Beban Fisik
Rigma terus melatih setiap pergerakannya di gelanggang latihan etranger pemula. Alasan rigma cuma satu, untuk memperkuat fisiknya sebagai wadah 3 jiwa pengelana.
"Fiuh… "
"Kamu rajin ya rigma…"
Asrea menghampiri rigma yang baru selesai latihan sambil membawakan minuman.
"Terima kasih… fiuh… aku harus terus melatih tubuhku… untuk memaksimalkan kekuatan jiwa yang aku punya…"
"Dengan fisik sekuat ini kamu masih belum puas…? Ternyata kamu orang yang ambisius ya… jadi kapan kita bisa ambil misi pertama…?"
"Eh….?"
"Hm…?"
'Gawat…. ! aku lupa telah membentuk tim dengan asrea sebagai etranger lepas… kebanyakan etranger mendapatkan uang dari misi… atau penaklukan retakan dimensi… tidak seperti diriku yang hanya ingin masuk area latihan ini…''
Asrea kebingungan melihat reaksi rigma yang aneh ketika mendengar ucapannya soal misi pertama.
"Anu… gimana kalau besok…"
"Besok hari sabtu ya… boleh… tapi kita ambil misi jangka pendek saja…"
"Oke… "
'Apapun gak masalah… yang penting aku tidak boleh membuat asrea menanggung beban akibat keegoisanku…'
Rigma pun meneruskan latihannya, ia jadi lebih dikenal semenjak keributan yang dibuat oleh organisasi SATRIA.
'Setelah selesai latihan… aku harus ke kampus untuk menjemput harun… akhir-akhir ini aku jarang mampir ke laboratorium…'
Jadwal rigma menjadi sangat padat setelah dirinya mendaftarkan diri sebagai etranger kelas 3. Namun sesekali ia masih suka mengikuti kegiatan laboratorium dan tentunya rigma juga tidak meninggalkan kuliahnya. Rigma mengistirahatkan tubuhnya ketika dalam perjalanan menuju universitas atma.
'Akhir-akhir ini bocah yang menjadi wadah kita terlalu giat berlatih…'
'Itu merupakan hal bagus… kalau dia malas… sampai kapan pun ia tidak akan bisa menggunakan kekuatan kita bertiga sekaligus…'
'Tapi tubuh manusia perlu istirahat yang cukup…'
Wimala dan aruna berdebat soal rigma yang terlihat sangat lelah dalam seminggu terakhir. Rigma berusaha keras mengimbangi waktu kuliah, latihan, laboratorium dan istirahat dalam satu hari. Alhasil jika ada waktu luang, rigma akan memanfaatkannya untuk istirahat walau hanya sebentar.
[sudah sampai tujuan universitas atma]
"Hmmmm… sudah sampai kah… lumayan juga aku bisa tidur 30 menit…"
Aktivitas kampus berjalan seperti biasa, berita soal rigma yang menjadi etranger belum diketahui oleh siapapun selain dini. Kegiatan penelitian senjata jiwa juga berjalan seperti biasa dan banyak terjadi kegagalan.
"Huaaa… hampir berhasil…."
"Perkembangannya sudah 80% ketua…"
"Untung kamu bisa datang hari ini rigma… kemarin kami melakukan penelitian ini tanpa dirimu… hasilnya… hanya mengalami peningkatan 3% dalam 40 kali uji coba…."
"Tapi paling tidak ada perkembangan ketua… lagipula membuat mesin sintesis untuk ekstrasi makhluk hidup sangatlah susah…"
"Tapi kau tahu… 40 kali uji coba itu memakan berapa banyak hewan yang jiwanya terkontaminasi…! Sementara 1 hewan terkontaminasi saja harganya sudah sangat mahal…!"
"Hehehe… ya kalau soal itu…"
Rigma berusaha mengelak dari risman yang merasa kesal akibat kehilangan banyak dana penelitian. Mesin sintesis adalah ide dari syna, ia memanfaatkan gabungan teori sintesis miliknya dengan teori milik laboratorium pengembangan senjata jiwa. Rigma hanya mempelajari teori yang ada, ia mengembangkannya bersama syna agar kemungkinan berhasilnya lebih tinggi.
'Apa segini sudah cukup syna…?'
'Untuk perkembangan saat ini kurasa cukup… aku tidak menyangka dalam satu bulan pengembangan… mereka bisa mengalami kemajuan hingga 80%... manusia ternyata lebih pintar dari yang aku kira…'
'Beruntunglah ketua pengembangan senjata jiwa adalah seorang maniak penelitian… ia mempelajari teori yang kita buat setiap hari demi kemajuan penelitian ini… '
Rigma tiba-tiba teringat soal harun saat penelitiannya selesai, ia pun segera menghampiri laboratorium penguatan jiwa. Ketika ia berjalan di lorong menuju laboratorium penguatan jiwa, rigma melihat harun sedang dihalangi oleh seorang pria.
