Jam dinding menunjukkan pukul dua belas malam, tapi Hana masih berkutat dengan lembaran kertas desain. Dia harus bergegas membuat pola pakaian dan menyesukainnya dengan member E-X. Agak jauh darinya, Yoon masih sibuk dengan laporan. Terlihat jelas perempuan itu tengah memusingkan pekerjaan tanpa henti yang dilempar ayahnya sendiri.
"Mau sampai kapan ia memberiku tugas seperti ini!" Yoon berseru kesal sembari meregangkan tubuhnya yang pegal karena sejak sore tadi ia hanya duduk dan membuat laporan. "Hana …. Kau benar-benar beruntung."
Mendengarnya Hana hanya terkekeh pelan. "Ya, aku beruntung. Bahkan mereka akan memakai pakaian rancanganku."
Yoon terdiam sebentar, memerhatikan sahabatnya yang sedang memotong bahan sesuai pola yang dibuatnya. Ia begitu teliti dalam setiap senti gerakannya, membuat Yoon terpukau pada kemampuan sahabatnya meski belum setenar Nona Jung atau desainer Korea lainnya.
"Apa waktunya cukup?" tanya Yoon pada sahabatnya.
Hana berhenti sejenak dari kegiatannya dan melihat ke arah Yoon. "Aku akan berusaha." Hanya itu yang terucap darinya sebelum kembali mengerjakan kegiatannya.
Yoon masih terpaku pada sahabatnya itu. Meski ia baru mengenal Hana, ia tahu betul kalau sahabatnya itu sangat menggilai E-X. Selalu bermimpi untuk menjadi desainer terkenal agar rancangannya bisa dipakai oleh idola. Beruntungnya, semua keinginan Hana terwujud. Dari bertemu E-X, dekat dengan mereka, bahkan hari ini sahabatnya diberi tugas untuk merancang pakaian E-X dan digunakan untuk acara besar olimpiade. Sungguh hal yang luar biasa.
"Kau tahu? Aku tidak pernah menyangka hal ini terjadi secepat ini. Bahkan bisa berdiri di dekat mereka dan mendapatkan tanda tangan mereka saja hal yang luar biasa, tapi aku mendapatkan yang lebih dari itu. Aku bisa mengatur pakaian apa yang mereka pakai saat show, membuatkan mereka makanan, dan mengobrol bersama, bahkan merancangkan baju untuk mereka. Itu luar biasa dan membuatku takut semua itu akan berakhir." Hana mengatakannya sembari tersenyum.
"Dasar, itu kan memang takdirmu. Lagipula meski hanya sebentar, setidaknya kau pernah dekat dengan mereka. Posisimu sangat diinginkan banyak perempuan, lho. Berusahalah yang terbaik, ok?"
"Tentu saja! Mereka sudah memberikan yang terbaik untuk kita dan sekarang waktunya untuk membalas semua itu."
***
Loey duduk sendirian di ruangannya sebelum tampil bersama member E-X. Ia sengaja menyuruh semua orang untuk keluar agar bisa menenangkan dirinya sebelum tampil.
Ia menghela napas, lalu mengembuskannya perlahan. Ketika merasa cukup tenang, ia berdiri dan hendak keluar ruangan, tapi seorang perempuan berdiri di depan pintu. Eun-Soo dengan rambut ikalnya yang diombre di bagian bawah dan kalung pasangannya dengan Hwang Il-Woo. Ah, dia baru ingat kalau malam ini Hwang Il-Woo hadir untuk menerima penghargaan bersama grupnya. Tidak heran jika Eun-Soo datang untuk melihat kekasihnya.
"Apa kau masih mengingatku?" Eun-Soo mulai bicara. Perempuan itu hampir tidak berubah dari sosoknya saat mereka berpisah. Kalau ada perbedaan, itu hanya terletak pada kalung pasangannya dengan Hwang Il-Woo dan status mereka. Keeleganan yang menguar dari tubuhnya tidak hilang sedikit pun. Postur tegak dan tubuh langsingnya masih sama seperti dulu.
