Chereads / strong wife / Chapter 4 - 4

Chapter 4 - 4

"jadi begini kelakuan kamu selama ini pada vanya. Demi tuhan refan apa yang akan mama katakan kepada ibu dan bapak vanya di kampung, jika mereka tahu kamu menganiaya anak mereka seperti ini" arini mulai terisak sembari memeluk menantu nya yang sedari tadi terdiam dalam tangis nya

"apa kesalahannya hingga kamu tega  sepertiini, dan lihat apa yang kamu perbuat vanya terluka akibat perbuatan kamu refan! Yatuhann" refanno merasa tidak tega melihat mama nya menangis, dan refanno tidak pernah melihat mama nya sebegitu marah pada nya

"refan hanya---

Ucapan refanno di potong oleh mama arini

"diamm!! Mama tidak ingin mendengar nama wanita itu lagi, kamu bodoh reffano! Wanita itu memiliki kekasih diluar Sana dan kamu! Kamu hanya di jadikan atm berjalannya saja oleh wanita ular itu" ucap arini dengan lirih

Wanita parubaya itu mengambil ponsel nya yang berada dalam tas nya lalu memberikan ponsel nya yang sedang memperlihatkan sebuah video seorang wanita yang sedang bermesraan di sebuah club malam dengan pakaian super mini wajah wanita itu sangat jelas terlihat. Dan wanita itu tak lain adalah vita- kekasih refanno

Refanno tak sengaja membanting ponsel mama nya lalu mengacak rambut nya frustasi tidak menyangka dengan apa yang vita lakukan

Arini mengambil handphone nya lalu memasukan kembali handphone nya lalu  membantu vanya berdiri

"ayo sayang kita pulang kerumah mamah, tinggalkan saja lelaki tak tau diri ini! Jika perlu mama akan membantu kamu mengurus perceraian kalian" ucap arini berapi api  Vanya dan refanno tersentak mendengar ucapan mama arini

Sebenarnya  arini tidak benar benar dengan ucapannya, arini hanya ingin melihat respon anak dan menantu nya ini, yang sebenarnya saling mencintai tapi mereka tidak menyadari perasaan mereka masing masing

"ingat refan, mertua kamu mengizinkan mamah dan papah membawa vanya ke jakarta dengan harapan akan membahagiakan anak nya, bukan malah menyakitinya seperti ini" ucapan arini sarkas arini mendudukan vanya yang masih terisak  ke sofa kemudian arini berjalan menaiki tangga. Refanno dan vanya tidak tahu apa yang akan di lakukan arini.

Refanno melirik sedikit kearah vanya dan dia tak sengaja melihat sudut bibir vanya masih mengeluarkan darah. Refan tidak menyangka jika tamparannya sebegitu keras kepada vanya

Rasa bersalah menyelimuti hati dan pikiran refanno, entah mengapa sekarang dirinya takut vanya akan meninggalkannya

Krekk krekk

Kedua nya menoleh kearah tangga, disana terlihat arini yang sedang mengeret sebuah koper berukuran sedang milik vanya

Jantung refanno berdetak cepat, dia tak menyangka jika mama nya serius dengan ucapannya

"mama akan bawa kemana koper vanya?" tanya refanno gusar

"mulai sekarang vanya akan tinggal bersama mamah dan papah" ucap  arini tegas membuat vanya ikut menoleh kearah arini

"gak mah refan ga izinin vanya meninggalkan rumah ini" ucap refanno namun sayang ucapan nya tidak di gubris sama sekali oleh arini

"kamu mau kan sayang?" tanya arini lembut sembari mengucap hijab vanya, yang sudah dia anggap sebagai anak nya sendiri itu

Vanya mengangguk pelan lalu vanya menatap sendu kearah refanno tanpa di sangka refanno pun menatap vanya dan kali ini bukan dengan tatapan dingin dan datar tapi dengan tatapan sendu Dan terlihat berkaca kaca.

