"Ini tempat umum, jangan merusak suasana tenang di restoran ini.."
Putri terkejut saat melihat pria yang menolong itu adalah Dokter Damar. Sinta langsung menepis tangan Damar dengan kasar, kemudian menatap pria itu dengan tatapan yang mematikan. Namun, respon Damar hanya datar bahkan sepertinya dia tidak terlalu menganggap keberadaan Sinta.
"Siapa lu? Pacarnya? Atau selingkuhnya?" Tanya Sinta yang semakin geram.
"Terus kalau saya jawab pacar, kamu mau apa? Kalau saya jawab selingkuhan, kamu mau apa? Saya jawab temen, sahabat, dan gebetan apa urusannya sama kamu? Intinya jangan buat suasana di restoran ini gak tenang karena kamu buat ribut disini.." jelas Damar dengan santai.
Sinta mengepal tangannya dan akan menampar wajah Damar, namun tiba-tiba Manager cafe datang bersama security. Ia menyuruh security, untuk menyeret Sinta keluar dari restoran dan gadis itu pun keluar dengan diseret paksa oleh security.
"Maaf, Pak. Membuat anda tidak nyaman," ujar Manager restoran.
"Santai saja, intinya biang masalah sudah keluar dari restoran ku. Ah, aku mau melihat penghasilan 3 bulan yang lalu. Maaf baru bisa datang karena banyak pasien yang harus di operasi..." jelas Damar.
Mulut Putri langsung menganga saat mendengar perkataan Dokter Damar. Ia tidak menyangka, ternyata Damar adalah bos-nya selama ini.
"Saya duluan ya, Putri.." ucap Damar sambil memegang bahu Putri.
"I-iya, Dok.." balas Putri yang masih tak percaya.
Oliv dan karyawan lainnya juga terkejut, ternyata bos pemilik restoran ini masih sangat muda. Karena dari awal restoran ini dibuka, Damar selalu mampir waktu jam tutup restoran karena kesibukannya di rumah sakit.
'Jadi restoran ini milik, Damar? Kalau dia tau aku kerja disini, pasti dia tidak nyaman..' batin Oliv.
Mereka pun memulai pekerjaan, melayani pelanggan dengan sangat ramah.
.
Damar, keluar dari ruangan Manager. Ia berjalan kearah dapur dan tersenyum saat melihat Oliv tengah meletakkan makanan di nampan. Tatapan karyawan terfokus pada senyuman bos-nya, mereka seperti menghipnotis dengan senyuman manis itu.
"Oliv dan Putri, bisa berbicara sebentar?" tanya Damar.
"Boleh, dok.." balas Putri.
Gadis itu menggandeng tangan Oliv, untuk keluar dari dapur. Mereka masuk ke ruangan VIP yang ada di restoran. Damar tak henti-hentinya menatap Oliv yang tengah duduk di hadapannya.
"Ehem," deheman Putri.
"Dokter mau bicara apa?" tanya Putri.
"Terimakasih, sudah membantu Oliv.." ucap Damar.
"Maksudnya, Dok?" tanya Putri yang bingung.
"Saya sudah tau, kamu membantu Oliv karena ia sangat membutuhkan pekerjaan dan disaat ia kabur dari rumah dalam keadaan tengah berbadan dua.." jelas Damar.
Oliv tertegun mendengar ucapan, Damar. Ada rasa menyesal dan rasa bersalah saat Damar mengatakan kalimat tersebut. Putri mengangguk dan mulai mengerti maksud atasannya.
"Dokter Damar kenal, Kak Oliv?" tanya Putri.
Damar mengangguk dan tersenyum manis, Putri mengangguk lagi sedangkan Oliv hanya tertunduk karena malu jika bertemu dengan, Damar.
"Oliv mantan pacarku.." sambung Damar.
Putri langsung menganga saat mendengar ucapan Damar. Bagaimana reaksi, Oliv? Gadis itu hanya menahan air matanya agar tidak menetes. Ia merasa bersalah, sudah meninggalkan Damar demi Bram si pria brengsek yang sudah menidurinya dan kabur setelah tau Oliv tengah hamil anaknya.
"Oliv kenapa diam saja?" tanya Damar.
"Ah, mm-- anu--," Oliv kehabisan kata-kata.
