Chereads / stuck with yours love / Chapter 27 - Part 27. Damar

Chapter 27 - Part 27. Damar

sore hari udara agak sedikit mendung, aku masih duduk-duduk disebuah kafe dengan nuasa taman dedaunan hijau, jika waktu sengganh aku lebih suka duduk disini untuk menghabiskan waktu, selain nanti pulangnya aku bisa membeli beberapa tanaman hias untuk ku bawa pulang, sebenarnya aku ingin rumahku seperti seperti artis Yuni Shara dirumahnya penuh dengan tanaman hijau tapi Bryan tidak mengizikan alasannya dia bilang jika malam tanaman akan menyeluarkan carbondioksida yang tidak bagus untuk manusia. Oleh karenanya Bryan hanya mengizinkan aku menaruh beberapa jenis tanaman saja didalam dalam rumah, seperti lavender karena bisa mengusir nyamuk atau pun lidah mertua yang bisa membantu menyerap polusi udara disekitar kita dan kalaupun yang lain dia hanya mengizinkan menaruh tanaman di ruang yang jarang digunakan dimalam hari.

selebihnya aku hanya menaruh ditaman yang memang sengaja dibuatkan khusus untukku.

"Lama ya nunggunya?" Ternyata Bryan sudah berdiri didepan ku. Bryan dan Adi sepulang meeting langsung ketempat yang hanya kita bertiga yang tahu dan Hari ini kita memang rencananya mau bertemu dengan Damar karena jika menyuruhnya kekantor dikhawatirkan ada mata-mata yang mengetahui kedatangan Damar.

"Belum, aku baru sepuluh menitan sampai sini," tak lama Adi menyusul masuk kedalam.

"Kok gak bareng?" aku heran mereka tidak berbarengan sampai, karena tadi mereka berangkat meeting bersamaan.

"Gue ke toilet dulu,Mules," dengan santai dia duduk dikursi depanku.

"Udah cuci tangan yang bener gak tuh," jailku kumat.

"Sembarangan, udah lah mau nyium nih?" Adi mendekatkan telapak tanganku pada wajahku

PLAK

Bryan memukul tangan Adi.

"Aw, sakit Bee," ia memegang tangannya yang tadi sitepis Bryan.

"Lu lagi kurang kerjaan, ya kali bini gua suruh nyium tangan lu yang bekas cebok," Adi nyengir mendengar perkataan Bryan.

"Orang dia yang nanya, Makanya gue buktikan," Adi mesem-mesem dengan jawabnya.

"Trus kalau dia nanya udah cebok yang bersih, apa lu mau nunjukin juga pantat lu ya burik?" Bryan hendak menjitak Adi. Namun ia menghindarinya sambil tertawa -tawa.

"Mana ada tampang ganteng dan keren gini pantatnya burik," Adi masih mesem-mesem, Bryan hanya menggelengkan kepalanya.

"Mas," Bryan memanggil pelayan yang berdiri tidak jauh dari meja tempat kami duduk.

"Bisa saya pesan kopi dan beberapa cemilan?" Bryan memesan beberapa makanan dari buku menu yang diserahkan oleh pelayan padanya.

"Gue juga mau deh, kaya sipentil," Adi menunjukan kearahku.

"Enak aja pentil, emang gue taneman," aku cemberut mendengar sebutan Adi padaku.

"Dih emang lu pentil, kecil kaya buah yang baru mo jadi, udah gitu lu maennya dikebon mulu jadi cocok kan gue panggil pentil dari pada upil," Adi tertawa ngakak, Adi memang tidak ragu membullyku dia menganggap aku satu paket dengan Bryan pantas dibully dan harus dilindungi.

"Yeee enak aja, mana pernah aku maen dikebon, dasar playboy kadaluarsa," balasku kesal.

"Hahaha kadaluarsa, expired bentar lagi dibuang ke tempat sampah, makanya buruan nikah mau karatan lu, kagak kawin-kawin," Bryan tertawa mendengar julukanku pada Adi.

"Sembarangan karatan lu pikir besi," Adi kesal mendengar perkataan Bryan.

Bryan mengangkat telepon karena ada panggilan masuk.

"Ya Dam"

"...."

"Masuk aja gue ada dikanan ujung, ada gue sama Adi,"

"..."

Bryan lalu menutup panggilan teleponnya. Tak lama seorang Pria tinggi besar menghampiri kami, wajahnya agak garang dan terkesan tidak ramah.

"Hai bro apa kabar," mereka lalu bersalam dan tertawa-tawa senang seperti orang yang sudah lama tidak bertemu.

"Eh kenalin ini bini gue," Damar menyalamiku lalu ia duduk di bangku didepan Bryan.

"udah makan lu, apa mau pesen kopi?" tanya Adi sambil menyerahkan buku menu pada Damar. Tak lama pesanan kami datang.

"Sekalian aja lu pesen," Bryan menawarkan.

"Gue udah makan tadi, Kopi hitam aja deh sama pisang keju," ia lalu memberikan kembali buku menunya.

"lu gak pesen colenak, enak nih," Adi menawarkan makanan yang dimakan olehnya pada Damar.