"Kau masih sama rupanya." Loey menundukkan kepala untuk menghindari tatapan dalam Eun-Soo. "Ada yang ingin kau bicarakan?"
"Wow, kalian mendapat ruangan yang luar biasa, ya. Ah, kalian kan bintang besar sekarang. Wajar jika Direktur memberikan kalian fasilitas yang luar biasa." Eun-Soo menghiraukan ucapan Loey dan memandang seisi ruangan di depannya.
"Jika ada yang ingin dibicarakan, silakan katakana dengan cepat. Sebentar lagi aku harus tampil."
"Tampil, ya?" Eun-Soo menyeringai. "Ternyata bagimu aku hanyalah aksesoris yang enak dilihat, yang bisa kau ganti kapan saja sesuka hati."
"Bukankah itu hanya pandanganmu saja?" Loey masih tidak mengerti apa yang diinginkan Eun-Soo. Setelah Loey memberikan semua yang diinginkan Eun-Soo, membujuknya mati-matian, hingga bertingkah seperti anjing pun, perempuan itu tetap meninggalkannya.
"Kuharap kau bisa berhenti seperti ini. Bukankah kau sudah menunjukkan kalau kita bukan siapa-siapa lagi?"
"Aku serius!"
"Kau pikir aku main-main?" Loey mulai meninggikan suaranya. "Apa yang kau inginkan dariku? Apa kau belum puas balas dendam padaku? Apa kau belum puas menghancurkanku?" Ia sudah mengira bahwa hal ini akan terjadi. Melihat kembali perempuan yang menghantui hari-harinya selama ini.
"Balas dendam katamu? Belum! Aku belum puas menghancurkanmu!"
"Semua itu sudah berlalu. Kau dan aku sudah memilih jalan masing-masing. Kau sudah menemukan orang lain dan aku juga akan melakukannya. Kenapa kau mempersulit dirimu sendiri? Kenapa kau sangat membenciku? Apa kesalahanku sampai kau sangat membenciku? Jelaskan semuanya dan buat aku mengerti!"
Eun-Soo menatap Loey dengan tajam, seakan ingin menelan pemuda itu hidup-hidup. "Kau tidak tahu kesalahanmu, hah? Gara-gara kau aku kehilangan kesempatan untuk berdiri bersama S0Ne! Hidupku menjadi sulit karena bapak tua itu menyuruhku berhenti menjadi trainee karena ia memilihmu!? Apa kau tahu betapa sulitnya aku mencari pekerjaan setelah kejadian itu!? Tidak seperti dirimu yang mendapatkan semuanya dengan mudah. Kau hanya perlu menjaga ketampananmu, memamerkan tubuhmu, menari, bernyanyi, dan bersenang-senang dengan perempuan mana pun yang kau mau! Hidupmu terlalu indah sehingga kau tidak bisa mengerti penderitaan orang lain!"
Loey mencoba menahan amarahnya setelah mendengar kalimat yang sangat dibencinya, yang membakar habis kesabarannya, seolah menghilangkan rasa cinta yang masih bersarang di hatinya selama ini.
"Kau mengatakan hidupku itu mudah? Kau bicara seolah-olah aku mendapatkan semuanya dengan gratis?"
Eun-Soo menyeringai. "Memang itukan kenyataannya. Kau berjaya bersama E-X, sehingga lupa pada orang-orang yang kau sakiti."
"Kau tidak tahu apa-apa tentangku dengan E-X, jadi jangan bicara seolah kau tahu setiap detail tentang kami!"
