Chereads / Cinta Kamu, Titik. / Chapter 8 - Cinta Kita Tetap Hidup.

Chapter 8 - Cinta Kita Tetap Hidup.

"Bukankah cinta kita tetap hidup? Bernyawa atau tidak di sampingmu atau tidak, tapi cintaku tetap untukmu Adiba. Selamanya ... kita hanya hamba dan cinta kita hanya selingan hati. Cinta kita sejatinya untuk Sang Pemilik Cinta Sejati. Allah SWT. Bukankah kita pernah belajar filsafat dari buku berjudul Layla Majnun karangan Nizami Ganjavi (1141‒1209 M). Buku kesusastraan karangan seorang penyair terkenal asal Persia ini menceritakan kisah tak sampai antara Qais dan Layla. Adiba ... aku pernah membahas ini, Imam Al Ghazali dan Jalaluddin Rumi. Mereka menjadikan cinta Qais dan Layla sebagai metafor cinta hamba pada Tuhannya."

"Ada kejadian suatu ketika Qais mengajar anjing dari kampungnya Laila. Hati dan fikirannya fokus agar bisa berjumpa dengan Laila. Tanpa sadar dan tidak sengaja dia melintasi jama'ah yang sedang melaksanakan shalat berjamaah. Warga yang shalat itu marah kepada Qais. Qais berkata, "Demi Allah aku benar-benar tidak sengaja, aku terlalu fokus dengan cintaku. Sampai aku tidak melihat kalian. Jika kalian mencintai Allah dan fokus pasti tidak akan melihat dan tidak terganggu akan kehadiranku."

"SubhanaAllah ... saking cintanya pasti tidak akan peduli dengan apa yang ada di hadapannya. Karena hatinya benar-benar menghadap kepada cinta itu, apalah aku yang shalatnya belum khusuk, mengaku cinta kepada Allah namun belum ada bukti nyata. Harapanku selama ini. Semoga amal ibadah kita diterima oleh Allah SWT. Aamiin, kita belajar pelan-pelan karena Allah mencintai kita tanpa syarat," kata Ridwan menenangkan Adiba yang terlihat susah saat ujian sedang menimpanya.

"Jadi sebab cintanya yang terlarang, karena derajat yang berbeda, tanpa restu, Qais pun menjauh dari Layla, keduanya hanya memendam rindu. Ketika tiba rindu itu, tersebarlah pesta di rumah Layla. Qaispun antre untuk mengambil hidangan. Hingga di di depan Layla, pandang mata mereka bersatu seketika sampai ke relung hati. Tindakan Layla yang menjatuhkan piring itu mestinya ia berikan kepada Qais. Sontak para tamu terkejut, dan menyangka Layla sudah mulai membenci. Karena memecahkan piring Qais. Para tamu menduga Layla telah sadar bahwa Qais tidak sepadan dengannya. Namun apa yang terjadi? Qais malah tersenyum bahagia, "itu berarti aku harus antre lagi dari awal untuk mendapatkan piring. Dan itu akan membuatku lebih lama melihat Layla," katanya berbisik ke temannya. Ini pula yang menjadi  perumpaan seorang hamba pada Tuhannya, yang menyangka doanya tak dikabulkan berarti harus terus berdoa berkali-kali. Agar kita bisa meluangkan banyak waktu menghadap Allah. Berlama-lama kepada Allah. Bukankan seperti itu cinta? Betah saat berdekatan dengan orang yang di cintai.

Cara Qais itu seumpama contoh. Agar hamba terus dekat dengan Rabbnya. Dan Allah sangat suka melihat hambaNya butuh kepadaNya. Hebatnya Qais dan Layla tidak melawan takdirnya, mereka terpisah karena Layla anak bangsawan dan akan dinikahkan dengan seorang saudagar kaya, penulis ini memang hebat. Hentikan air matamu hubby," ujar Ridwan membelai kepala istrinya.

