Chereads / Pacar Incaran / Chapter 17 - Empat sekawan, dah!

Chapter 17 - Empat sekawan, dah!

Dengan wajah yang memberenggut, Arka memaksakan langkah terseoknya yang di giring rangkulan oleh Brian. Sementara Yuda dan Zaki membuka jalan di antara kerumunan.

"Woy, antre dong!"

"Tau, nih! Kita-kita aja belum dapet informasi."

"Ya elah, ma menit doang. Abis itu gondol, nih papan! Baca sepuas kalian, kalo perlu sampek mata jereng!"

Jelas tak mempedulikan siswa baru lain yang ngedumel, Brian yang paling menyebalkan bahkan membalas sengit tanpa tahu diri. Untung saja pasukan cowok tak gegabah memberikan bogem mentah mereka.

"Kyaa!"

Apalagi kalau bukan pekikan girang dari para gadis yang menjadi pendukung? Cogan selalu termaafkan, kan? Malah kompak tersipu saat dengan tarikan kedua sudut bibir yang bertaruh paling lebar untuk menarik perhatian. Namun maaf saja, komplotan Arka bahkan tak peduli.

Sebuah pengumuman di mading langsung di serbu, pembagian kelas dengan nama yang tercantum lengkap beserta keterangan.

Arkana Ardian Putra berada di urutan teratas yang menghuni kelas X Ips 1. Di runtut ke bawah, Brilyan Samudra Aksa menyusul tepat di bagian bawah nama tersemat kawannya itu. Sementara netra keempat sekawan itu bergerak kompak mengikuti tudingan telunjuk Brian, "Yah, sial!" Desis mereka kompak. Pasalnya pasukan kelas X Ips 1 di batasi inisial "M".

"Yah, lo berdua sih inisial namanya huruf buntut, gagal sekelas, kan!" Kesal Arka yang kemudian menghentakkan kaki sembari berlalu pergi, meninggalkan ketiganya yang kompak celingukan tak paham.

"Lah, kok ngamok? Salah kita karena nggak usul nama sama bokap nyokap pas mau brojol, gitu?" Yuda tiba-tiba saja oneng. "Apa kita ganti nama aja ya Zak, biar persahabatan kita langgeng dan selalu nempel terus kayak lintah?"

"Nggak gitu juga, kali!" Zaki menoyor kepala Yuda.

"Dah lah, abaiin tuh anak. Dia cuman lagi badmood," timpal Brian sembari mempercepat langkahnya untuk membuntuti Arka. Yuda dan Zaki pun ngintil di belakang.

"Badmood kenapa? Lo muncratin pej*h ke kolor punya Arka waktu col*?" Yuda masih penasaran, kebobrokan Arka dan Brian memang terlalu terlihat intim. Lagi pula bukan perkara aneh yang satu kali terjadi untuk mereka dengar, bahkan terlalu biasa saja untuk di bicarakan di depan umum. Ya, satu dua pasang telinga pasti mendengarnya, yang pastinya di tangkap terlalu mesum.

"Salah satunya. Tapi nggak seberapa parah ketimbang pikiran Arka tentang abang gue." Dengan entengnya Brian membenarkan keributan kecil yang terjadi pagi buta tadi. Ya, jangan salahkan belalai miliknya yang terlalu aktif menunjukkan diri sewaktu mimpi cewek seksi yang bergoyang di atas tubuhnya. Arka saja yang terlalu berlebihan dengan menjerit kencang seakan seluruh penghuni perumahan harus tahu jika dirinya adalah sosok cabul.

"Trus di kasih pelajaran dong, ya?" tanya Zaki setelah melihat bekas gigitan di bagian rahang bawah milik Brian.

"Untung aja daging gue nggak di cabik."

"Huh!" Zaki dan Brian kompak menahan napas. Daging bagian mana yang di maksud Brian?

"Tuh anak tutup mulut setelah gue janjiin foto toplesnya bang Nino," terang Brian.

Bahkan Yuda dan Zaki yang saling pandang berusaha mengerti kedekatan kedua kawannya itu. "Tuh anak kayak kebelet kawin, dah!" sambar Yuda yang di angguki Brian, rupanya kawannya itu masih tak sadar diri kalau di sindir sekalian.

"Kalian mau bantuan Arka, nggak?"

