Adit sudah keluar rumah sakit, dipapah oleh Oliv. Mereka menunggu taksi di depan gerbang rumah sakit, karena kedua orang tua Adit, sejak mengantar pria itu ke rumah sakit mereka tidak pernah datang lagi dikarenakan ada pekerjaan di luar negeri.
Jadi, Oliv berinisiatif untuk mengantar adiknya pulang. Langkah mereka terhenti saat melihat Putri tengah berjalan kearah mereka. Adit dengan senyuman manisnya, karena bahagia Putri bisa datang untuk menemuinya, sedangkan Oliv sudah gelagapan, karena tidak ingin Putri tau kalau dia adalah kakak kandung dari Adit.
"Dit, kakak lupa. Ternyata Kakak ada urusan penting, kamu bisa pulang sendiri 'kan.." ucap Oliv.
"Tapi Kak, aku mau diantar sama Kakak. Aku kangen tau sama Kak Oliv.." balas Adit.
"Nanti kalau urusan, Kakak selesai. Pasti nyusul Adit kok, maaf ya.." sambung Oliv.
Adit hanya diam, dan saat Oliv akan meninggalkan pria tampan itu tiba-tiba tangannya ditahan oleh seseorang. Oliv membalikkan tubuhnya dan terkejut saat mengetahui ternyata Putri yang tengah menahan tangannya.
"Kok pergi, ayo anter Kak Adit bareng-bareng, Kak.." ujar Putri.
"Anu eh,"
"Aku udah tau kok, kalau Kakak saudara perempuannya Kak Adit. Wajah kalian mirip loh, terus semalam juga aku liat di wallpaper Kak Adit ada foto kalian berdua. Jadi gak perlu sembunyi-sembunyi lagi, Kak.." jelas Putri sambil cengengesan.
"Iya, Kak. Putri udah cerita kalau dia ketemu sama Kakak di trotoar waktu hujan lebat..." sambung Adit.
Oliv menatap Putri dan Adit secara bersamaan. Kedua orang itu hanya tersenyum, kemudian Putri memeluk lengan Oliv.
"Jadi dari awal kamu udah tau kalau aku saudara perempuan Adit?" tanya Oliv.
"Awalnya cuma nebak, Kak. Eh, semalam Kak Adit jelasin, ternyata tebakan ku benar.." jawab Putri.
Adit hanya terdiam dan menggenggam tangan kedua gadis yang ia sayangi itu. Taksi pun berhenti, mereka masuk ke dalam taksi menuju rumah kediaman keluarga Tuan Dimas. Beberapa menit berlalu, taksi berhenti di pintu gerbang rumah keluarga Tuan Dimas.
Kedua gadis cantik itu menapah Adit keluar dari mobil, kemudian mereka bertiga berjalan kearah pintu masuk.
ceklek
Terlihat asisten rumah tangga sudah membuka pintu rumah dan membawa tas pakaian Adit, kemudian meletakkannya di kamar Tuan mudanya. Adit duduk di sofa ruang keluarga, dan disusul oleh Oliv, sedangkan Putri tengah berjalan kearah dapur untuk mengambil minuman.
Saat akan membuka kulkas, gadis itu terkejut dengan kedatangan asisten rumah tangga yang sudah lama bekerja di rumah kedua orang tua Adit.
"Ya Allah, Bi Siti. Untung aku gak ada riwayat penyakit jantung," ujar Putri sambil terkekeh pelan dan mengusap dadanya.
"Ehehe, maaf Neng. Biar bibi saja yang buatkan minum, Neng Putri ke depan saja.." jawab Bi Siti.
"Gak, Bi. Aku bantu ya, gak enak kalau bibi sendiri yang bikinin minuman.." sambung Putri.
"Gapapa, Neng ke depan aja. Nanti dicariin sama Den Adit.." sahut Bi Siti yang mengambil gelas.
Putri hanya mengangguk dan berjalan kearah ruang keluarga, terlihat Adit tengah meletakkan kepalanya di paha sang Kakak. Gadis itu tersenyum bahagia, karena sudah terlihat bahwa kekasihnya itu memang sangat dekat dengan saudara perempuan kandungnya. Ia mengurungkan niatnya dan kembali ke dapur membantu Bi Siti.
"Kok kesini lagi, Neng.." ucap Bi Siti.
