1 bulan kemudian*
Perlahan Elang menarik gagang pintu kamar Dinda, ia bisa melihat sosok cantik yang dibalut gaun pengantin berwarna putih itu. Sungguh, sangat indah. Elang melangkahkan kakinya memasuki kamar sahabatnya itu.
Dinda yang tengah terdiam menatap cermin pun langsung membalikkan badannya menatap Elang dengan hangat.
"Lang." lirih gadis itu.
Sebisa mungkin Elang mencoba tersenyum. Sejujurnya, ia bimbang antara perasaan lega atau patah hatinya yang lebih dominan saat ini. Ia merasa akan kehilangan Dindanya yang gila. Entah perubahan apa yang akan terjadi setelah sahabatnya itu menikah.
Dinda langsung berdiri dan berjalan perlahan ke arah Elang.
Penantian Dinda berakhir, akhirnya ia akan bersama Bara. Elang tersenyum dan mengulurkan tangannya ke arah Dinda.
"Ayo kita berangkat, mereka udah nunggu!" kata Elang pelan.
Dinda terdiam, dia tidak menerima uluran tangan Elang, dia menunduk dan sesetes air matanya jatuh ke lantai.
