Saga sudah tiba di kediaman sang orang tua. Ia pun segera turun dari mobil. Langkah kakinya membawa ke pintu depan rumah. Tangannya terjulur untuk mengetuk pintu.
Tok! Tok!
Terdengar suara langkah kaki yang mendekat ke luar. Tak berapa lama, pintu pun terbuka. Sesosok wanita berusia empat puluh tahunan lebih itu masih terlihat awet muda, tengah berdiri di ambang pintu.
"Saga."
Bu Angel segera meraih lengan sang anak dan menyuruhnya masuk ke dalam. Ia mengajak Saga untuk duduk bersama dengan ayahnya. Di sana sudah ada Pak Surya yang duduk di sofa ruang tamu.
Namun, Saga hanya bersikap dingin. Tak sekali pun ia menampilkan senyuman. Bahkan, pria itu masih berdiri dan tak mau duduk bersama dengan orang tuanya.
"Ada apa ayah menyuruhku datang kemari?" tanyanya langsung.
"Duduklah dulu, Nak. Kita bicarakan masalah ini baik-baik."
'Ini? Sebenarnya mereka berdua mau membahas apa?'
Saga pun menuruti ucapan sang ayah. Ia pun duduk. Terdengar embusan napasnya yang kasar. Saga melonggarkan sedikit dasi kerjanya.
Saga memandang lurus ke hadapan Pak Surya. Ia melihat ada yang tak beres dengan kedua orang tuanya.
"Ayah dan ibu mau bicara tentang apa? Bicaralah ... aku akan mendengarnya."
Terlihat dari Bu Angel yang tengah bertatapan dengan sang suami. Mereka berdua kemudian mengangguk. Saga menunggu salah satu dari mereka untuk buka suara.
"Ini tentang pernikahanmu dan wanita itu," ujar Pak Surya.
Saga langsung merasa gelisah. Ia sudah menduganya sejak awal, sebelum kedatangannya kemari. Bahwa kedua orang tuanya pasti akan membahas masalah ini.
"Memang kenapa dengan pernikahanku dan Alisa?"
"Nak, pikirkan ini baik-baik. Kami berdua tidak tahu asal usul wanita itu dengan jelas. Dan, kau pun tak pernah memberitahu kami berdua," ujar Bu Angel.
"Terlebih lagi, apakah dia terlahir dari derajat sosial yang terpandang atau tidak," sambung Pak Surya. "Kami ingin mempunyai seorang menantu yang jelas asal usulnya, misalnya seperti Reva.
"Ibu mau kau membina rumah tangga bersama dengan Reva. Bukan dengan wanita itu. Ceraikan saja dia!"
Saga hanya mendengarkan saja tanpa berniat untuk menjawab. Pria itu memijit kepalanya dengan kedua tangan. Merasa kecewa dengan ucapan yang dilontarkan oleh sang orang tua. Keinginan mereka tak akan pernah menjadi kenyataan, sebab Saga sangat mencintai Alisa, bukan Reva.
Tak akan pernah bisa Saga melepaskan sang istri tercinta. Wanita yang telah lama ia incar dan sekarang berhasil dirinya dapatkan. Alisa pun sekarang sudah mulai membuka hati. Mana mungkin, ia meninggalkan sang istri begitu saja.
Kedua orang tuanya dari dulu memang sudah menyukai Reva. Wanita itu telah berhasil menggait hati orang tuanya. Terlahir dari fisik yang cantik, kaya, orang tua yang mapan, dan sering ke luar negeri. Menjadikan Reva calon menantu idaman mereka. Namun, tidak bagi Saga, karena sifatnya sangat kekanak-kanakan.
Karena merasa bosan dengan obrolan ini, Saga pun memilih untuk pulang saja. Ia bangkit dari duduk dan kedua orang tuanya tengah menatapnya.
"Ayah, ibu, aku tidak akan pernah bisa menceraikan Alisa sampai kapan pun. Karena dia adalah orang yang sangat aku cintai. Mana mungkin, aku bisa meninggalkannya demi kalian berdua?"
Dengan langkah panjang, Saga sudah hampir keluar dari pintu rumah. Namun, tangannya berhasil diraih oleh Bu Angel. Sang ibu masih berusaha untuk membujuk dirinya.