"ayo sayang, kita pergi" vanya mengangguk pelan sembari menarik koper yang berada di sebelah arini

"mama refan mohon mah jangan bawa vanya, istri refan" ucap refanno dengan suara sedikit bergetar

"tidak bisa! Keputusan mama sudah bulat! Mama akan membawa putri mama kerumah, mama tidak bisa membiarkan putri mama serumah dengan penjahat seperti kamu!" ucap arini tajam

"ah yah, untuk urusan perceraian akan mama urus secepatnya" dalam hati arini tersenyum puas melihat wajah anak dan menantunya yang terlihat tidak setuju dengan ucapnya

Wajah refanno memerah dan nafasnya tidak beraturan, buku buku jarinya memutih karna dia terlalu kuat mengepalkan tangannya

"tidak! Sampai kapan pun refan tidak akan menceraikan vanya!!" ucap refan sedikit membentak membuat arini tersenyum puas

"kenapa? Bukannya kamu tidak menyukai pernikahan ini, sekarang mama bebas kan kalian"

Hati kedua nya mencelos mendengar penuturan arini yang memang ada benarnya terlebih vanya yang memang sudah mencintai suami nya itu

Apakah akan berakhir secepat itu?' batin vanya tersenyum pedih

"mamah gak perlu tau apa alasannya, intinya refan tidak akan menceraikan istri refan sampai kapan pun!"ucap refan tegas dan tanpa di sangka refan berlutut di hadapan vanya 

"maafkan aku, aku tidak bermaksud menyakiti mu secara fisik maupun batin, kamu boleh pukul aku sekuat tenaga mu untuk membalas pukulan ku" refanno mengambil tangan vanya berniat memukulkan nya pada wajahnya namun sekuat tenaga vanya menahannya

"cukup mas, aku sudah memaafkan mu" ucapan vanya dalam tangisnya

Refanno semakin bersalah mendengar ucapan vanya, bisa bisa nya dirinya menyakiti wanita selembut dan sepenyayang vanya

"vanya aku mengizinkan kamu menginap dirumah mama selama dua hari, selepas itu jangan harap kamu bisa menjauh dari ku" refanno tegas lalu kembali berdiri sedangkan vanya hanya membatu

Kemudian arini menggandeng vanya dengan lembut untuk keluar dari rumah itu

Vanya menoleh sebelum memasuki mobil dan tersenyum tipis  kearah refanno yang berada diambang pintu yanh sedang menatap sayu pada mereka

Setelah mobil milik mama arini yang dikendarai supir pribadi keluarganya sudah meninggalkan pekarangan rumahnya, saat itu juga air mata yang sedari tadi refanno tahan akhirnya berjatuhan, refanno mengusap air matanya lalu menutup pintu dengan kasar.

Didalam mobil.

"Mah apakah mamah serius dengan ucapan mamah tadi?" tanya vanya hati hati membuat arini tersenyum

"enggak sayang, mamah cuma ingin memastikan apakah refan mencintai kamu atau tidak, sekarang bagaimana menurut mu sayang?" vanya mengernyit lalu menggeleng polos membuat arini mengusap gemas kepala yang di tutupi oleh jilbab yang membuat vanya terlihat semakin cantik

"refanno anak mamah sudah mencintai mu sayang. Tetapi dia belum menyadari perasaannya sendiri, sekarang mamah tanya apakah putri cantik mamah ini juga mencintai pria bodoh itu?" tanya arini dengan nada menggoda membuat vanya tersipu malu

"i-iya mah, sebernarnya vanya mencintai mas refan, tetapi mas refan tidak menyukai vanya mah, maka dari ini itu vanya  memilih untuk mundur" jelas vanya pesimis

Arini menggeleng kencang tidak setuju denga ucapan sang menantu

"mamah mohon, vanya berjuang sedikit lagi ya sayang, kalau refan setelah ini  tidak berubah juga mama tidak akan memaksa vanya lagi"vanya tesenyum kecil lalu arini langsung memeluk tubuh rapuh vanya.

Tak lama kemudian mereka sampai di mansion mertuanya itu.