Chereads / Pernikahan Darurat / Chapter 19 - 19. Dijodohkan?

Chapter 19 - 19. Dijodohkan?

Usai menghabiskan harinya bersama dengan Rara seharian, saat ini Shareen melangkahkan kakinya menuju rumah orang tua. Awalnya Shareen memang ingin menginap di rumah orang tuanya sampai beberapa bulan ke depan dikarenakan rindu kepada mereka semua, namun saat mengingat banyak sekali pekerjaan yang Shareen miliki, gadis tersebut memilih untuk menginap selama beberapa hari saja. Pun, alasan ia menginjakkan kakinya di rumah ini lagi, orang tuanya lah yang meminta.

Tadi pagi, mereka berdua mengatakan jika ada beberapa hal yang perlu dibicarakan pada Shareen, oleh karena itu lah Shareen kembali untuk berbicara dengan mereka berdua. Kaki jenjangnya sudah melangkah di dalam kediaman mewah sang orang tua, langsung disuguhkan dengan kedua orang tuanya yang tengah bercengkrama satu sama lain ditemani oleh secangkir teh manis dan biskuit cokelat kesukaan mereka berdua.

Tidak ada laptop atau berkas di hadapan kedua orang tuanya, Aditya dan Audrey memang sangat disiplin terhadap waktu. Mereka bisa memanajemen waktu yang mereka miliki sehingga tidak mencampur adukkan antara waktu kerja dan waktu keluarga. Tentu saja sifat tersebut menurun kepada Shareen yang baru menginjakkan usia di tahun ke dua puluh empat. Shareen sudah bisa membagi waktunya sesuai dengan skala prioritas.

"Hai, Mah, Pah!" sapa Shareen yang turut duduk di samping kanan Audrey, rambutnya langsung diusap halus oleh sang ibu dan dahinya langsung dipijit sebaik mungkin. Inilah salah satu hal yang paling Shareen sukai dari Audrey, beliau sangat mengerti bagaimana keadaan orang lain sehingga berani melakukan apapun yang orang lain inginkan. Benar-benar manusia yang sempurna menurut Shareen. Ibu yang sungguh mendidik dan harus dijadikan panutan semua ibu.

"Gimana belanjanya, Sayang? Are you happy, Sweetie?" Setelah membanggakan sang ibu, saat ini waktunya Shareen untuk membanggakan sang ayah. Aditya yang selalu mengajari Shareen bagaimana caranya bekerja dengan cerdas, Aditya yang selalu memberikan kebahagiaan untuk sang putri, serta Aditya yang selalu memanjakan sang putri dengan memberikan tanggung jawab. Shareen benar-benar sangat bersyukur sekali diberikan kepada keluarga seperti ini, keluarga yang selalu mencintainya dengan sangat tulus sekali.

"Lancar, Pah. Pastinya Shareen sangat bahagia, dong. Shareen lama banget enggak ketemu Rara, enggak belanja sama Rara, jadi pas belanja sampai lupa waktu," jawab Shareen dengan jujur.

Shareen dan Rara memang jarang sekali bertemu, padahal mereka berada di satu kota yang sama, rumahnya pun tidak terpaut jarak yang jauh sekali, masih bisa ditempuh sekitar setengah jam. Namun, keduanya sama-sama dihadapkan oleh kesibukan. Shareen yang sibuk dengan pekerjaannya, pun sebaliknya. Ditambah saat ini Rara sibuk dengan masalah percintaan serta pernikahan yang sedang ia urus.

"Ah iya, Mah, Pah!" Mengingat ada satu hal yang ingin sekali Shareen dengar, ia langsung menepuk dahinya dan bersyukur. Untung saja ia ingat, kalau tidak, akan menjadi masalah. "Tadi pagi kata mamah sama papah ada yang mau dibicarakan sama Shareen, mau bicara apa memangnya? Hal yang sangat penting pastinya, dong?" lanjut gadis tersebut.

Aditya dan Audrey seketika tersenyum riang, mereka bangga memiliki putri seperti Shareen, mereka bangga memiliki putri yang selalu terperinci dan selalu mengingat segala janjinya. Shareen memang dididik dalam ajaran seperti itu sedari kecil.

Tangan Aditya yang mulai mengusap rambut curly Shareen membuat Shareen sedikit heran, belum lagi senyum yang terpancar dari bibir ayahnya tersebut. Pertanda apakah ini? Apa yang sebenarnya akan ayahnya bicarakan kepadanya?

