebuah kebetulan yang entah merupakan prahara atau keajaiban buat Belva ke depannya nanti.

***

Dini hari pukul 03.00 WIB. Belva sudah terbangun, dia sengaja memasang alarmnya jam 02.50, supaya bisa membangunkan Tania lebih awal dan membantunya kembali belajar. Dia tahu sekali kemampuan fisika Tania, jadi dia memang harus ekstra kerja keras untuk menyelesaikan hukuman yang diberikan oleh Pak Hadi.

Setelah dia bersih-bersih diri, Dia segera menuju ke ruang di mana Tania tertidur. Di sana Tania tidur disamping Mama Belva yang sengaja menemani Tania saat itu. Belva berjalan mengendap-endap, dia memang ingin membangunkan Tania tetapi tidak mau mamanya terbangun.

Dia mendekat ke arah Tania, dan menekan pipi chubby Gadis itu dengan jari telunjuknya, seolah dia sedang memencet squishy.

"Bangun! Rambutan, ayo bangun. Jangan molor terus. Tugas kamu masih seabrek," ucap Belva lirih. Jari telunjuknya masih memencet-mencet pipi Tania.

Tania masih tidur dengan nafas teratur. Nyenyak sekali tidurnya. Saat itu Tania berbalut celana panjang milik Bu Hanum dan kaos oblongnya Belva.

"Rambutan, bangun dong! Ayo belajar." Dia kembali memencet-mencet pipi Tania kali ini agak sedikit lebih keras supaya makhluk tukang molor itu segera membuka matanya.

Namun, Belva jadi tersenyum sendiri ketika dia mau mencet-mencet pipi si gadis ceroboh dan suka molor itu, seolah Dia sedang memencet squishy. Benar-benar menggemaskan.

Setelah mendapat tekanan agak keras dari jari telunjuk Belva, Tania perlahan mengerjap-ngerjapkan matanya.

"Aaaaaaaaaaa ... " Tania langsung berteriak keras ketika dia mendapati Belva ada di sampingnya dengan mata melotot.

Sontak Bu Hanum terbangun dengan kaget saat mendengar teriakan Tania.

"Eh, ada apa, Tan? Kamu kenapa?" Mams Belva menatap Tania dengan khawatir.

"Loh, bunda? Kak Belva? Ini jam berapa? Sudah lebih dari jam 9 apa belum? Pasti Mama sudah khawatir banget sama Tania. Ayo Kak Belva antarkan Tania pulang sekarang!" Tania terlihat sangat panik meskipun saat itu nyawanya belum ngumpul. Matanya masih mengerjap-ngerjap dan kepalanya masih terasa pusing.

"Ih, aku sudah berjalan perlahan supaya Mama tidak terbangun, Eh, malah Mulut TOAnya dikeluarkan. lagipula ini sudah jam 3 dini hari."

"Jam 3? Aduh, kak. Bagaimana ini? Mama pasti bingung mencariku."

"Tenang, Sayang. Bunda sudah menelpon mama kamu. Jadi jangan khawatir."

"Beneran, Bun? Terimakasih banyak Bunda. Huft, bagaimana bisa aku terlelap tanpa sadar seperti ini Hingga jam 3 pagi?"

"Sok-sokan panik. Padahal kamu suka kan tertidur di rumahku? Sana cepat cuci muka terus segera belajar lagi. Ingat waktu nya semakin mepet. Kalau kamu tidak bisa mengumpulkan hukuman dari Pak hadi, bisa-bisa kamu mendapatkan hukuman yang lebih parah."

Tania menatap Belva. Dia sangat ingin berterima kasih dengan kakak kelas jutek yang ada di hadapannya itu. Iya, dia memang jutek dan kata-katanya terkesan kasar, padahal sebenarnya dia menyimpan ketulusan dan kebaikan di dalam dirinya. Tania sangat bisa merasakan bahwa Belva begitu care padanya.

Apalagi saat dia membangunkan Tania dengan cara memencet-mencetkan jarinya, Tania merasakan sesuatu yang sungguh tidak bisa dia jelaskan. Meskipun saat itu hanya remang-remang ia rasakan.

"Terimakasih, Kakak jutek kesayangan. Terimakasih, Bunda. Aaah ... Aku terharu bisa tidur sini ditemani bunda." Tania langsung menggelendot di lengan Bu Hanum yang masih terlihat cantik walaupun bangun tidur.

"Akhirnya bunda punya anak gadis ini."

"Ya Tuhan, kenapa aku harus menghadapi 2 makhluk alay ini bahkan masih sepagi ini. Cepetan bangun rambutan! Hukuman yang harus kamu selesaikan masih banyak!"

"Bukan hukuman kak Belva, tapi tugas Cinta dari pak Hadi buat aku." Tania masih menggelayut manja di lenganĀ  Bu Hanum.

Bu Hanum memandang Tania yang masih menempel manja ke lengannya. Mama muda itu tersenyum, rasanya seperti menemukan seorang anak gadis yang dari dulu dia inginkan. Apalagi setelah tahu Tania adalah anak dari temannya waktu SMA, ibu Hanum semakin sayang pada Tania.

"Apapun itu, sekarang bangun. aku bantu mengerjakan tugasnya. Sekarang! 10 menit lagi aku tunggu di situ. Kalau terlambat Aku nggak mau ngajarin sama sekali. Titik," ucap Belva sambil menunjuk ke meja yang digunakan untuk belajar semalam.

"Iya, Kakak Jutek kesayangan. Jangan jutek gitu dong." Tania mulai menjauhkan tubuhnya dari lengan Bu Hanum.

"Bunda, aku bersih-bersih dulu ya, mau lanjutin belajar. Mumpung ada pak guru muda yang ganteng ini. Ya Tuhan, bahkan Saat bangun tidur pun Kak Belva masih terlihat tampan dan manis. Begini nih, kalau madu diberi nyawa, manisnya alami." Tania yang tadinya menoleh kearah Bu Hanum, segera memandang Belva tanpa kedip. Sungguh surga baginya bisa memandang laki-laki yang dikagumi hampir 24 jam.

Buk! Sebuah buku dipukulkan ke kepala Tania.

"Kebiasaan lebay!" ucap Belva lalu dia segera menuju ke meja belajar dengan gugup.

'bagaimana bisa aku gugup mendapatkan gombalan receh dari makhluk aneh itu?'