Sesuai yang sudah didiskusikan tadi, Bryan akan memberikan hadiah berupa jam tangan pada calon istrinya — Mikael. Jam tangan tersebut akan dipilihkan oleh Shareen. Shareen membantu memilihkan jam tangan untuk Mikael karena Bryan yang memintanya. Bryan itu salah satu tipikal calon suami yang tidak mengenal secara detail kepada calon istrinya. Mungkin hanya beberapa masalah yang besar yang Bryan ketahui tentang Mikael.
Hal-hal kecil seperti warna kesukaan, hobi, cita-cita, minuman kesukaan, apa yang diinginkan oleh Mikael mungkin menjadi hal awam yang sama sekali tidak pernah diketahui oleh Bryan. Lelaki itu sebenarnya cepat tanggap, namun lebih memilih diam begitu saja. Sebelas dua belas dengan Shareen yang lebih memilih cuek namun peduli ketika seseorang mempunyai masalah.
"Warna kesukaan Mikael itu apa emang?" tanya Bryan saat dirinya dan Shareen sudah berada di dalam mall, mereka sedang melihat model jam tangan dengan harga fantastis yang bisa untuk membayar kos selama satu tahun bagi para anak rantau mungkin.
"Cokelat," jawab Shareen datar. "Tergila-gila cokelat tuh anak, selain rambutnya yang emang alami dan dari sananya cokelat, dia juga suka banget sama yang namanya cokelat batangan. Makanya setelah itu cokelat menjadi salah satu warna favoritnya. Ah typo ngomongnya, satu-satunya warna favoritnya."
Ucapan dari Shareen yang terkesan sangat lucu membuat Bryan tahu jika wanita itu adalah tipikal orang yang mudah berbaur. Akan sangat beruntung sekali lelaki yang nantinya bersama dengan Shareen, semua permasalahan bisa diselesaikan dengan mudah oleh gadis cantik itu.
Bryan hanya bisa mengikuti dan mengekori ke manapun Shareen pergi. Ia akan selalu ada di belakang Shareen dan memperhatikan gadis itu yang memilih jam tangan dengan model terbaik. Dari belakang, penampilan Shareen memang sangat cantik dan menawan. Gadis itu cocok dengan semua anggota tubuh yang ada di tubuhnya. Kulitnya yang putih serta bersih nan mulus, lalu bola matanya yang hijau dan biru menjadi keunikan tersendiri yang dimiliki oleh gadis tersebut.
"Ini menurut kamu gimana? Ini warna cokelat loh, warna favoritnya Mikael. Terus juga modelnya bagus dan unik," ujar Bryan yang meminta pendapat pada Shareen. Ia menunjukkan secara acak jam tangan berwarna cokelat yang memang masuk dan tertangkap oleh matanya.
Sebenarnya Bryan tidak terlalu memusingkan model, ia hanya akan pilih-pilih saja supaya dilihat niat dalam memberikan hadiah, dan tidak dikatakan sebagai beban karena hanya meminta bantuan pada Shareen saja. Katakan saja jika Bryan kurang ajar, tapi itu semua sudah menjadi sifat yang mungkin tidak bisa diubah oleh Bryan. Bryan adalah Bryan yang memang seperti itu.
Shareen yang mendapatkan pertanyaan dari Bryan pun langsung menghentikan langkahnya, melihat bagaimana model yang memang dipilihkan oleh calon suami dari sahabatnya itu. Model tersebut memang sangat bagus, namun terkesan sangat kuno. Tidak masuk dalam kriteria Shareen yang menyukai model kekinian.
"Bagus sih, unik juga gitu modelnya. Cuma ada satu yang kurang. Ini tuh terlalu kuno banget, model kayak gini tuh model yang udah ada dari dulu, bukan yang kekinian. Coba cari lagi yang lain, deh. Cari yang lebih bagus dari ini," tutur Shareen dengan menggebu-gebu. Gadis itu adalah kaum wanita yang kekinian, tidak suka yang kuno dan jadul. Menurutnya zaman harus dituruti sebisa mungkin, jangan sampai kurang update apalagi ketinggalan berita dan zaman.
