Latihan Berburu
Etranger adalah manusia yang memiliki kekuatan khusus, mereka bertugas untuk bertarung. Banyak dari etranger yang membutuhkan senjata khusus untuk bekerja. Bisnis pembuat senjata etranger juga berkembang pesat, terutama senjata kuno. Senjata kuno biasanya berbentuk pedang besi, tombak, busur, panah, tongkat dan lain-lain. Berbeda dengan senjata modern yang sudah dilengkapi teknologi canggih. Senjata kuno lebih cocok memiliki kemampuan spesial seperti sihir.
"Jadi ini yang disebut senjata jiwa…"
"Benar… kau hanya perlu meneteskan darahmu padanya dan kau secara resmi akan menjadi pemiliknya…."
Rigma mendapat sebuah pedang pendek yang bilahnya berwarna oranye dari risman. Kulit dari monster dimensi yang sebelumnya disimpan oleh rigma telah menjadi sebuah pedang.
"Aku tidak pernah menyangka kulit lentur itu bisa menjadi pedang… bagaimana cara mengolahnya ketua…?"
"Ah kalau itu cukup sulit untuk dijelaskan…aku bahkan gagal dalam dua kali percobaan… sehingga hasilnya hanya sebuah pedang pendek…"
"Jadi ketua awalnya ingin membuat pedang panjang…?"
"Benar… tapi karena bahannya hanya tersisa separuh… aku tidak bisa terlalu memaksa…"
Rigma terkejut dengan kemampuan risman yang bisa mengolah sedikit bahan hingga berhasil menjadi senjata. Rigma pun mulai menggores tangannya untuk menjadikan pedang oranye buatan risman menjadi miliknya.
*bersinar…*
Pedang oranye tersebut memancarkan sebuah cahaya ketika darah rigma diteteskan di tubuh pedang. Rigma perlahan melihat cahaya hijau kecil dan tipis mengalir dari inti pedang oranye. Cahaya hijau tersebut terlihat seperti sebuah tali yang mengikat jiwa rigma dengan inti pedang tersebut.
"Ketua… batu hias yang berwarna biru di pedang ini terbuat dari apa…?"
"Itu adalah rune yang aku buat dari sisa-sisa bahan… setelah pedang pendek tersebut selesai… aku memang berniat memasang hiasan seperti batu jiwa atau semacamnya… tapi aku melihat ada bahan kulit yang tersisa bekas membuat pedang… aku sendiri tidak menyangka akan jadi rune jiwa…"
Rune jiwa adalah batu yang terlihat indah dengan energi jiwa murni yang tertanam di dalamnya. Bahan utama untuk membuat rune adalah batu hias biasa, lalu material yang mengandung energi jiwa dan terakhir alat sintesis alkimia. Semakin tinggi keterampilan pembuatnya maka akan semakin hebat efek yang dimiliki runenya.
"Ketua memang hebat… jadi apa efek dari rune ini…?"
"Floating dan telekinesis…"
"Dua efek…!?"
"Iya… tapi sayangnya efeknya masih terlalu lemah untuk bisa membuat penggunanya terbang…"
"Boleh aku coba menggunakannya…?"
"Tentu asal kau hati-hati… pedang itu sangat tajam…"
"Oke… lagipula aku hanya ingin tahu cara menggunakannya…"
Rigma perlahan menyalurkan energi jiwanya yang terhubung dengan pedangnya. Risman juga mengambil sebuah kotak besi bekas sebagai target rigma untuk menguji pedangnya. Perlahan rigma melepaskan genggamannya pada gagang pedang. Hasilnya pedang oranye pun melayang di udara dan terus mengikuti gerakan tangan rigma.
"Waahhh… beneran bisa terbang… hebat... "
"Dari yang aku lihat… kunci pergerakan pedangmu ada pada gerakan tangan…"
"Iya… biar aku coba mengincar kotak itu…"
*swing…*
Rigma dan risman terkejut ketika kotak besi yang menjadi target ditembus oleh pedang oranye dengan sangat mudah. Pedang rigma pun tertancap di dinding laboratorium setelah menembus dua lapis besi yang dimiliki oleh targetnya/
"Ehhh… ketua… ini terlalu tajam…"
"Y-yah… namanya juga senjata etranger… ja-jadi aku harus membuatnya setajam mungkin…"
"Tapi tidak masalah ini malah jauh lebih bagus… aku namai pedang senja…. Karena warna bilahnya yang mirip seperti langit saat senja…"
Risman mencoba mengelak dengan cara aneh ketika rigma memprotes hasil kerjanya yang terlalu hebat. Namun rigma sangat senang telah mendapat senjata yang begitu kuat untuk melakukan pekerjaan sebagai etranger lepas. Setelah berterima kasih pada risman, rigma pun memasukkan pedang senja kembali ke koper dan pergi.
