Loey yang bernama lengkap Kim Seung-Yeol duduk di dalam mobil van yang mengantarkan mereka ke lokasi acara. Tangannya memegang kalung berbentuk bintang, memerhatikan kalung itu dengan tatapan nanar. Ingatannya terulang kembali tentang kisah cintanya yang kandas beberapa tahun lalu, sekaligus kehancuran dirinya yang tidak disadari sebagian orang. Rasa sesak masih dirasakannya hingga sekarang. Perjuangannya pada masa itu seakan sia-sia ketika skandal muncul dan menjauhkan mereka.
Cepat-cepat ia memasukkan kalung itu ke sakunya ketika melihat Shi-Jin dan Jae-Hyun berjalan menuju mobil. Berpura-pura baik-baik saja seraya memakai kembali topi kebanggaannya.
"Di mana yang lain?" tanya Shi-Jin yang merupakan member paling muda di E-X.
"Sedang bersiap," jawab Loey singkat.
"Ngomong-ngomong apa manajer sudah mendapatkan pengganti Nona Nam?" tanya Shi-Jin.
"Entahlah, aku ragu. Aku hanya bisa berharap manajer berhasil membujuk Nona Jung untuk meminjamkan asisten kesayangannya, " jawab Jae-Hyun.
"Asisten kesayangan?" tanya Loey dan Shi-Jin bersamaan.
"Ah, kalian tidak tahu, ya? Gadis bernama Kim Hana itu asisten kesayangan Nona Jung. Ia lulus sangat cepat dan langsung diterima oleh Nona Jung dengan mudahnya."
"Bagaimana kau tahu?" Shi-Jin semakin penasaran. Ia mendekatkan posisinya pada Jae-Hyun dan menatap pemuda berusia dua puluh enam itu dengan berbinar.
"Karena bibiku kenalan Nona Jung. Jadi aku sering berkunjung ke butiknya."
"Wah, pantas saja. Semua pakaian yang kami pakai kemarin dirancang olehnya." Loey bertanya. Entah kenapa, sisi keingintahuannya muncul ketika Jae-Hyun menceritakan tentang gadis bernama Kim Hana dan atasannya. Ia akui, semua pakaian photoshoot kemarin memang keren dan sesuai dengan seleranya.
Tak lama member lainnya datang bersama Manajer Kim yang terlihat pucat dan mereka tahu alasannya. Nona Nam tidak baik-baik saja dan belum ada kabar tentang gadis Kim Hana.
"Jadi, bagaimana? Ada kabar dari Nona Nam?" tanya Min-Soo, member tertua di E-X, tapi bukan leader grup.
Manajer Kim menggeleng. "Belum ada kabar. Nona Nam masih belum sadarkan diri. Jika Nona Jung belum memberi kabar satu jam lagi terpaksa acara itu dibatalkan atau kalian tampil seadanya."
Mobil van dinyalakan dan mereka menuju lokasi acara. Di perjalanan tidak ada candaan seperti biasanya. Semua member berpikir apakah mereka bisa melanjutkan acara itu? Sepintar-pintarnya Jae-Hyun dalam hal fashion, ia masih belum bisa mencocokkan pakaian show dengan member lain, menentukan pakaian apa yang pantas dipakai, aksesoris dan sejenisnya. Lagipula dengan waktu yang sedikit seperti ini pasti akan menyulitkan mereka untuk mendapat pakaian show.
Seakan dewi keberuntungan memihak, ponsel Manajer Kim berbunyi. Ia bergegas menerima panggilan dari Nona Jung, lalu tak lama senyumnya mengembang, tanda kabar baik datang.
"Benarkah? Baiklah, kami akan tiba lima belas menit lagi," ujar Manajer Kim sebelum panggilan diputus.
"Bagaimana?" Loey memajukan posisi duduknya mendekati Manajer Kim yang duduk di kursi depan, di sebelah supir.
"Jangan khawatir. Aku tahu Nona Jung akan meminjamkan asisten kesayangannya itu."
***
Delapan pria tampan itu berjalan tergesa-gesa memasuki ruangan bertuliskan 'E-X room' dengan tulisan hias. Ruangan bernuansa putih dengan beberapa rak pakaian, serta sofa panjang yang melingkari meja yang cukup besar. Di salah satu rak, seorang gadis berambut pendek yang diikat menjadi half hair bun dan kacamata bulat tanpa minus sedang memilih-milih pakaian show bersama dengan dua asisten stylist.
