Chereads / stuck with yours love / Chapter 29 - Part 29. Pagi yang Dingin.

Chapter 29 - Part 29. Pagi yang Dingin.

Hujan sudah mulai reda waktu hampir mendekati magrib aku bergegas pergi kekamar mandi rasanya sudah lengket badan ini, pikiranku masih tertuju tentang Keni perempuan yang sempat meluluh lantakan hati seorang pria bernama Damar, tapi bukan itu yang paling aku pikirkan, perempuan yang terlihat covernya biasa saja justru menyimpan sejuta misteri dalam pikiranku, Bryan dan Adi malah nyaris melupakan perempuan itu, Perempuan yang sangat hebat dalam memainkan peranannya.

"Jadi mandi atau mau lanjut melamun," Bryan sudah berdiri didepan pintu kamar mandi yang memang tidak pernah ku kunci karena posisi ada didalam kamar dan pasti hanya Bryan yang masuk kedalam kamar terkecuali asisten rumah tangga yang aku suruh masuk untuk membersihkan kamar dan kamar mandi.

Aku menengadahkan kepalaku yang sedang duduk di closet kamar mandi karena habis buang air kecil dengan tubuh telanjang reflek aku menutup dadaku.

"kamu membuatku terkejut," aku mengerucutkan bibirku, dengan cepat aku masuk kebilik kaca untuk mandi dengan air hangat yang keluar dari shower yang tergantung didinding. Bryan tertawa lalu ia keluar dari kamar mandi.

"Syukurlah. Jika tidak, bisa lama ritual mandiku," Upatku dalam hati. Aku membersihkan dan membilas badan serta rambutku yang masih tersisa shampo dan sabun mandi, kurang lebih 20 menit aku sudah keluar dari kamar mandi.

"Aku mandi dulu, tolong siapkan baju kokoku ya Sayang. Aku mau sholat magrib dikomplek rumah, kebetulan Pa Iwan juga mau sholat di mesjid jadi aku ada teman," Aku mengiyakan keingannya untuk sholat dimesjid setelah berpakaian aku menyiapkan koko dan celana panjang untuk sholat di mesjid tak lupa sejadahnya juga.

"Aku sholat dulu ya sayang," Bryan telah menggunakan pakaian yang aku siapkan. Aku mencium tangannya lalu mengantar Bryan berjalan keluar pagar diikuti oleh pa Iwan. mmmh azan belum dimulai lebih baik aku mengaji sebentar lalu sholat ketika telah adzan, aku berbegas kembali masuk kekamarku.

***

"Aku sangat mengantuk boleh aku tidur duluan," pinta Bryan sambil berbaring diatas tempat tidur kami dan memeluk pinggangku. Hari sudah malam jam didinding sudah menunjukan pukul 11 malam.

"Kalau ngantuk tidurlah, aku belum selesai menonton Dramanya," tak lama aku mendengar suara dengkuran pelan dan teratur, Bryan sudah terlelap dalam tidurnya seperti dia benar-benar lelah.

Aku mengambil ponsel yang aku letakan diatas nakas dekat tempat tidurku.

me : "Ran gimana hasil pencarian data tentang Keni?" tanyaku pada pesan yang kukirim pada Randy.

Randy: " aku baru dapat asal kota dan dengan siapa dia terhubung, yang pasti dia tidak berhubungan dekat dengan keluarga wisley secara langsung,"

me:"Oya? kamu yakin dari mana kamu tau kalau Keni tidak berhubungan dengan keluraga Wisley?"

Randy: "belum pasti sih,"

Me: "aku curiga justru dia orang penting dibalik semua ini".

Randy: "Maksudnya? Atas dasar apa Kakak bisa berasumsi seperti itu?"

Me: "Tadi aku bertemu dengan teman nya Bryan Dia itu bekas bodyguardnya Keni dan ternyata dia simpanan pemilik Chemical inc industri,"

Randy: "Serius Ka? tapi tampangnya biasa saja tidak seperti wanita-wanita simpanan gitu,"

Me: "kita tidak bisa menilai orang dari chasingnya saja, dan coba kau selidiki siapa pemilik Chemical inc industri dan satu lagi siapa pemilik rumah samping kiri,kanan dan depan rumah Keni,"

Randy : "Untuk apa ka? Kok sampai rumah tetangganya kamu selidiki?"

