"Romantis banget ya, Bang! Gila couple favorite gue, mereka tuh." cicit Dinda saat Bara mengantarnya pulang.
"Gue sih gak like! Drama banget ngelamar doang!" celetuk Bara asal.
"Bilang aja lo iri! Gue tahu lo dulu suka sama Kak Melati!"
Bara terkekeh pelan mendengar tuduhan Dinda. Ia sama sekali tidak tersinggung, karena menurutnya masuk akal juga jika ada yang beranggapan seperti itu.
"Ngelamar tuh ajak ke atas tebing, atas gunung, atau apa gitu yang berkesan. Acara ginian doang romantisnya di mana?" ucap Bara pelan.
Mata Bara masih fokus pada jalanan di hadapannya.
Mendengar kata tebing keluar dari mulut Bara, Dinda langsung teringat ucapan Bara sesaat setelah ia terjun dari tebing kala itu.
Bara yang hanya menganggapnya saudara kembar Elang.
Apalagi, penolakan keras dari pria itu tentang ide perjodohan yang diusulkan oleh Pak Bagaskara.
Jantung Dinda langsung berdetak nyeri mengingatnya.
"Woi, kok ngelamun sih lo?" Bara menoel pelan dagu Dinda.