"Gak ah, gue udah gak doyan nyocol," perkataannya yang absurd membuatku menandangnya bingung.

"sue lu ah, tuh liat bininya si bee ampe bingung. Kalau ngomong ada dia kudu jelas soalnya otaknya suka jalan-jalan," aku memangang Adi dengan tajam.

"Yang bisa jalan-jalan itu kaki kalau otak itu mikir," aku menunjuk kearah kepalaku.

"Udah-udah, kenapa lu sekarang kalau ketemu bini gue kaya kucing ama anjing ya," Bryan mencoba melerai.

"Seneng bee godain bini lu kalau ngambek mulutnya kaya ikan cucut," Adi malah tertawa-tawa.

DUK

"Aduh sakit Nit," Adi memegang kakinya karena aku nenendang tulang keringnya cukup keras.

"Wah bini lu KDRT nih," Adi masih mengusap-usap kakinya.

"Dih emang lu siapa bilang KDRT, duhhhh de jauh-jauh kelakuan kamu kaya Playboy kadaluarsa di depan Momy ini ya," aku mengelus-elus perutku. Bryan dan Damar tertawa kelihat pembalasku padany.

"Jadi gimana, apa yang bisa gue bantu ? yang penting buat gue tidak menggunakan kekerasan untuk melakukannya, gue sudah berhenti menggunakan otot untuk cari makan," Damar meminum kopi pesanannya yang baru datang.

"Gak, gue gak minta lu buat jadi tukang pukul, Gue cuma pengen lu ngawasin orang ini," Bryan menunjukan foto pada Damar.

"Gak cuma dia tapi juga keluarga, orang yang dekat dengannya kemudian juga para pembantu dan tukang kebunnya." Bryan lalu menunjukan foto orang-orang yang dia sebutkan.

" kenapa harus pembantu dan tukang kebun segala?" Damar penasan.

"Karena supirnya baru membeli kondominum mahal dan gue yakin gaji dia seumur hidup juga belum tentu bisa beli yaaaaa kecuali Supir itu punya harta karun," perkataan Bryan membuat Damar terkejut.

"jadi lu curiga kalau itu yang beli dari keluarga ini, kalau ia memang kenapa itukan haknya," Damar menyatakan pendapatnya.

"Benar, gue setuju itu hak nya permasalahannya keluarga ini cuma punya izin di industri kelapa sawit dan itu gak besar bro, dan gue sedang cari tau, sejauh mana keluarga ini terlibat dengan pencurian data perusahaan gue, Karena salah satu orang yang terlibat itu adalah mantan karyawan gue, Andini. Yang juga ternyata istri Ricky laki-laki ini, dan perempuan ini sekarang sudah gue kirim kebalik jeruji, dan lu tau siapa pengacaranya? Bernard. Pengacara kondang yang gak murah bayarannya , walaupun si pengacara bilang bahwa dia tidak dibayar mahal itu karena dia hanya ingin membalas budi jasa orang tua Andini dan lu tau. Orang tua Andini gak pernah ada hubungan apa-apa sebelumnya dengan Bernard dan itu gue ketahui setelah diselidiki sama anak buah gue. Jadi jelas dia berbohong soal bayaran, ya walaupun anak buah gue sudah menyelidiki tidak ada uang besar yang masuk ke rek beliau pada waktu itu, tapi bisa saja dia dibayar cash atau mungkin emas batangan, semua bisa dilakukan," penjelasan Bryan membuat Damar paham mengapa Bryan ngotot untuk menyelidiki keluarga Wisley.

"Gue ngerti sekarang, okey gue kerjain, tapi gue gak bisa bekerja sendiri kayanya gue bakal minta bantuan teman dan rekan-rekan gue buat cari tau tentang mereka, bagaimana?" Damar meminta persetujuan Bryan. Damar menurut cerita Adi, walaupun sudah tidak terjun kedunia bawah namun kolega dan patner kerjanya masih banyak, teman-teman yang berhutang budi padanya juga pastilah akan siap membantu karena konon menurut cerita Adi Damar terkenal sangan ringan tangan untuk membantu teman-tekannya apalagi menyangkut urusan perut keluarga.

" Okey gua setuju. Untuk biaya operasional lu tinggal katakan saja pada Adi," Bryan tau Damar pasti sungkan untuk membicarakan masalah uang, namun bagaimanapun juga pekerjaan ini tetap membutuhkan dana yang tidak sedikit agar bisa dengan cepat mengungkap dari mana dana keluarga Wisley didapat dan Sejauh mana mereka terhubung dengan pencurian data. karena saat ini mereka hanya terbentur pada Andini, namun untuk apa Andini menggunakannya. Jika dia hendak menggunakan untuk menjatuhkan perusahaan Adi dari segi hukum, apa bisa didapatkan olehnya karena semua data yang sempat diambil oleh Andini itu legal semua, kecuali seseorang yang sangat membutuhkan data itu untuk mencari kelemahan pada perusahaan yang dimiliku oleh keluarga Hermanto ayah Bryan.

***