"Apa?" pekik Nisa tajam. Ia menekan-nekan telinganya pelan, berharap apa yang ia dengar itu salah.
"Usia kamu sudah cukup matang untuk membina rumah tangga! Ayah sudah mendapatkan calon yang tepat untuk kamu, Nis!" terang Pak Heri, ayah dari Nisa.
Saat ini, Nisa tengah makan malam bersama ayah dan ibunya di salah satu restoran bintang lima.
"Tepat menurut Ayah, belum tentu tepat menurut Nisa!" protes Nisa dengan intonasi yang mulai meninggi.
"Pelankan suaramu!" geram Bu Sandra, ibu dari Nisa.n
Nisa merengut menatap daging di piringnya. Jika ia akan menikah, dia hanya ingin Sam yang menjadi pengantin prianya.
"Ini perintah, bukan permintaan! Ayah sudah melihat bibit, bebet, bobot calon kamu ini, dan semua oke, terlebih, ini rekomendasi dari sahabat kamu, Samudera! Kamu tahu kan, Nak Sam itu sangat teliti. Apa yang dia rekomendasikan pastilah yang terbaik!"
Nisa langsung lemas saat mendengar nama Samudera keluar dari mulut ayahnya itu.