"Ayolah… kita jalan sekali saja ya…"
"Maaf … tapi aku ada janji…"
"Hari ini juga…? Bukankah kemarin kamu menolak juga karena bilang ada janji…?"
Pria yang menggoda harun berasal dari laboratorium pemulihan jiwa, namanya Indra Fiansyah. Anak pertama dari keluarga pengusaha kaya yang memiliki sifat angkuh serta playboy. Indra memiliki gaya stylish dengan rambut yang dicat pirang dan wajah tampannya yang sangat serasi.
"Oi harun…"
"Ah rigma…"
Harun langsung berlari meninggalkan indra ketika melihat rigma yang berjalan ke arahnya.
"Cih… "
Indra terlihat sangat kesal ketika melihat harun menghampiri rigma dengan senyuman manis. Rigma melihat hal tersebut, ia menyadari kecemburuan indra yang melihat wanita incaran kabur begitu saja.
"Maaf… kamu sampai harus ke tempatku…"
"Tidak apa-apa… kalau untuk kamu… menjemput ke surga atau neraka pun akan aku lakukan…"
*peluk…*
Rigma sengaja memeluk harun sambil mengeluarkan rayuan manis untuk membuat suasana makin romantis. Harun panik dan hatinya berdebar-debar ketika mendapatkan pelukan dari rigma secara tiba-tiba. Namun harun tidak menolak sama sekali pelukan rigma, wajahnya memerah karena menahan rasa malu.
"Hee… "
'Sialan... ternyata selera gadis manis ini cowok tengik…!'
Rigma sendiri tersenyum jahat ke arah indra yang menatap mereka dengan wajah kesal. Indra semakin emosi ketika melihat kemesraan wanita incarannya bersama pria lain. Indra pun membalikkan badan dan pergi sambil menahan rasa kesalnya. Setelah indra hilang dari pandangan tubuh rigma menjadi lemas.
"Eh rigma…? Kamu… rigma kamu kenapa…?"
Harun panik karena merasakan berat tubuh rigma, ia tak kuasa menahan tubuh rigma dan akhirnya terjatuh duduk secara perlahan.
"Maaf… sepertinya aku butuh istirahat…. Bisa bantu aku keluar dari laboratorium…?"
"Iya… tapi kamu kenapa bisa seperti ini…?"
"Sepertinya aku terlalu banyak beraktivitas seminggu belakangan ini… "
". . . ."
Harun pun membantu rigma berjalan keluar dari laboratorium, niken juga membantu mereka sampai keluar gedung. Harun langsung membawa rigma pulang dan ia juga menghubungi orang tuanya untuk izin menginap di rumah rigma.
'Sudah kuduga… manusia memiliki batasan fisik untuk latihan berat…'
'Syna… sepertinya caramu melatih rigma terlalu keras…'
'Aku sependapat dengan aruna… melatihnya siang dan malam selama seminggu penuh terlalu berlebihan…'
'Aku tahu… tapi kalau diperhatikan perkembangan fisiknya sangat pesat… dengan ini aku tahu batasan untuk latihan manusia… rigma hanya boleh dilatih ketat selama 4 hari… lalu 2 hari untuk istirahat penuh...'
Selama seminggu rigma terus melatih fisiknya agar bisa mengimbangi kekuatan 3 jiwa pengelana di tubuhnya. Syna memberikan arahan siang dan malam untuk latihan keras yang dijalani rigma. Akhirnya rigma hanya bisa tidur 3 sampai 2 jam sehari, syna yang seorang succubus tidak tahu batasan fisik manusia. Latihan keras bertubi-tubi pun membuat rigma tumbang di hari ke tujuh.
Setelah tidur seharian dan mendapat perawatan dari dua wanita cantik. Tubuh rigma pun pulih sepenuhnya dalam 2 hari, ia tidak lagi merasakan lelah seperti sebelumnya. Malahan tubuhnya terasa menjadi jauh lebih segar dan lebih bertenaga dari sebelumnya. Tubuh seorang etranger dapat berkembang jauh lebih cepat dari manusia biasa. Namun bukan berarti mereka dapat berkembang tanpa batas atau berkembang tanpa perlu adanya latihan.
"Ini…?"
'Bagaimana…? Itu adalah hasil dari menu latihan yang aku buat… padahal aku sudah mengurangi porsi latihannya menjadi setengah…'
Rigma tersenyum sendiri ketika mendengar perkataan syna tentang hasil latihannya.
*kring kring…*
"Halo rigma…?"
Saat rigma mengangkat telepon tersebut, ternyata yang terdengar adalah suara asrea. Ia langsung teringat soal janji menjalankan misi pertama.
"Maaf mengganggu… bisa kau ke gedung administrasi sekarang…? Kita dapat misi penting…"
Bersambung…