Setelah semuanya beres Angel kembali duduk di meja kerjanya, mengotak-atik iPad memeriksa jadwal untuk hari esok. Seperti biasa, lebih padat dari hari ini. "Jadi besok pergi untuk melihat proses pembangunan hotel, sudah 60%. Huft, padar sekali." keluh Angel, sembari menghela nafasnya panjang.
Angel lupa belum membuat proposal untuk acara minggu depan. Ia pun meletakkan iPad-nya di meja lalu membuka laptop kerjanya. Sudah biasa dikejar deadline setiap hari. Angel secepat kilat membereskan urusan pekerjaan, meski mengeluh panjang setiap saat.
"Angel, sore ini saya akan pergi ke kantor Mark." ujar Damian tiba-tiba muncul di hadapan meja Angel, sontak gadis itu langsung berdiri.
"Baik pak," respon Angel.
"Atur panggilan konferensi saya di siang hari, jadi bebaslah untuk hari ini. Oke," ucap Damian dengan wajah datarnya. Namun tak lepas memandang Angel.
"Baiklah pak, terimakasih." balas Angel seraya mengangguk kecil, tak lupa senyuman lebar yang terukir di bibirnya. Akhirnya hari ini bisa bebas, hanya saja besok harus tempur lagi.
Detik berikutnya, Damian meninggalkan kantor lebih awal karena ada urusan lain. Tidak perlu ada Angel di sampingnya, kasihan pula dengan Angel yang sudah kelelahan dengan pekerjaan. Tapi itu memang sudah menjadi tugas sebagai sekertaris.
"Yess, hari ini aku akan minum bersama teman-teman." sorak Angel begitu lirih, bebas sore ini bisa pulang lebih awal. Ia pun menutup laptopnya menunda membuat proposal hari esok.
"Angel, kau bisa menemaniku lembur malam ini?" tanya Yerin, meminta Angel untuk membantunya.
"Maaf ya, aku tidak bisa menemanimu. Aku akan pergi untuk mengurus masalah pribadiku." balas Angel menolak halus teman kerjanya.
"Yah, sekali ini saja." rengek Yerin,
"Hari ini Bos pulang lebih awal, aku akan memanfaatkan waktu ini. Jadi, tolong mengertilah." tak kalah Angel merengek,
"Baiklah, lakukan harimu dengan baik." ujar Yerin,
Angel tersenyum lebar, kemudian meninggalkan Yerin sendirian. Lega rasanya bisa santai tidak ada tugas lembur malam. Gadis itu mengendarai motor beat kesayangannya, pulang dulu baru nanti akan berangkat lagi setelah menghubungi teman-temannya termasuk mengajak Airin.
****
Damian berada di lift, lelaki itu merasa risih dengan ponselnya karena ada nomor yang tidak kenal menelfon nya. Damian bukan orang yang suka mengangkat panggilan dengan asal. Bahkan selalu menyuruh Angel yang mengangkatnya. Kali ini Damian mematikan ponsel, tidak peduli dengan panggilan itu.
Ketika menuju ke ruangan Mark Leanendra, orang kepercayaan Damian yang mengurus perusahaan cabang miliknya. Ia berjanji untuk bertemu sore ini, sambutan dari para karyawan dan orang yang ada di kantor ini. Damian hanya menanggapinya tanpa senyuman khas. Hanya tersenyum tipis bagai paksaan, tidak heran dengan tingkah laku seorang Damian.
Orang dingin, kaku dan wajah datarnya tapi malah lelaki menjadi idaman para wanita. Dari semua orang pasti tergila-gila kepada sosok angkuh tersebut. Tampan, kaya raya, dan belum memiliki pasangan hidup. Mereka iri dengan keberadaan Angel yang selalu di dekat Damian. Padahal mereka tak tahu pula menghadapi orang jutek, judes seperti Damian ini. Ganteng doang, gengsinya kebangetan.
"Selamat sore pak,"
Damian masuk ke dalam, Mark langsung menyambut dengan begitu sopan. Lelaki itu mempersilahkan Damian untuk duduk.
"Selamat datang pak, aku akan menunjukan semuanya." ucap Mark, segera mengambil proposal untuk di berikan kepada Damian.
"Santai saja, aku di sini hanya ingin meluruskan punggungku. Arggh, lelah sekali hari ini." keluh Damian, sembari menyandarkan badannya ke sofa tak lupa merenggangkan dasi.