Me:"Sudah lakukan saja, sudah ya aku mau tidur, ngantuk ,"

Randy: " kalau sudah ada info nanti aku kabari secepatnya,"

Me : "Oke"

Aku menaruh ponselku keatas nakas lalu masuk kedalam selimut disamping Bryan dengan perlahan. Aku khawatir dia akan terbangun. Cuaca terasa dingin ditambah hujan lumayan deras kembali turun, aku perlahan menyelipkan tanganku kedalam tubuhnya agar bisa memeluk dan menghangatkan tubuhku.

***

Pagi ini didaerahku kembali diguyur hujan, suasana pagi terasa lebih dingin, aku merasa tempat tidur adalah tempat yang tepat untuk menghangatkan tubuh kembali.

"Pagi sayang," Seperti biasa Bryan menciumku, Dia sudah menggunakan celana olah raga selutut dan kaos tangan buntung atau biasa dibilang kaos lekbong, padahal cuaca hari ini cukup dingin aku yang masih menggunakan baju piama ditambah jeket tebal masih terasa dingin. "Olah raga sayang biar gak terlalu dingin," Bryan menarik selimut yang siap membungkus tubuhku kembali.

"Dingin ah males aku," Bryan malah naik ketempat tidur dan berusaha menarik tubuhku agar duduk dikasur.

"Apa mau olah raga dikasur aja," Godanya sambil menatap kearah dadaku.

"Ih gak ah tar musti mandi malah dinging, rengekku, lagian si utun nya masih pengen bobo," Aku beralasan agar Bryan tidak menggangguku yang masih ingin menikmati kasur dan selimut yang hangat.

"Alesan, ayo olah raga ringan biar sehat, nanti siutunnya beku lho kalau gak digerakin," Bryan masih menarik-narik selimutku sementara aku berusaha menahan dengan terus menegang erat selimutku.

"Emangnya perutku freezer bikin utun jadi beku," sambil terus mempertahankan selimutku.

"Ya kamunya gak mau gerak jadi dingin dalemnya juga, makanya kalau gak mau bangun, aku tengokin biar aku ajak olah raga," Bryan malah naik kekasur kembali dan mulai memeluk tubuhku, tiba-tiba aku merasa mual dan ingin muntah dengan cepat aku turun dan berlari kearah kamar mandi, lalu memuntahkan isi perutku kedalam closet, hanya cairan yang keluar dari mulutku, Bryan mengosok-gosok punggungku dengan lembut.

"Masih ingin muntah?" tanyanya dia terlihat khawatir melihatku. Aku berdiri perlahan dibantu Bryan, aku membersihkan mulut dan wajahku didepat wastafel kamar mandi, Bryan mengambilkan handuk kecil dilemari kecil dekat wastafel dan mengeringkan wajahku dengan perlahan. Dia memandangi wajahku yang terlihat pucat.

"Mau kedokter yang?" tanyanya, aku hanya menggelengkam kepalaku.

"Ya sudah, sarapan yu kamu musti makan jangan sampai kelaparan kasihan dedenya didalam kelaparan," Bryan merapikan beberapa helai rambutku yang jatuh kewajahku,

"Nanti mutah lagi," Aku memeluk Bryan Sambil menengadahkan wajahku keatas menatap wajahnya, Bryan hanya tersenyum dia membalas pelukankan lalu mengecup ujung kepalaku.

"Ga apa-apa nanti makan lagi, kasihan Dedenya kalau gak diisi tar dia malah ngambil sari makanan dari tubuh kamu, kamu malah kurus kaya orang busung lapar, mau emang?" godanya. aku malah menyelipkan wajahku kedadanya.

"Terus maunya gimana emang?" tanyanya melihat aku tidak mau melepaskannya pelukannya, aku suka kalau sudah seperti ini hanya dipeluk tanpa melakukan apa-apa.