"Ehehe, gak mau ganggu mereka yang lagi temu kangen, Bi.." jelas Putri yang menyuci piring kotor yang ada di wastafel.
"Eh jangan, Neng. Biar bibi aja yang cuci piringnya," tegur Bi Siti.
"Yah, udah terlanjur, Bi. Kalau berhenti gak baik, Bi. Santai aja yaa, bibi lanjut buat minuman aja. Hari ini bibi gak bakal capek kalau ada Putri disini.." jelas Putri sambil cengengesan.
.
Jam sudah menunjukkan pukul 19:00 WIB.
Adit tengah berbaring di dalam kamar, sambil menatap layar laptop. Sejak pukul 4 sore tadi, sekretarisnya mengirimi email pada Adit, dan hari ini harus diselesaikan.
Tok
Tok
Tok
"Masuk," ucap Adit tanpa mengalihkan fokusnya.
Putri masuk ke dalam kamar sambil membawa susu hangat untuk Adit, karena disuruh oleh Oliv. Ia meletakkan di atas meja tepat di samping kasur, Adit. Pria itu belum menyadari keberadaan, Putri. Adit terlalu fokus pada layar laptop-nya. Sudah 15 menit berlalu, Adit tetap fokus pada layar laptop-nya.
"Minum dulu susunya, kalau udah dingin gak enak.." tegur Putri.
Adit yang mendengar suara Putri, langsung menghentikan pekerjaannya dan menatap gadis cantik yang sudah sedari tadi duduk di sofa kamarnya, menunggu gelas yang berisi susu tadi kosong.
"Sudah lama?" tanya Adit.
"Sekitar 15 menit, menunggu gelas yang di atas meja kosong.." balas Putri sambil tersenyum manis.
Pria itu mengambil gelas tersebut dan meminum susu yang dibawakan, kekasihnya. Setelah itu ia meletakkan kembali keatas meja. Putri langsung berdiri dan mengambil gelas kosong tersebut.
"Jangan terlalu capek, kamu baru pulang dari rumah sakit..." ujar Putri yang tengah duduk di hadapan Adit.
"Dikit lagi kok, Sayang. Nanti aku langsung tidur.." balas Adit.
"Aku tungguin," sambung Putri meletakkan kembali gelas kosong di atas meja.
Pria itu mengangguk dan melanjutkan pekerjaannya. Setelah 10 menit berlalu, akhirnya semua pekerjaan sudah selesai. Email sudah dikirim ke sekretarisnya, dan Adit langsung menatap Putri yang langsung berdiri saat Adit telah menyelesaikan pekerjaannya.
"Aku keluar ya, Kakak langsung istirahat..." ucap Putri.
"Temani aku sampai tidur ya," balas Adit memegang tangan Putri.
Gadis itu mengangguk dan langsung duduk di lantai tepat di samping kasur Adit. Ia menyelimuti Adit sampai dada, dan mengusap rambut kekasihnya dengan sangat lembut.
"Selamat terlelap," ucap Putri.
Adit tersenyum, kemudian menggenggam erat tangan Putri dan ia meletakkan di atas dadanya. Pria itu pun memejamkan kedua mata, menuju alam mimpi. Selang beberapa menit, Adit sudah tertidur sangat pulas. Kesempatan bagi Putri untuk keluar kamar, karena tidak baik seorang gadis berada di dalam kamar seorang pria pada malam hari.
.
Oliv menunggu Putri keluar dari dalam kamar, saat Putri tengah berjalan kearahnya, Oliv langsung menarik pelan tangan Putri.
"Kita pulang, kedua orang tuaku lagi di perjalanan menuju rumah.." ujar Oliv yang mulai panik.
Putri terkejut dan langsung berlari kearah dapur, setelah itu mereka secepat mungkin keluar dari rumah megah itu. Sudah sedikit jauh dari rumah milik Tuan Dimas, terlihat mobil berwarna hitam memasuki rumah tersebut.
"Untung tepat waktu, kalau gak. Aku gak bisa bayangin gimana akhirnya janin yang tengah aku kandung.." ujar Oliv dengan pelan.
Putri menepuk pelan bahu Oliv, dan menatap gadis cantik itu. "Nginep di rumah aku aja ya, udah malem soalnya. Gak jauh kok dari sini.." ajak Putri.