Damar duduk di samping Oliv dan memegang bahu gadis cantik tersebut. Ia mengangkat dagu Oliv dengan jari telunjuknya agar Damar bisa melihat wajah gadis yang ia rindukan selama ini.
"Jangan malu denganku, aku tidak akan berbicara tentang hubunganmu dengan pria itu.." jelas Damar.
Oliv menatap manik mata, Damar. Keteduhan dan rasa nyaman yang ia dapatkan, entah kenapa air matanya menetes membasahi wajahnya. Damar yang melihatnya langsung mengusap air mata tersebut.
"Aku paling tidak suka, melihat gadis yang aku cintai menangis.." ungkap Damar.
Putri yang ada disana langsung menutup mulutnya karena kaget. Ia memilih untuk keluar dari ruangan tersebut, takut mengganggu mereka berdua. Namun, tangan Putri langsung ditahan oleh Oliv.
"Mau mendengar kisahku?" tanya Oliv.
Gadis itu hanya membalas dengan anggukan dan kembali duduk di sofa.
- Flashback -
SMA Garuda,
Ada sepasang kekasih tengah duduk di kantin sekolah, sambil memakan makanan mereka adalah Damar dan Oliv. Mereka sudah menjalin hubungan 2 tahun lamanya, bahkan orang tua mereka sudah merestui hubungan sepasang kekasih ini. Damar dan Oliv, saling mencintai satu sama lain. Datanglah seorang pria baru masuk ke dalam hubungan percintaan mereka.
Semenjak kedatangan pria baru tersebut, hubungan Damar dan Syifa semakin merenggang. Yang tadinya tidak pernah bertengkar, namun sekarang masalah kecil dibesar-besarkan.
"Aku mau kita putus! Kamu gak pernah ada waktu buat aku!" tegas Oliv.
"Gak ada waktu buat kamu? Aku selalu meluangkan waktu buat kamu, walau aku lagi sibuk ngurus dokumen-dokumen untuk pendaftaran sekolah kedokteran. Tapi kamu, malah selalu nolak ajakkan ku untuk bertemu. Sekarang, kamu nyalahin aku?" tanya Damar.
"Udahlah, aku udah gak tahan sama kamu. Hubungan kita cukup sampai disini!" bentak Oliv.
Damar tersenyum sendu dan menatap gadis yang ia cintai dengn tatapan kecewa. "Apa karena, Bram?" tanya Damar yang menahan air matanya.
Oliv terdiam sesaat, "bukan karena, Bram. Tapi semua karena kamu yang terlalu sibuk dengan duniamu!" jawab Oliv.
"Apa kamu mencintai, Bram?" tanya Damar lagi dan air mata pun menetes membasahi pipi pria tampan itu.
Lagi-lagi Oliv hanya diam, karena entah kenapa dadanya terasa sesak saat melihat Damar menangis. Untuk kali pertamanya ia melihat pria yang ada dihadapannya, menangis.
"Jawab, Oliv.." sambung Damar menunggu jawaban Oliv.
"Iya, Oliv mencintaiku. Bahkan kami sudah melakukan lebih dari ciuman," sahut Bram yang berjalan kearah Oliv dan Damar.
Damar mengepal tangannya dan menatap tajam kearah, Bram. Namun, ia tidak ingin memperpanjang masalah ini. Semua itu sudah menjadi pilihan Oliv, ia tak ingin Oliv tertekan karena cinta tak bisa dipaksakan.
"Baiklah, jika itu pilihan mu. Aku ikhlas," ucap Damar berusaha untuk tersenyum.
Namun Oliv tau, senyuman itu adalah senyuman kekecewaan. Dadanya semakin terasa sesak, saat ia menatap ekspresi Damar yang memaksakan untuk tetap tersenyum.
"Jaga dirimu, dan semoga kalian bahagia.." ucapan terakhir Damar.
Pria itu langsung meninggalkan Oliv dan Bram, dengan perasaan kecewa. Namun, ia berusaha tegar dan berusaha untuk ikhlas melepaskan gadis yang ia cintai selama ini. Oliv langsung terdiam saat melihat kepergian Damar, ini keputusannya untuk berpisah dengan pria itu. Tapi kenapa hatinya terasa sakit, saat Damar menyetujui untuk memutuskan hubungan percintaan mereka..
