Barisan Depan
Rigma dan asrea maju ke barisan depan untuk memeriksa jebakan dan pengamanan musuh. Mata asrea berguna untuk memantau orang-orang yang bersembunyi dan mata rigma berguna untuk melihat dalam gelap. Misi dimulai ketika matahari mulai terbenam, rigma meminjam mata syna yang dapat melihat di dalam kegelapan.
"Rigma.. Apa benar kamu bisa melihat semuanya seperti pada siang hari…?"
"Yap… semuanya terlihat sangat jelas… bahkan lebih jelas ketimbang di siang hari…"
"Kalau begitu kita mulai rencananya…"
"Oke… "
Rigma dan asrea berpencar untuk memperluas area pemantauan, sementara barisan belakang berjalan maju perlahan.
"100 meter ke depan aman…"
"Belum ada tanda-tanda musuh dalam jarak 100 meter ke depan…"
Setelah mendengar informasi dari rigma dan asrea, tim utama pun maju 100 meter ke depan. Mereka tetap dalam kondisi siaga penuh saat berjalan menyusuri hutan buatan.
"Lapor… saya menemukan jebakan 50 meter di depan…"
"Jebakan seperti apa…?"
"Jenis jebakan kuno… tapi sangat sulit terlihat kalau menggunakan penglihatan malam biasa… benang pemicu jebakannya terlalu tipis… saya akan memeriksa jalur lain..."
"Oke dimengerti…"
Rigma pun memutar sambil menggunakan beberapa cairan bening seperti air yang melayang di depannya.
'Beruntungnya aku bisa merasakan apapun yang disentuh air jiwa ini…'
'Berguna bukan...? Ilmu alkimia yang aku ajarkan…'
'Ya… sangat berguna… aku tidak menyangka bisa merasakan benda yang menyentuh air ini… seolah air ini bagian dari tubuhku…'
'Air jiwa memang berfungsi untuk alarm peringatan… dulu aku menggunakannya saat sedang mencari bahan mentah di area berbahaya…'
'Yah bagaimanapun aku tertolong… semoga asrea juga berhasil dengan teknik barunya…'
'Tenang… wanita itu memiliki jiwa pengelana yang cukup terampil di sampingnya…'
Air jiwa adalah air yang dibuat dengan beberapa bahan sederhana dan menggunakan proses pendek dalam pembuatannya. Bahan-bahan untuk membuat air jiwa diantaranya adalah air mineral, tetesan energi jiwa seseorang, dan bagian tubuh dari orang tersebut. Rigma sendiri menggunakan rambutnya untuk membuat air jiwa tersebut. Sementara asrea menggunakan sihir air yang konsepnya hampir sama dengan air jiwa.
"Lapor… di area B ada jebakan… jenis jebakan kuno… di titik 75 meter jalur utara…"
"Oke kalau begitu kita akan mengambil jalur memutar…"
Seluruh tim utama memilih jalur memutar bersama rigma yang memimpin pemilihan jalur. Sementara di posisi musuh, siar terus melaporkan kepada majikannya soal jalur yang diambil para etranger.
"Jadi begitu… mereka bahkan bisa mendeteksi jebakan kuno… lumayan hebat… tapi jalur memutar harusnya lebih berbahaya dari jebakan kuno…"
Sang bos grup kriminal tersenyum lebar ketika mendengar informasi soal jalur yang diambil oleh para etranger.
'Aku tidak menyangka rigma bisa mengajariku sihir seperti ini…'
'Hahaha… ini sihir yang lupa aku ajarkan padamu… aku juga terkejut anak itu bisa mengerti konsep sihir air…'
Asrea merasa kesal ketika dirinya merasa semakin tertinggal dari rigma dalam hal pengetahuan. Namun ia hanya bisa mengeluh sambil terus berjalan maju dengan sihir deteksinya yang terus aktif.
"Hmmm…? Apa ini…?"
Rigma melihat sebuah tanda aneh di tanah yang akan ia lalui, sebuah tanda seperti lukisan. Mendengar tiba-tiba pasukan etranger kembali berhenti membuat senyuman sang bos grup kriminal lenyap.
"Jadi mereka lebih cekatan dari yang aku kira… aku pikir mereka tidak akan melihat lukisan kecil yang aku buat di tanah… Tapi..."
*menghilang…*
Rigma yang berada di dekat lukisan aneh menghilang dan muncul di tempat lain.
"Eh…!?"
"Ada apa rigma…?"
"Sepertinya saya di teleportasi ke lokasi yang berbeda… 70 meter di depan ada sebuah lukisan aneh di tanah… saya bahkan tidak menyentuh dan tetap menjaga jarak… namun… !"