Oliv mengangguk dan mereka pun berjalan kearah rumah sewa Putri.
.
Di kediaman Tuan Dimas,
Nyonya Winda tengah duduk di sofa ruang tamu sambil memejamkan kedua matanya. Bi Siti membawakan dua buah minuman untuk majikannya.
"Bi, Adit sudah pulang?" tanya Nyonya Winda.
"Sudah, Nyonya. Tuan muda ada di dalam kamarnya," balas Bi Siti.
"Oke, bibi istirahat saja. Nanti gelas kotornya biar saya yang membawa ke dapur.." sambung Nyonya Winda.
"Baik, Nyonya.." jawab Bi Siti yang langsung masuk ke dalam kamarnya.
Tuan Dimas keluar dari dalam kamar dan menghampiri sang istri tercinta. Ia duduk di samping Nyonya Winda, dan meminum minuman yang ada di atas meja.
"Bagaimana? Anak itu sudah pulang?" tanya Tuan Dimas.
"Sudah, Mas. Dia ada di kamar, mungkin sedang istirahat.." balas Nyonya Winda.
"Besok, Mas akan menegur Adit agar tidak berdekatan dengan dua orang murahan itu. Beraninya mereka mendekati putra bungsu keluarga ini.." ujar Tuan Dimas.
"Iya, Mas. Sudahlah kita istirahat saja yuk, aku lelah sekali berjam-jam dalam perjalanan.." sambung Nyonya Winda.
Tuan Dimas mengangguk dan menggenggam tangan istrinya dengan erat. Mereka masuk ke dalam kamar, untuk beristirahat.
.
Keesokan harinya, Adit bangun dari tidur dan langsung masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri. Tubuhnya sudah mulai segar, dan hari ini ia sudah bisa beraktivitas seperti biasanya. Pria tampan itu sudah berpakaian rapi, ia menuruni tangga dan terkejut saat melihat kedua orang tuanya sudah duduk manis di ruang makan.
"Bagaimana keadaanmu?" tanya Tuan Dimas.
"Baik, Pa.." balas Adit yang duduk di samping sang Ayah.
"Berita tentang kasus mu sudah Papa selesaikan, ternyata mantan mu dan karyawan yang tidak tau malu itu menfitnah mu agar keluarga kita hancur. Tapi, tenang saja Papa sudah memberi mereka pelajaran.." jelas Tuan Dimas.
Adit hanya membalas dengan anggukan dan memakan makanannya. "Jangan dekati mereka berdua, jika kau tidak ingin terluka lagi.." sambung Tuan Dimas.
"Aku tidak pernah mendekati mereka, dua orang itu yang asik mendekatiku.." jawab Adit.
"Papa akan memperketat pengamanan, agar dua orang itu tidak mengusik keluarga kita.." sahut Tuan Dimas.
Adit hanya diam dan langsung berdiri setelah selesai makan. Ia berpamitan kepada kedua orang tuanya, dan pergi bekerja.
.
Di restoran,
"Huh pelanggan rame bener," keluh salah satu karyawan.
"Syukuri aja, ini rezeki bu bos..." balas Putri.
"Hooh, tapi kita bakalan capek.."
"Semangat dong, Kakak aja lagi hamil tetap semangat.." sahut Oliv.
"Bener tu, masa kalah sama orang hamil.." sambung Putri.
Semua karyawan pun mulai semangat dan mulai melayani pelanggan. Sinta masuk ke dalam restoran dan langsung mendekati Putri yang tengah melayani pelanggan.
Byurr
Sinta menyiramkan air putih ke wajah Putri. Membuat semua pelanggan bahkan seluruh karyawan terkejut melihatnya.
"Kau, ada masalah apa denganku ha?! Apa aku pernah mengusikmu?" bentak Sinta.
Putri hanya diam dan menatap wajah Sinta dengan tatapan tenang. Karena jujur, dia tidak pernah menganggu hidup gadis yang ada di depannya.
"Jawab bicth!" bentak Sinta.
Tangan Sinta akan mulai menampar wajah, Putri. Namun langsung ditahan oleh seseorang, Sinta langsung menatap tajam orang tersebut.
"Ini tempat umum, jangan merusak suasana tenang di restoran ini.."
.
To be countinued.