"Gue sih setia kawan, napa mesti nanya?" Zaki mewakili, mereka saat ini sudah berhenti di sebuah ruangan dengan papan kayu persegi panjang di atas pintu yang bertuliskan "X Ips 1".

"Dah lah, gas! Ubah dikit kebiasaan ganas geng onan* meper, kita jadi penguntit."

.

.

.

Tak ada jadwal khusus setelah para penghuni baru resmi menjadi bagian dari SMA yang memiliki jargon maju tak gentar itu. Mereka hanya di haruskah untuk mengenal satu sama lain dan coba mengakrabkan diri. Namun berbeda halnya dengan Arka dan Brian yang membangkang. Sedikit pun pantat mereka tak terangkat untuk beranjak wira-wiri dengan tangan terulur seperti yang lainnya. Melanjutkan tidur yang sempat terpotong rasanya lebih berfaedah.

Yang setelahnya Brian beranjak meninggalkan kawannya yang tengah terlelap. Tak lupa meninggalkan sesajen setidaknya satu bungkus roti supaya Arka tak merengek saat tak mendapati dirinya.

Seperti yang di rencanakan, beranjak meninggalkan sekejap untuk tugas mulia membantu Arka yang tengah terserang virus gilanya cinta. Kesan ganas geng onan* meper atau lebih jelasnya ogah nantang nyali mental lemper pun terpaksa di sisipkan, menjadi penguntit mau tidak mau.

"Heran dah, lo kan adiknya bang Nino, kenapa nggak langsung tanya aja sama orangnya?" tanya Zaki di saat mereka bahkan belum sejengkal meninggalkan depan ruang kelas X Ips 1. Tanpa memindik-mindik berniat mengeksplor seluruh gedung untuk mencari keberadaan Nino.

"Gue ama bang Nino nggak kayak saudara yang lain, hubungan gue sama dia kaku banget."

"Sekedar basa-basi nanya punya pacar atau belum?" Yuda menyambar, yang langsung di balaskan Brian decakan kesal.

"Gimana kalo kita bertiga ngejalanin misi sekarang aja? Hampir abis durasi, nih!" Brian membalas sembari menuding pergelangan tangan yang tanpa penunjuk waktu di sana. Bukan lawakan yang gong karena Brian selalu menggunakan lelucon yang sama. Dengan mimik wajah serius, membuat Zaki dan Yuda berinisiatif untuk menengok jam tangan mereka sendiri.

Kringgg

Setengah sepuluh, secara kebutuhan bel istirahat berbunyi. Mereka yang sudah sampai di lantai dua pun di serbu oleh kakak kelas yang ganas dengan perut kosong mereka yang mengabaikan sarapan.

Obsidian ketiganya yang saling teliti menyeleksi satu per satu, sampai akhirnya Brian menarik Zaki dan Yuda bersamaan untuk bersembunyi, Nino berjalan paling akhir di antara rombongan pun terlihat.

"Woi, itu bang Nino!" Yuda yang sudah sangat bersemangat pun hampir berlari mengejar Nino untuk secara langsung bantu menginterview, kalau saja Brian tak lebih dulu mencegah.

"Ingat! Kita lagi nguntit. Jadi sembunyi-sembunyi, ogeb!"

Hanya sampai waktu tengah hari, informasi yang mereka dapatkan pun di bicarakan. Kamar rapi milik Arka menjadi tempat paling nyaman untuk berkumpul setelah mereka di pulangkan dengan tas penuh dengan buku baru.

"Sipp! Dari interaksinya, kayaknya bang Nino emang siswa nggak jelalatan, deh! Segala cewek yang ngajak bicara, di ledanin nggak lebih dari tiga detik." Zaki yang mendinginkan tubuh panasnya di atas lantai pun mulai bicara. Sementara yang lain sudah bertelanjang dada, kipas angin yang di nyalakan seperti bantu menerbangkan aroma ketek mereka yang membumbung ke seluruh ruangan tertutup itu.

"Tapi pas sama cowok, interaksinya agak lamaan, sih! Sampek pelukan segala, lagi!" Sementara Yuda yang menimpali nampak bergaya penuh selidik dengan bawah dagunya yang di usap. Yang lekas di berikan pelajaran oleh Brian yang menoyor kepalanya.