Alisa melihat sang suami bersama dengan Reva sedang berduaan. Ia pun dengan cepat menaiki anak tangga dan menuju ke kamar. Dirinya tak menyangka dengan Saga, padahal pria itu sudah berjanji padanya untuk tak berbuat macam-macam.
Saga bermaksud ingin mengejar Alisa ke atas, tapi pergelangan tangannya dicengkeram kuat oleh Reva. Wanita itu menariknya, bermaksud agar Saga tetap berada di sini saja.
"Penjaga!" Saga berteriak seraya memanggil para penjaga. Kemudian, ia menepis tangan Reva agar terlepas dari pergelangannya.
"Bawa Reva pergi dari sini!" titahnya. Saga pun langsung berlari menaiki anak tangga.
Saat para penjaga ingin membawa wanita itu keluar, Reva mengancam mereka semua. "Aku bisa keluar sendiri! Jangan macam-macam denganku atau aku akan adukan hal ini pada Om Surya!"
Para penjaga tak ada yang berani untuk membawanya keluar. Reva menghentak-hentakkan kakinya melangkah keluar dari rumah ini. Ia terlihat kesal bukan main. Dengan segera dirinya menuju ke dalam mobil dan pergi dari sini.
Sedangkan di kamar, Saga sudah bertemu dengan Alisa. Ia menghampiri sang istri yang sedang berdiri dekat jendela kamar. Wanita itu berdiri membelakangi.
"Alisa ... ini tak seperti yang kau pikirkan," ucap Saga lemah lembut. Ia berusaha menjelaskan apa yang terjadi di bawah sana. Namun, Alisa tampaknya masih tak percaya.
Saga perlahan-lahan memeluk Alisa dari belakang. Wanita itu sempat menolak untuk dipeluk.
"Percayalah ... aku tak macam-macam dengan Reva."
"Omong kosong!" ucap Alisa yang masih marah. "Buktinya tadi kalian berdua pelukan!"
"Bukan aku yang memeluknya, tapi Reva yang memelukku dari samping."
"Sama saja!" Alisa melepaskan pelukan Saga. Ia berjalan lunglai menuju ranjang. Wajahnya begitu murung. Hatinya tak karuan, apakah percaya atau tidak dengan ucapan sang suami.
Ternyata Reva bukanlah orang yang mudah menyerah. Buktinya wanita itu dengan berani memeluk sang suami di depan matanya sendiri. Namun, bukan berarti, Alisa akan menyerah.
"Sayang ...." Sekarang Saga ada di hadapannya. Pria itu kemudian berjongkok sambil menggenggam kedua tangannya.
"Aku mohon kau percaya dengan ucapanku. Aku tidak macam-macam dengan Reva."
Alisa hanya diam saja. Tak berniat untuk membalas ucapan Saga. Pria itu masih dalam keadaan berjongkok sambil memohon.
Saga akan berusaha segala macam cara agar mendapat permohonan maaf dari Alisa. Karena semua ini, bukan salah dirinya, melainkan Reva yang tengah memeluknya tadi. Andai, Saga menolak untuk dipeluk mungkin saja hal ini tidak terjadi.
"Sayang ... mohon maafkan aku. Aku berani bersumpah bahwa tak macam-macam di belakangmu."
Sang istri masih saja tak menghiraukan perkataannya. Saga berusaha untuk mencari cara agar dimaafkan oleh Alisa. Wajah Alisa masih cemberut dan hanya diam saja. Tak menoleh juga ke arah Saga. Dirinya masih berjongkok dan terus memohon.
Ia tahu bahwa Alisa sedang cemburu. Namun, dirinya tak mau kalau sang istri marah berlarut-larut.
"Baiklah, aku maafkan ...," lirih Alisa. Wanita itu kasian juga melihat suaminya terus menerus jongkok seperti ini.
"Benarkah?" tanya Saga tak percaya. Alisa mengangguk kemudian. Ia menyuruh sang suami untuk duduk di sampingnya.
"Aku mohon kau jaga jarak dengan Reva, ya, mulai sekarang. Apakah kau akan berjanji?"
Alisa begitu takut, kalau nanti Saga akan mulai menumbuhkan benih-benih cinta pada Reva. Karena wanita itu begitu gencar untuk memiliki Saga.
"Baik, aku berjanji padamu sayang." Saga langsung memeluk Alisa. Kali ini sang istri tak menolak lagi untuk dipeluk. "Besok pagi kita berdua akan mengurus keperluan untuk bulan madu kita keluar negeri."