"Baiklah pak, anda selalu melakukan yang terbaik Pak. Lelah yang tidak sia-sia." sanggah Mark,
"Tentu, begitu juga dengan Angel yang sangat membantu dengan kerja kerasnya." Damian mulai membuka obrolan tentang Angel.
"Karena bu Angel juga, saya bisa menjadi lebih semangat untuk bekerja. Dia telah menjadi inspirasi banyak orang." puji Mark, tentu saja seperti itu karena memang Angel tidak pernah menyerah. Apalagi menghadapi orang seperti Damian yang keras kepala.
"Kau tidak naksir dia kan?" tanya Damian, ceplosan nya membuat Mark terkejut.
"Tidak pak, saya sudah memiliki kekasih." sarkas Mark sekalian jujur pada Damian kalau ia memiliki seorang wanita.
"Ouh, aku pikir kau tidak akan memikirkan untuk memiliki pasangan." ujar Damian.
"Sepertinya memang sudah waktunya, 30 tahun bukan umur yang muda lagi, Pak." balas Mark,
"Benar. Andai istriku masih ada, pasti aku juga tidak akan sendiri seperti ini. Ah, sudahlah jika nanti akan ada seseorang yang datang kepadaku. Aku tidak akan membiarkannya pergi lagi." Damian mengorek masa lalunya, Mark paham dengan perasaan Damian saat ini.
Hidup mewah tapi selalu sendiri, itu menyedihkan. Damian kesulitan untuk bahagia sekarang.
"Saya yakin, sudah ada orang yang datang kepada pak Damian. Hanya saja, dia belum mengetahui hatinya untuk siapa." ujar Mark, membuat Damian terkekeh.
"Sebenarnya aku merasa begitu, tapi tetap saja hufft." lelaki itu kembali bersandar, kemudian ada seketaris Mark masuk membawa minuman untuk Damian.
"Permisi," ucap gadis itu, matanya tak lepas memandang wajah Damian.
"Syutt, fokuslah!" ujar Mark, kemudian gadis itu tersadar. Orang ganteng kalau tidak ditatap itu mubazir.
****
"Kau tahu, aku sudah melakukannya." ucap Angel asal, gadis itu sudah meminum beberapa botol. Mereka pergi berenam, Angel tidak pergi ke club, tapi ke bar yang biasa mereka datang.
"Ya-ya, kau pasti melakukannya." jawab Sena, teman Angel mereka sudah terpengaruh minuman beralkohol.
"Aaaish, kepalaku sakit sekali." desis Angel, Airin setengah mabuk ia pun menghubungi kekasihnya.
"Kami mabuk, bisa datang menjemput ku?" ujar Airin, kepalanya sudah di atas meja. Airin tidak tahu jelas apa yang Mark katakan, ia menjawab asal "Di bar yang tidak jauh dari rumah. Cepatlah, aku tidak bisa berjalan."
"Kau dengan siapa sayang? Baiklah aku ke sana sekarang." balas Mark,
Begitu juga dengan Angel tidak bersuara lagi, sudah terkapar lemas di sofa. Paling banyak minum di antara teman-temannya. Angel tidak memikirkan jika kejadian kemarin terulang lagi. Saat mabuk saja malas untuk pulang sendiri, kalau punya pacar masih ada yang menjemput. Lah ini, siapa yang akan membawa Angel pulang?
___
"Aih, kenapa dia mabuk lagi?" gerutu Mark, karena masih ada Damian di kantornya lelaki mendengar.
"Ada apa?" tanya Damian, melihat raut Mark sedikit berbeda dari sebelumnya. Mark tidak berani jika berkata jujur pada Damian.
"Gadisku mabuk dengan teman-temannya, dan aku harus menjemputnya." jawab Mark dengan keberanian di hatinya.
Damian mengerti, pasti salah satu gadis itu ada Angel. "Kalau begitu pergi bersama, pasti ada sekertaris ku bersama mereka." balas Damian.
"Bagaimana bapak tahu?"
"Kau tidak ingat pada saat malam di club, pasti kau dengan Airin melakukannya kan?" sontak saja Mark merasa tersentil dengan ucapan Damian. Memang benar, saat itu Damian yang menyuruh Mark membawa Airin pulang.
"Baiklah, ayo pergi." kedua manusia tampan itu bergegas pergi dari kantor menuju bar. Jangan sampai telat, bahaya kalau berada di tangan orang yang salah.
To be continued.