'Dengan ini seharusnya tidak masalah…'
'Benar kau bisa mulai latihan di dalam pertarungan sesungguhnya dengan pedang itu… '
Rigma keluar dari laboratorium dengan senyum bahagia bersama dengan syna dan koper yang berisi pedang barunya. Dini menunggu di mobil dengan patuh, ia pun tidak bertanya tentang koper yang dibawa rigma. Rigma mengatur tujuan selanjutnya di sistem navigasi mobil otomatis, dini hanya melihat tanpa berkata apa-apa.
"Tuan tempat ini…?"
"Ya benar… aku ingin mencoba kemampuanku sebagai etranger… "
Dini terkejut ketika mereka berhenti di parkiran gelanggang pelatihan etranger pemula.
'Sebelumnya tuan rigma sangat membenci etranger… tapi entah kenapa belakangan ini dia berubah sangat drastis…'
"Kau pasti kaget kan… aku yang dulunya sangat benci etranger… tiba-tiba mau datang ke tempat seperti ini…"
Dini langsung tersentak kaget, seolah rigma bisa membaca isi kepalanya. Namun wajah dini tetap terlihat kalem dan mencoba tidak terlihat aneh.
"Ya memang saya cukup terkejut tuan…"
"Yah gimana ya menjelaskannya… aku memang benci etranger… tapi aku sekarang jauh lebih membenci sistem yang mengatur etrangernya…"
"Jadi anda tidak terlalu membenci etrangernya…? Melainkan sistem yang mengatur mereka…?"
"Tepat… sejak aku kenal beberapa etranger yang mencoba melawan sistem… pikiranku jadi agak terbuka… oh iya kamu tunggu di luar gedung ya… soalnya… selain pemegang kartu etranger dilarang masuk…"
"Dimengerti tuan…"
Rigma pun masuk ke dalam gedung latihan etranger setelah menunjukkan kartu identitasnya ke penjaga. Di dalam gedung terdapat banyak fasilitas khusus, bahkan ada juga alat untuk latihan fisik yang terlihat mengerikan. Sebab standar latihan fisik etranger dengan manusia biasa sangat berbeda jauh.
"Oi rigma... !"
Suara wanita dari kejauhan memanggil rigma, sosok wanita berambut biru yang khas dengan paras cantik pun menghampirinya.
"Asrea…? "
"Kamu kesini juga rigma…? Aku kira kamu tidak akan langsung ke pusat pelatihan pemula…"
"Aku kesini karena ingin melatih kemampuan pedangku…"
"Pedang…? Ah… iya juga kemampuan fisikmu kan luar biasa…"
"Ya begitulah… aku butuh target yang bergerak dengan cepat... "
"Hmmm… sepertinya aku tahu tempat yang cocok…"
Asrea pun mengajak rigma ke sebuah area latihan yang menggunakan target bergerak. Target yang terbuat dari kayu seperti boneka seukuran manusia dan bisa bergerak cepat.
"Ini besar ya…"
Tinggi boneka kayu 175 cm sementara tinggi rigma hanya sekitar 150 cm, rigma sedikit gugup melawannya. Ditambah bonekanya bukan hanya 1 buah melainkan ada 7 buah boneka yang siap melawan rigma.
"Kau pasti bisa rigma… cukup hajar mereka sampai hancur… mereka dapat pulih sendiri… tidak peduli seberapa hancurnya mereka setelah dipakai latihan…."
"Huhhh… jadi tidak masalah sehancur apapun ya…"
Rigma menghela nafas sambil melepaskan kekuatan jiwa pedang senja miliknya. Asrea terkejut melihat sebuah pedang dapat melayang di tangan rigma seperti sihir. Boneka kayu tidak menunggu lagi dan langsung menyerang rigma secara bersamaan.
*swing… slash slash…*
Dalam hitungan detik pedang senja berhasil membelah ketujuh boneka kayu yang ada di depan rigma. Semua boneka kayu tersebut terbelah menjadi dua bagian dan latihan pun selesai dalam sekejap.
"Hanya segini rupanya… ternyata jauh lebih mudah dari yang aku kira…."
Rigma tersenyum ke arah asrea yang sedang terkejut melihat ketujuh boneka latihan kalah dalam sekejap.
Bersambung…