Senyum Shi-Jin merekah. Ia bergegas menghampiri Hana dan menepuk bahunya pelan, membuat gadis itu tersentak dan menoleh.
"Selamat sore, apa kau orangnya?"
Hana mengangguk, lalu membungkuk hormat. "Saya sudah siapkan semuanya," ujar Hana sambil menunjukkan pakaian yang diletakkannya di ruang ganti.
Shi-Jin hanya tersenyum simpul. Gadis yang unik¸ pikirnya. Mengingat selama ini tidak ada gadis setenang Hana ketika ia menepuk bahu dan tersenyum. Ia mengira, gadis itu akan melompat girang, lalu melakukan hal-hal yang dilakukan penggemar pada umumnya.
Di sisi lain, Loey memerhatikan wajah gadis itu dengan teliti. Wajah tirus dengan kulit putih porselen, bibir tipis yang mungil berwarna merah muda, lalu mata bulan sabit khas Korea, serta rambut coklat yang tampak berantakkan. Jangan lupakan lingkaran hitam di area mata dan makeup natural yang hampir tak terlihat. Kok rasanya, ia pernah melihat Hana di suatu tempat, ya?
Tak ingin berlama-lama memerhatikan gadis asing itu, Loey menyusul para member lain ke ruang ganti bersama dengan dua asisten yang akan membantu mereka, sedangkan Hana menyiapkan properti yang akan mereka gunakan.
Setelah selesai berganti, Loey mengambil susu kotak vanilla dari kotak minuman di sudut ruangan, lalu menyodorkannya pada Hana yang masih memilih-milih properti.
"Bagaimana kau bisa tahu selera kami?" tanya Loey mengagetkan gadis itu.
Hana berhenti, lalu menghadap Loey dan menerima susu kotak yang disodorkan padanya. "Karena aku penggemar kalian, jadi aku sudah tahu pakaian apa, jenis apa, bahan apa yang biasa kalian pakai. Apa aku terdengar seperti sasaseng?" jawab Hana diiringi tawa kecil untuk menyembunyikan perasaannya saat ini yang meledak-ledak.
"Kau penggemar kami? Ah, aku tersanjung. Nona Jung pasti sangat mengandalkanmu karena seleramu benar-benar bagus."
"Tidak juga. Kadang aku merasa penat bekerja dengannya. Ia selalu menghubungiku ketika aku libur. Memberikan setumpuk pekerjaan dan seenaknya menyuruhku," jawab Hana sembari mengerucutkan bibirnya.
Loey tersenyum mendengar cerita singkat. Terlihat seperti adik yang bercerita pada kakaknya. Ah, bukan. Seperti Eun-Soo. Loey menggeleng kuat, membantah sekuat mungkin bahwa dua gadis itu sosok yang berbeda. Hana bukanlah Eun-Soo dan sebaliknya.
Tak lama para member keluar dan bergabung dengan Loey. Para hairstylist dan makeup artis sudah mulai bekerja. Beberapa asisten hairstylist berkutat dengan rambut para member, sedangkan asisten fashion stylist mulai memasangkan beberapa aksesoris yang telah Hana siapkan. Gadis itu sendiri memutuskan untuk menyiapkan kostum kedua yang akan dipakaikan saat pergantian lagu.
Berkat kerjasama para asisten dan stylist utama, semua selesai dalam waktu empat puluh lima menit. Hanya tersisa sekitar sepuluh menit sebelum semuanya dimulai. Tak lama Manajer Kim masuk, memastikan semuanya sudah siap, lalu menghampiri Hana.
"Ternyata benar dugaanku. Kau memang berbakat," puji Manajer Kim seraya menepuk bahu Hana dengan lembut.
"Ah, ini juga berkat bantuan stylist yang lain," balas Hana sambil tersenyum simpul.
Manajer Kim terkekeh, lalu mengacungkan jempolnya pada Hana. "Tetap saja kemampuanmu patut diacungi jempol."