"Mamah aja deh yang bicarain ini semua," ujar Aditya yang melimpahkan semuanya ke Audrey. Istrinya tersebut langsung terkejut dan melotot seolah tidak terima dengan itu semua. Gelengan kepala Audrey bahkan tidak dapat meluluhkan Aditya yang memerintahkan segalanya kepada Audrey.

Menghela napas panjang, Audrey langsung tersenyum manis ke arah putrinya. "Sebenarnya hari ini mamah sama papah mau ajak kamu makan malam bersama," kata Audrey mengawali pembahasan. "Sama sahabat mamah sama papah gitu. Mereka juga sebenarnya punya anak cowok, Reen. Mungkin kamu udah mulai bisa tebak lah apa keinginan kita berdua, walaupun emang kita sebenarnya enggak memaksa ya, Sayang. Kamu mau ya syukur, enggak juga ya enggak masalah. Kamu kenalan aja terlebih dahulu sama anak dari sahabat mamah dan papah. Dia pebisnis yang terkenal juga, kamu pasti tau dia lah. Kalau cocok boleh dilanjut, kalau enggak juga enggak masalah."

Merasa hawa di sekeliling Shareen langsung mencekam membuat Shareen meneguk salivanya secara gusar. Pembahasan ini, pembahasan yang sama sekali belum bisa Shareen pikirkan dengan baik. Pembahasan ini, pembahasan yang belum siap Shareen lakukan. Gadis tersebut langsung meremas ujung dress-nya. Ia menatap sekeliling, membuang pandangan dari arah sang ayah maupun sang ibu.

Jujur saja, untuk membahas perkara jodoh membuat Shareen sedikit sensitif. Entah apa alasannya, Shareen pun tidak tahu. Mungkin Shareen sendiri belum siap atau apa, entahlah. Intinya Shareen sensitif saja.

"Jam berapa emangnya, Mah, Pah?" Berusaha untuk menghiraukan pembahasan mengenai jodoh, Shareen terfokus kepada acara makan malam. Anggap saja masalah jodoh serta perjodohan itu tak pernah Shareen dengar sebelumnya.

Ya, anggap saja demikian!

"Jam tujuh kita sampai di sana, kamu mau kan, Sayang?" respon Audrey yang kembali meminta pendapat kepada sang putri.

Untuk sekadar makan malam saja, nampaknya Shareen siap, namun untuk dijodohkan seperti ini nampaknya Shareen tidak siap.

Shareen memandang ke arah ayah dan ibunya, tatapan mereka seolah berharap banyak kepada Shareen. Shareen mengerti sekali jika Shareen adalah anak tunggal yang artinya menjadi satu-satunya harapan mereka, itu artinya juga Shareen harus membuat mereka semua bahagia. Shareen tidak boleh membuat mereka berdua kecewa. Mereka adalah hidup Shareen.

Menarik napas panjang, Shareen kembali memikirkan apa jawaban yang pantas untuk ia katakan. Pikirannya berusaha berputar keras untuk mencari jawaban terbaik. "Shareen mau, Mah, Pah."

Toh, hanya sekadar makan malam saja, kan? Hanya kenalan saja, setelah itu jika cocok bisa dilanjutkan. Mudah bagi Shareen.

Aditya dan Audrey langsung saling bertepuk tangan saat mendengarkan jawaban dari Shareen, tentu saja mereka senang dengan apa yang sudah Shareen pilih. Berharap semoga saja nantinya ada jalan terbaik di antara Shareen dan anak sahabatnya, jika pun tidak maka tidak akan menjadi masalah. Yang terpenting adalah silaturahmi tetap terjalin dengan baik. Sudah, itu saja.

"Bagus, Sayang! Oh iya, kamu siap-siap sekarang aja, Reen. Mamah udah taruh dress buat kamu pakai ada di kamar kamu. Jangan lupa berpenampilan yang menarik, oke? Yuk bisa, yuk!"

Shareen menuruti apa yang dikatakan oleh sang ibu, ia langsung bangkit dan mengangkat kedua jempolnya tanda setuju. Badannya langsung berbalik dan kakinya melangkah menuju kamar. Malam ini mungkin akan menjadi malam yang panjang. Atau, malam ini mungkin akan menjadi malam yang penuh bersejarah. Jika semesta berkehendak, pria itu akan melanjutkan kisah bersama dengan Shareen. Pun jika tidak, semesta telah membuat cerita.