Saga mencondongkan badan dan mulai menautkan bibirnya ke bibir sang istri. Sehari saja kalau tak mencumbu istrinya, berasa ada yang kurang sekarang bagi Saga. Karena Alisa candu ternikmatnya.
Alisa membalas ciuman itu agar lebih panas lagi. Ia membuka mulut agar lidah Saga bisa menjangkau bagian mulutnya. Mereka berperang lidah di sana. Embusan napas Alisa begitu terengah-engah, karena Saga tak mau berhenti mencumbuinya.
Sentuhan tangan Saga mulai ia rasakan. Pria itu memberi sentuhan dari bagian lengan. Kemudian, menuju ke arah bagian dada. Kedua tangan pria itu dengan cekatan memberikan remasan kenikmatan. Begitu melenakan bagi Alisa.
Tanpa perlu izin dari sang istri, Saga perlahan membuka pengait tali gaun yang tersampir di bahu Alisa. Setelah berhasil ia turunkan, maka terlihatnya bra berenda-renda berwarna hitam. Saga mendekat dan ingin menciumi daerah bukit kembar itu dan ingin menghisapnya.
Alisa begitu terbuai oleh perlakuan Saga. Pria itu selalu bisa membuatnya nyaman. Alisa melihat Saga yang menghisap bukit kembar miliknya. Jari jemarinya meremas-remas rambut sang suami.
"Alisa ...," panggil Saga. Pria itu mendongak menatap wajahnya.
"Iya?"
"I love you so much dear. Aku tak bisa kehilanganmu. Jadi, jangan berpikiran yang tidak-tidak terhadapku, ya? Karena bagiku, kaulah yang jadi prioritas." Saga mengucapkan itu dengan tulus. Sorot matanya bertemu dengan mata Alisa.
"I love you too. Aku akan berusaha untuk tidak berpikiran negatif padamu."
Saga mengangguk, lantas melanjutkan lagi aktivitas yang membuatnya sangat bergairah. Setelah mengucapkan kata-kata manis pada sang istri, sekarang dirinya yakin bahwa Alisa sepenuhnya tak marah lagi. Wanita itu bisa ia takhlukkan kembali.
Setelah menghisap bukit kenikmatan yang membuat candu, Saga meletakkan kepalanya di paha mulus Alisa. Tangan sang istri terjulur untuk membelai lembut rambutnya. Sorot mata Alisa begitu tulus sekarang menyayangi dirinya.
Sekarang Saga harus bisa menjaga keutuhan rumah tangganya bersama Alisa, karena banyak pihak yang ingin rumah tangganya hancur. Ia masih memikirkan, bagaimana caranya agar bisa mendapatkan restu kedua orang tua untuk bisa menerima Alisa. Menerima dengan tulus sang istri, bukan hanya membandingkan dengan Reva.
"Apa yang kau pikirkan?" tanya Alisa yang melihat sang suami melamun, menatap dinding-dinding kamar.
"Memikirkan tentang kita." Saga menarik tangan Alisa dan menggenggamnya. "Aku begitu mencintaimu. Aku harus memikirkan cara agar kedua orang tuaku bisa menerimamu."
"Tidak perlu terburu-buru untuk membuat mereka bisa menerima keberadaanku. Itu semua perlu waktu. Aku paham, karena kita berdua menikah tanpa mengundang siapa pun kemarin." Alisa tersenyum ke arah Saga. Pria di depannya saat ini begitu memikirkan tentang kedua orang tuanya.
"Ya, kau benar. Karena aku tak mau mengundang siapa pun kemarin. Cepat atau lambat, kedua orang tuaku pasti bisa menerimamu sayang."
Alisa yakin bahwa tak ada yang tak mungkin di dunia ini. Lambat laun, kedua orang tua Saga pasti bisa menerima kehadirannya di keluarga ini. Dan, Reva bisa mengikhlaskan Saga sepenuhnya untuk Alisa. Namun, semua itu jelas perlu waktu. Ia paham, bahwa Reva masih mencintai suaminya dan berat menerima pernikahan ini.
"Iya sayang. Aku percaya bahwa di dunia ini tak ada yang tak mungkin ...."
-------
Semoga kalian selalu sehat, di mana pun kalian berada. Dan, tetap semangat puasanya bagi yang menjalankan.