Sang Manajer berlalu, mendekati para member dan berbincang sejenak, sedangkan K masih bermanja pada coordi-nya. Ia menunjukkan beberapa foto pakaian yang diinginkannya pada stylist, tapi ditolak, membuat pemuda itu mengerucutkan bibirnya seperti anak kecil.
Hana tersenyum melihat pemandangan yang ia bayangkan selama ini. Terutama ketika Loey melambaikan tangannya, mengisyaratkan agar Hana bergabung dengan mereka. Hana hendak melangkah, tapi ponselnya berdering. Ia mengambil ponselnya dari saku, lalu melambaikannya pada Loey seraya menempelkannya di telinga. Loey yang mengerti maksud Hana hanya mengangguk seraya tersenyum. Mata pemuda itu tak lepas dari punggung kecil yang menjauh dan menghilang dari balik pintu. Ah, ingatannya tentang Eun-Soo kembali berputar. Ketertarikannya pada Hana muncul, mendorongnya untuk ikut melangkah keluar meninggalkan para member dan Manajer Kim tanpa izin.
Loey menoleh ke kanan dan kiri koridor, mencari sosok gadis yang mengusiknya beberapa waktu lalu. Ia melangkah menuju kafeteria dan menemukan gadis itu di sana sedang duduk di kursi panjang berwarna putih. Loey memutuskan untuk diam di tempat dan memerhatikan gadis itu dari tempatnya berdiri.
"Baik, semuanya baik. Bagaimana kabar kalian di sana?" Gadis itu berucap dengan bahasa yang tidak ia mengerti, tapi pernah didengar sebelumnya. Bahasa Indonesia. Pemuda itu memiringkan kepalanya, berusaha mengingat kembali kosakata yang biasa diucapkan fans dari Indonesia. Sayangnya, ia hanya bisa mengerti kata 'baik' dan 'di sana'. Jadi ia menyimpulkan gadis itu sedang memberitahu kabarnya pada lawan bicara.
"Syukurlah semua baik-baik saja. Hmm? Ah, pacar? Aku rasa itu masih lama. Aku masih ingin menikmati karirku."
Ah, gadis itu bicara lagi dengan bahasa yang sulit. Akhirnya ia menyerah dan memperhatikan gadis itu tanpa berusaha menyerap bahasanya lagi. Bibirnya tersenyum ketika gadis itu tersenyum dan ia tidak tahu alasannya. Jauh di dalam lubuk hatinya, bayang-bayang Eun-Soo masih menguasai, tapi pikirannya beralih pada gadis itu, gadis asing yang seenaknya mengusik seorang Kim Seung-Yeol.
Panggilan diputus. Gadis itu memeluk ponselnya dengan erat dan tersenyum pahit. Raut wajahnya tampak mendung. Ketika gadis itu menghela napas panjang, menandakan tekanan batin yang menyiksanya, membuat darah pemuda itu berdesir, merasakan apa yang dirasakan gadis itu. Loey seperti mengenal gadis ini. Rapuhnya sama seperti Eun-Soo. Kesedihannya sama seperti Eun-Soo. Entah ada dorongan apa, ia ingin mengenal gadis ini lebih dekat.
"Apa yang kau lakukan di sini? Sebentar lagi penampilan kita dimulai."
Loey tersentak ketika Jae-Hyun muncul dan menepuk pundaknya. Ia cepat-cepat berbalik, menarik lengan Jae-Hyun untuk menjauh dari sana. "Tidak ada yang aku lakukan. Nah, ayo, kita harus segera bersiap."
"Hei! Apa kau menyembunyikan sesuatu?" sewot Jae-Hyun, merasa ada sesuatu yang janggal.
"Tidak ada yang aku sembunyikan. Semua itu hanya perasaanmu saja."
"Ti-tidak, aku yakin kau sedang memerhatikan seseorang tadi." Jae-Hyun tak mau kalah.
"Ya, ya. Cepatlah atau Manajer Kim akan memaki kita."
Jae-Hyun hanya pasrah ketika Loey menyeretnya meski rasa penasaran itu masih menguasai pikirannya. Ia bertanya-tanya, siapa gadis yang bisa membuat seorang Kim Seung-Yeol salah tingkah seperti ini? Eun-Soo? Ah, tidak. Hubungan mereka sudah kandas beberapa tahun yang lalu.
Mungkinkah ... Hana?
***