- Flashback Off -
Setelah mengetahui masa lalu Oliv dan Damar, Putri hanya bisa termenung sambil menatap kendaraan yang berlalu lalang di depan restoran tempat ia bekerja. Jam istirahat hanya tersisa 15 menit lagi, ia merasakan bagaimana Damar rasakan saat orang yang kita cinta malah memilih orang lain. Air mata Putri pun menetes, ia tau betapa sesak nya Damar saat mendengar perkataan, Oliv.
Hap
Ada sebuah tangan melingkar di lehernya, Putri menatap kearah samping guna ingin mengetahui siapa orang yang sudah memeluknya. Terlihat Adit, tengah tersenyum manis kearah Putri, bahkan pria itu mencium pipi Putri cukup lama.
"Sudah baik 'kan?" tanya Putri.
Adit mengangguk dan mencium pucuk kepala, Putri. Wangi rambut gadis ini, membuat Adit betah berlama-lama untuk menciumnya. Namun, karena melihat keadaan Adit yang tidak memungkinkan, ia hanya bisa mencium untuk beberapa detik saja.
"Kenapa? Kok pipimu basah?" tanya Adit yang panik.
"Gapapa kok, cuma keringat. Hari panas tau," jawab Putri sambil menggenggam tangan kekasihnya.
Adit duduk di samping, Putri. Kemudian mengusap keringat kekasihnya dengan sapu tangan yang ia bawa. "Capek banget kayanya," ucap Adit.
"Iya, soalnya tadi rame banget.." balas Putri.
"Semangat ya sayang," sambung Adit.
"Kamu juga semangat ya, oh iya kamu udah masuk kerja, Kak?" Tanya Putri.
"Belum, besok baru masuk. Hari ini ambil libur, mau jalan-jalan sama pacarku yang cantik ini.." sambung Adit.
"Aku kerja loh, Kak.." sahut Putri.
"Pulang kerja nanti 'kan bisa jalan, kita ajak kak Oliv. Aku juga ajak Kak Damar, biar rame. Nah, aku mau ketemu Kak Oliv nih, mau ngajak dia juga. Mumpung masih libur kerja, akunya..." jelas Adit.
"Mau buat kak Oliv sama Dokter Damar dekat lagi ya?" tanya Putri.
Adit mengangguk dan langsung menghampiri Oliv yang tengah membuang sampah. Putri mengikuti kekasihnya dari belakang.
"Nanti ikut jalan ya kak, bareng aku dan Putri.." ajak Adit.
"Dih, gak ah. Nanti ganggu," jawab Oliv sambil terkekeh.
"Gak ganggu kok kak, ayolah kapan lagi kita jalan rame-rame.." sambung Adit.
"Boleh nih?" Tanya Oliv sambil menatap Putri.
Putri mengangguk, "ya boleh lah, Kak. Kalau rame 'kan pasti seru.." jawab Putri.
"Oke, Kakak ikut. Yaudah mau masuk dulu, jam istirahat bentar lagi habis. Adit, puasin deh kangen-kangenan nya. Soalnya jam istirahat tinggal 5 menit lagi.." ujar Oliv yang masuk ke dalam restoran.
Adit menatap Putri yang tengah berdiri dibelakangnya, kemudian ia langsung memeluk gadis tersebut. "Aku kangen banget, pengen cium bibir tapi kamu lagi kerja.." gumam Adit.
"Dih, mesum. Lepas ih, aku mau balik kerja. Nanti diomelin bos," balas Putri.
Adit melepas pelukkan tersebut dan mengusap rambut, Putri. "Pulang kerja, langsung aku jemput. Kita bakal double date, ehehehe..." ucap Adit.
Putri terkekeh pelan, dan melihat Damar keluar dari restoran. Damar menghampiri sepasang kekasih tersebut untuk menyapanya.
"Udah sembuh, Dit?" tanya Damar.
"Udah, Kak. Oh, iya jadi ikutan nanti.." jawab Adit.
"Pasti itu, yaudah mau pulang. Mau siap-siap biar makin ganteng.." sambung Damar.
"Udah ganteng kok," ungkap Putri tanpa sadar.
Adit menatap kekasihnya dengan tatapan cemburu, sedangkan Putri memukul pelan mulutnya yang tidak bisa di rem dan Damar hanya terkekeh melihat interaksi Adit dan Putri.
"Yaudah, saya pulang dulu. Sampai ketemu nanti sore," pamit Damar. Sepasang kekasih itu membalas dengan anggukan.
.
To be countinued.