"Sebagian menyebutkan bahwa Layla tidaklah secantik yang dipandang Qais, sampai terdengar Khalifah berkata, "Engkaukah Layla yang membuat gila si Qais? Padahal engkau tidaklah secantik dayangku yang paling jelek diantara mereka." Layla hanya berkata, "Tuan Khalifah tak melihat apa telah dilihat oleh Qais." Ini juga kiranya cinta seorang pada Tuhannya, yang dengan cinta itu seorang tenggelam dan merasakan kehadiranNya. Mungkin ini tragis dan pahit menurut kisah cinta. Tapi dalam tradisi cinta kesufian Islam, kepahitan bisa sebagai kemanisan yang terindah selama dalam cintaNya, selama dalam kebaikan dan ketaatan. Mbak ... aku hanya wanita dan istri dari dia yang berbaring tidak berdaya. Hanya satu yang sering menguatkan hatiku. Janji Allah. Seperti: Aku (Allah) sesuai dengan persangkaan hamba padaKu. (Muttafaqun 'alaih) Aku yakin aku akan bahagia tidak dunia aku yakin akan bertemu dikebadian," kata Ridwan yang terlihat pinaran mata yang padam namun tersenyum menghibur kekasih hati.

"Sungguh aku tersayat saat Laila memecahkan piring. Aku kira dia marah dan tidak menerima kehadiran Qais. Ya, itulah secuplik kisah Laila dan Majnun. Secuil kisah, yang minimal mengandung dua makna. Pertama, kisah ini berusaha menunjukkan pada kita semua bahwa apa pun yang terjadi dalam hidup ini, sejatinya datang dari Allah. Entah itu dibungkus dengan rasa yang bagaimana, manis, asem, gurih, atau bahkan pahit sekalipun. Rezeki yang melimpah, atau musibah yang melanda seolah tak henti, semua datang dari Allah. Adiba ... hikmah kedua, yang bisa kita ambil adalah. Allah senantiasa memberi kita pilihan. Aku (Allah) sesuai dengan persangkaan hamba pada-Ku (Muttafaq 'alaih). Selama yang kita pikirkan tentang Allah dan segala yang Dia berikan entah berupa kesenangan atau kesedihan baik lagi positif, hasilnya pun akan serupa. Sebaliknya, jika yang aku pikirkan buruk, maka hasilnya pun akan buruk. Ini janjiNya. Dan Dia tidak pernah mengingkari janji. Innallaha la yukhliful mi'aad. "Sesunggunya Allah tidak pernah mengingkari janji" (QS Ali Imran [3] : 194). Kalaupun aku meminta dan belum dikabulkan berarti aku harus bersabar. Agar terus berdoa, meluangkan waktu lalu mengadu pasti Allah akan mengabulkan. Majnun memilih untuk berpikir positif setelah Laila bersikap kejam. Dia tetap tersenyum dengan sikap kekasihnya. Karena dia tahu, Laila sangat mencintai Majnun. Sama seperti dirinya mencintai Laila. Begitu dengan kita. Kadang kita mengira bahwa musibah yang datang pada kita dan kehidupan yang tidak kunjung baik. Kadang rezeki yang masih belum lancar adapula kesehatan yang belum benar-benar stabil, putus cintanya para pecinta, itulah menjadi penyebab bagi kita untuk terus berpikir negatif pada Allah. Padahal, kita tahu bahwa kita ini merupakan makhluk kecintaan Allah. Dan, Dia, Dzat yang Menciptakan kita, tidaklah mungkin menelantarkan apa yang Dia ciptakan. Ini sebagaimana janji-Nya, "Dan tidak satu pun makhluk bergerak di bumi melainkan dijamin Allah rezekinya." (QS Hud [11]: 6)

"Tidaklah manusia mendapat apa-apa, kecuali apa yang telah dikerjakannya." (QS Al-Najm [53]: 39) lSesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, jika kamu mengingkari (nikmatKu), maka sesungguhnya azabKu sangat pedih." (QS Ibrahim [14]: 7). Mari belajar mensyukuri nikmatNya. Jangan sampai kita menuruti sumpah Iblis, yang selalu menggiring kita untuk ingar nikmat. Naudubillah ... Allah yang maha melindungi kita. Adiba kuatkan cintamu kepada Allah ... aku sudah bahagia aku bahagia melihatmu, aku merasakan kamu. Cukup rasakan aku lewat hatimu jika rindu telah datang."

"Cintaku selalu hidup walau nyawaku tidak tersisa, hubby hiduplah dengan rasa bahagia, aku mencintaimu. Usirlah kesepianmu cintaku. Jangan nodai cinta kita sayangku, karena takdir Allah ... kamu akan bahagia sayang. Cepatlah pulang, hujan akan turun. Jangan lagi menyiksa dirimu, hentikan tangisan dan kesedihanmu. Jika kamu mencintaiku, jangan lagi menangisi kepergianku. Uhibbuki lilabadan, aku mencintaimu selamanya."

Adiba membuka mata saat tetesan hujan membasahinya. Dia terbangun dari gundukan tanah tempatnya tertidur.

Bersambung.