"Ya sudah kamu mau makan apa sekarang?" tanyanya sambil membelai rambutku sementara tangannya yang satu masih memeluk tubuhku.

"Bubur yang dekat taman depan, boleh? tapi jangan pakai apa2" Pintaku sambil tetap menenggelamkan wajahku didadanya.

"Ya udah tapi makannya di meja makan ya," pinta Bryan sambil masih memelukku. aku menganggukan kepalaku.

"Ya udah ayo jalan, lepasin dulu pelukannya?" Pinta Bryan. Sejak hamil aku merasa mood ku sering berubah-ubah.

"Gendong," pintaku, Bryan terpana melihatku, Biasanya aku paling susah untuk dia gendong kalau tidak dipaksa. aku melingkarkan tangannya dileher Bryan. dia mengangkat tubuhku dengan mudah jadilah aku seperti anak Koala yang sedang digendong induknya.

"Ayo jalan kok diem aja?" aku bingung melihat Bryan yang masih menatapku sambil tersenyum melihat tingkahku.

"Bensinny abis jadi gak mau jalan," Bryan berbisik ditelingaku.

"Ihhh gak usah iseng deh," aku masih digendong olehnya.

"Ya udah isi dulu bensinya," Bryan memonyongkan bibirnya, aku paham dengan permintaanya.

CUP

aku mencium Bryan dengan cepat.

"Dikit amat isinya, mana bisa jalan," Bryan kembali menggodaku.

CUP

CUP

CUP

tiga kali aku nengecupkanya.

"jalan pa supir udah fulltank nih," teriakku sambil menggoyang-goyangkan kakiku, dengan tertawa Bryan membawaku keluar kamar, Mbo Darmi yang melihat Bryan menggendongku hanya tersenyum.

"Mbo, Mba minah mana? minta tolong sama dia, belikan bubur didepan dong, jangan pake apa-apa buburnya aja," Bryan berkata masih dalam posisi menggendongku, sementara aku masih menaruh wajahku ditengkuk Bryan, hangat dan wangi tubuh membuatku betah berada disana.

"Duduk ya sayang," aku menggelengkan kepalaku.

"Kamu aja yang duduk,aku gak mau turun," pintaku masih dengan posisi awal. Bryan lalu menarik kursi makan dan duduk dengan posisi masih menggendongku.

"Nanti Dede yang satunya bangun lho?" Bryan berbisik perlahan ditelingaku.

"Suruh bobo lagi aja, masih pagi," jawabku masih posisi yang sama. Bryan hanya terkekeh ia kemudian mengambil tab nya yang ada diatas meja makan dan membuka salah satu situ kemudian membacanya.

"Mau minum apa Den?" Mbo Darmi kembali keruang makan setelah dia menyuruh mba Minah membelikan bubur untukku.

"Teh hangat Mbo boleh," pinta Bryan sambil masih membaca berita dari tabnya.

"Baca apa sayang?" tanyaku yang masih berada dipangkuannya.

"Berita tentang banjir, ternyata disekitar sini juga banjir , akses kendaraan tertutup banjir," Bryan memberikan tabnya padaku. aku mengambilnya dan melihatnya sementara Bryan mengelus-elus punggungku.

"Masih mual gak," tanyanya sambil mengambil tab yang aku pegang.

"Udah gak terlalu," aku masih dipangkunya dan kembali posisi semula memeluknya.

"Minum susu yah," pintanya. Aku hanya menganggukan kepalaku.

"Ini teh nya Den, dan ini pancake yang Den Bryan minta," Dia meletakan sarapan yang Bryan minta, Sejak hamil Bryan melarangku kedapur selain itu, aku jika menghirup bau makanan yang menyengat terkadang menjadi mual.

"Buatkan susu untuk Arni mbo, Susu ibu hamil ya," Pinta nya pada mbo Darmi.

"Maaf ya mbo menyusahkan," kataku masih dalam posisi dipangkuan Bryan.

"Iya non gak apa-apa," lalu ia kembali kepantry, tak lama Minah masuk ke ruang makan ia tertunduk melihatku dipangku Bryan, entah mengapa aku suka, dilihat oleh orang lain kala aku dimanjakan Bryan.