*slash…*
"Rigma… rigma...!"
Suara rigma pun berhenti setelah terdengar suara tebasan pedang, asrea langsung lemas ketika mendengar percakapan tersebut.
"Rigma… "
"Asrea…! Kamu harus memimpin jalan menggantikan rigma…!? Kita harus cepat sebelum semua terlambat…!"
'Itu benar rea… anak itu tidak akan mati dengan mudah…'
*plak…*
Asrea menepuk wajah dengan kedua telapak tangannya untuk mengembalikan semangatnya.
Jebakan & Penyergapan
"Hihihi… ternyata meleset…"
Pria bertubuh kurus dengan rambut gondrong berantakan menyerang rigma dengan sebuah celurit. Sebuah senjata tradisional yang berbentuk melengkung seperti bulan sabit dengan ujung runcing dan kedua sisi bilahnya tajam.
"Hoi… ! kau tahu tidak… seberapa mahal alat komunikasi ini…!?"
Serangan yang dilancarkan oleh pria kurus itu hanya berhasil mengenai alat komunikasi di telinga rigma.
"Xixixi…. Kau etranger yang cukup kuat bocah… tapi… aku sudah melawan banyak etranger kuat sebelumnya… bersiaplah…!"
*tertusuk…*
Pria kurus tersebut langsung muntah darah ketika selesai berbicara, ia melihat ke arah dadanya yang tertusuk oleh bilah pedang.
"Se… sejak kapan…!?"
"Saat kau pertama menyerangku… kebetulan aku hanya perlu menggunakan sedikit gerakan jari saja untuk menggerakkannya…."
Lawan pertama rigma pun mati dengan sangat cepat, ia pun mencabut pedangnya dari dada pria kurus.
"Haaa… sekarang kita harus mencari rekan tim yang terpisah… ngomong-ngomong makasih sarannya syna…"
'Tidak masalah bocah… kalau kau melawan orang lemah seperti terlalu lama juga hanya akan membuang tenagamu…'
"Aku tidak menyangka ada juga jiwa pengelana yang jenisnya seperti monster…"
'Laniard… monster yang memiliki tubuh seperti manusia dengan cakar yang tajam… gerakannya sangat cepat… penciumannya tajam… tapi pendengarannya buruk… kalau dihitung peringkat jiwa pengelana… mungkin hanya peringkat B…'
Rigma mendengar penjelasan syna sambil mencari pohon paling tinggi di sekitarnya. Ia pun mulai memanjat pohon tersebut dengan perlahan untuk menghemat tenaga.
"Kurasa ini cukup… jadi kalau dia peringkat B… masuknya lebih lemah dari asrea ya…?"
'Tidak juga… tingkatan penggunanya juga berpengaruh… kalau lawannya asrea mungkin sudah terluka parah saat menerima serangan pertama…'
"Benar juga… serangan awal tadi sungguh mengejutkan… kalau aku belum menerima pelatihan gilamu untuk merasakan hawa keberadaan dan hawa membunuh… mungkin aku juga akan terluka parah…"
'Hahaha… tapi kau juga hebat bocah… bisa membunuh sesama manusia untuk pertama kalinya tanpa ketakutan atau trauma kecil…'
"Aku memang tidak trauma atau ketakutan… tapi kalau soal gugup… tapi kalau soal gugup ya tentu saja aku gugup saat melakukan pertarungan hidup dan mati seperti tadi... namun setelah selesai tidak terasa berbeda..."
Rigma mengobrol dengan syna sambil mengamati seluruh area hutan untuk mencari anggota timnya.
*BOOM…!*
Saat rigma sedang sibuk mencari, tiba-tiba suara ledakan yang sangat keras terdengar. Ia melihat kepulan asap dan hutan yang rusak di arah barat dari tempatnya memantau.
"Aruna… bisakah aku meminjam mata naga…?"
'Hah….!? kau gila…? Kekuatanmu hanya bisa menahan mata naga dalam beberapa detik saja…'
"Itu cukup… aku perlu melihat siapa yang bertarung di sana…!"
'Haaaa… kalau ada masalah aku tidak tanggung jawab ya… dan ingat batasanmu hanya 10 detik… aku juga hanya meminjamkan mata bagian kiri...'
"Oke…!"
Rigma akhirnya melihat menggunakan mata naga, sehingga ia bisa melihat dengan jelas siapa yang bertarung hingga membuat hutan berantakan. Ketua regunya sedang bertarung dengan seorang pria besar yang tubuhnya penuh dengan otot kekar.
Bersambung...