"Saga, kau jangan jadi anak yang durhaka, Nak! Patuhi ucapan ayah dan ibumu ini. Ceraikan saja wanita itu dan menikahlah dengan Reva." Saga lekas menepis tangan sang ibu dengan kasar. Melihat aksinya itu, Pak Surya sigap mendekati mereka berdua.
"Meskipun kalian berdua adalah orang tuaku, tapi bukan berarti kalian berhak mengatur kehidupanku sepenuhnya. Paham?!"
Agar tak emosi berkepanjangan, Saga lebih memilih untuk lekas pergi dari rumah orang tuanya. Tanpa berpamitan sama sekali. Ia lekas masuk ke dalam mobil dan memacu kecepatan lebih tinggi.
***
Saga sudah sampai di rumah. Suasana hatinya memang sedang buruk sekarang. Namun, bukan berarti ia harus menampakkan ini semua di depan Alisa. Sebisa mungkin, Saga harus singkirkan masalah tadi.
Dirinya lekas turun dari mobil dan menemui Alisa di dalam. Dengan cepat ia naiki anak tangga, agar bertemu dengan sang istri tercinta. Rasanya tak sabar lagi bertemu dengan wanita itu.
"Sayang," panggil Saga saat sudah membuka pintu kamar. Alisa segera menoleh ke arah sang suami dan menyambutnya dengan hangat. Membuat pria itu agak mengernyitkan kening.
"Kau mau mandi? Biar kusiapkan air hangat terlebih dahulu." Alisa bergerak menuju kamar mandi, tapi Saga dengan cepat menarik tangan sang istri. Hingga, tangan pria itu menyentuh pinggulnya.
"Aku mau bermanja dengan istriku dulu." Saga menciumi leher Alisa yang putih bersih itu. Membuat wanita itu menggeliat. Kemudian, menghirup aroma tubuh istrinya yang begitu khas.
Saga menautkan bibirnya ke bibir mungil Alisa. Terkadang dengan jahilnya, ia sengaja menggigit bibir bagian bawah sang istri. Mereka pun berperang lidah di dalam. Alisa terus membalas perlakuan manis Saga. Tak akan ia biarkan suaminya lepas dari sisinya.
Tangan Saga kemudian meraba-raba bagian dada. Menuju ke arah bukit kenikmatan. Baginya, sang istri merupakan candu ternikmat yang pernah ada. Ia meremas-remasnya dengan begitu bergairah. Lalu, memberikan cupang di sana.
Alisa merasakan saja sentuhan demi sentuhan yang diberi. Tak akan ia menolak akan sensasi ini. Tangan kekar pria itu masih bergelayut di bagian dadanya. Terkadang, Saga meremas bukit kembarnya dengan begitu keras, membuat dirinya mengaduh.
"Jangan keras-keras sayang," ujar Alisa yang membuat Saga tercengang. Tangannya spontan berhenti untuk meremas buah besar kenyal itu.
"A–apa? Kau tadi bi–bilang sayang?" Dengan terbata-bata Saga berucap.
"Iya. Mulai sekarang, aku akan menjadi istri yang baik untukmu. Aku juga akan berusaha sekuat tenaga untuk meyakinkan kedua orang tuamu." Alisa melingkarkan kedua tangannya di leher Saga. Sedangkan, tangan Saga kembali lagi melingkar di bagian perut sang istri.
"Terima kasih, Alisa. Lambat laun, kedua orang tuaku juga akan mengerti dengan keadaan kita yang sudah menikah." Saga memeluk Alisa lebih erat lagi. "Dan, aku tak akan pernah bisa untuk meninggalkanmu."
"Iya, aku percaya dengan ucapanmu."
Mereka berdua kembali lagi saling berciuman satu sama lain. Menyalurkan hasrat masing-masing. Alisa tak akan pernah melepaskan Saga, karena mulai sekarang ... pelan-pelan ia sudah mulai menyukai pria itu.
'Aku mulai menyukaimu, Saga.'
------
Puasa ketiga sudah terlewati guys. Semangat terus puasanya, ya.
Jaga kesehatan kalian baik-baik di sana.
Oh, iya. Buat kalian yang punya aplikasi Noveltoon, aku bakal update cerita juga di sana. Mampir ya nanti.