"Justru yang kayak gini yang harus dibeli, Reen. Yang unik itu lebih menantang, yang antik itu jauh lebih ada nilai harganya dibandingkan yang kekinian. Toh juga ujungnya yang kekinian akan terlupakan seiring berjalannya zaman, kan? Buang-buang uang, lagian juga Mikael pasti suka yang model kayak gini. Liat nih, ini tuh bagus banget tau gak sih? Ini tuh modelnya cantik banget." Bryan berdebat dengan Shareen, menurutnya pilihan yang ia pilih adalah pilihan yang terbaik. Walaupun sedikit kuno dan ketinggalan zaman, tapi hal tersebut tidak jadi masalah, kan? Justru yang ketinggalan zaman lah yang menantang.
Lagian juga satu hal yang Bryan bingung kan dari wanita adalah trend wanita. Mereka selalu berjalan sesuai dengan bagaimana perkembangan zaman, tidak memikirkan hal lain. Tidak memikirkan faktor lain, hanya ikut saja pada alur yang terjadi.
Shareen diam, ia duduk di kursi yang tersedia di pojok toko jam tangan tersebut. Sudah bersedia membantu tetapi yang mau dibantu kekeuh pada pendiriannya dan tidak mau menerima. Ya sudah, mau bagaimana lagi, kan? Toh juga yang akan bayar Bryan, bukan dirinya. Lebih baik Shareen diam saja.
Bryan yang merasakan Shareen sedang marah pun merasa bersalah. Ia tahu kalau berdebat dengan perempuan adalah salah satu hal yang salah karena pada dasarnya perempuan akan selalu benar, tidak akan bisa disalahkan bagaimanapun juga.
"Kamu marah sama aku? Maaf, ya. Ya udah menurut kamu yang paling bagus yang mana? Aku ngikut apa yang kamu mau aja, deh." Bryan meminta maaf pada gadis yang ada di hadapannya, merasa bersalah karena telah membuat mood gadis itu hancur dengan berdebat.
Siapapun yang melihat kejadian uwu itu pasti akan mengira jika mereka berdua adalah sepasang kekasih. Apalagi perkataan aku-kamu yang menjadi panggilan mereka. Perkataan tersebut sangat lazim digunakan oleh sepasang kekasih di kota ini, bukan? Kota besar selalu memiliki kriteria tersendiri. Apalagi kota ini adalah jantung dari perekonomian Indonesia.
"Marah, ya? Jangan marah ya, Reen. Aku minta maaf deh udah bikin kamu kesel sama aku. Maaf banget pokoknya. Aku emang banyak salahnya. Nanti aku traktir makan malem deh, ini kan udah mau ma—"
"Oke! Semuanya akan terbayarkan oleh makan malam. Aku akan tagih janji kamu untuk traktir makan malam. Tapi sebelum itu, kamu harus temenin aku untuk keliling mall dulu, setuju?" Shareen melunak, gadis itu tidak bisa jika tidak tergiur oleh yang namanya traktiran, semua yang berkaitan dengan traktiran pasti akan diterima secara gamblang oleh Shareen.
Jika kalian mengatakan bahwa Shareen matre dan menilai semuanya dengan uang, sebenarnya kurang tepat. Karena hal yang terjadi adalah Shareen suka dan senang berfoya-foya. Gadis itu senang saat berbelanja. Oleh karena itu ia akan selalu luluh jika ditawarkan dengan traktiran.
"Oke, ya udah kamu mau pilih jam tangan yang mana buat dijadiin hadiah sama Mikael? Aku ngikutin apa yang kamu mau kok, ini tadi cuma asal aja supaya bisa debat sama kamu," ujar Bryan jujur.
Shareen melihat manik Bryan dengan lekat, memang tidak ada kebohongan di sana. Yang ada hanyalah kejujuran. Namun, Shareen sudah terlalu malas saja untuk memilih, ia sudah malas untuk memutar dan mencari model paling baik untuk membantu Bryan.
"Itu aja, itu juga bagus kok, kan antik. Mikael juga pasti suka sama sesuatu yang antik."