"Tentu saja aku mengenalmu, mengenal kalian. Grup superstar yang menjadi taman bunga SEnt dan kau adalah salah satu anggota yang melupakan kekasihnya setelah debut, membiarkan kekasihnya berjuang sendirian melawan skandal! Bahkan kekasihnya dikeluarkan dari trainee karena skandal tersebut, sedangkan kau bersenang-senang dengan E-X?!" Eun-Soo tertawa hambar. "Terkadang aku geli mendengar para perempuan yang ingin menikah denganmu. Apa kalian akan bertengkar memperebutkan peralatan make up? Memperebutkan masker atau skin care kalian? Ah, bahkan para perempuan itu tahu wajahmu yang mereka puja ketampanannya itu asli atau tidak? Kenapa kau tidak katakan berapa kali kau merubah itu semua? Terkadang aku tidak habis pikir pada perempuan-perempuan pemujamu itu. Apa mereka tidak merasa dibohongi olehmu?"
"Cukup!" bentak Loey murka. Ia menatap perempuan itu dengan tajam, seakan mau memakan Eun-Soo hidup-hidup.
"Kau tidak tahu apa-apa tentangku, tentang E-X, ataupun fansku! Kau tidak berhak bicara tentang mereka! Awalnya aku ingin melupakan masalah ini, meminta maaf padamu dan menganggap semuanya sudah selesai! Aku meninggalkanmu? TIdakkah kau sadar kalau kau yang meninggalkanku? Aku mencarimu, mencoba menghubungimu, tapi kau menghilang begitu saja! Selama bertahun-tahun aku hidup dalam rasa bersalah. Sekarang kau datang dalam hidupku, mengacaukan semuanya, bahkan menghina fansku!"
Loey menunjuk wajah Eun-Soo dengan tatapan tajamnya. "Ingat ini. Hidupku tidak semudah yang kau bayangkan dan E-X tidak mencapai semua ini dengan mudah, dan terakhir, jangan hina Eris sembarangan atau akan kubuat hidupmu seperti di neraka."
Loey berjalan menjauh dari Eun-Soo. "Keluar."
"Kau—"
"Jangan buat aku mengatakan untuk kali kedua."
Eun-Soo beranjak dengan terpaksa. Ia memegang dadanya sendiri, entah karena bentakan Loey tadi atau rasa kecewanya pada Loey. Ia tidak pernah bermaksud menyakiti pemuda itu, tapi emosi dalam dirinya membuat ia lepas kontrol dan mengatakan hal konyol yang harusnya tidak diucapkan.
"Aku masih sangat mencintaimu, tapi tidak begitu denganmu. Kau selalu menyalahkan orang yang salah."
Loey masih berdiri diam di ruangannya dan perlahan tubuhnya merosot ke lantai. Ia bersandar pada dinding. Ia tidak lagi ingat dengan penampilan mereka yang akan dimulai lima belas menit lagi. Pikirannya kosong dan hatinya terlalu sakit. Ia merasa sangat konyol mencintai perempuan itu selama bertahun-tahun dan sekarang ia hanya mendapat luka baru.
Tanpa ia sadari, seseorang yang memerhatikan mereka dari lorong yang berhadapan langsung dengan ruangan itu. Kim Hana berdiri sembari memegang dadanya yang nyeri. Air matanya mengalir. Ia memukul pelan dadanya.
"Polarisku sedang menangis dan itu membuat hatiku sakit," lirihnya.
Ia tidak beranjak dari tempatnya, setidaknya ia ingin berada di sana sampai Loey merasa baikan, tapi niatnya digagalkan begitu saja. Tanpa disadari Loey melihat ke arahnya dan membuat Hana salah tingkah.
"Kemarilah."Loey memanggilnya dengan suara lembut. Hana menurut. Ia berjalan menuju Loey.
"Duduklah," perintah Loey sembari menepuk lantai di sampingnya.
"Apa kau mendengar semuanya?"
Hana mengangguk. "Maaf."
Loey tertawa hambar. "Aku bodoh, ya. Aku mencintainya bertahun-tahun. Aku berharap bisa kembali bersamanya seperti dulu, tapi malah ini yang terjadi. Apa aku terlihat seperti laki-laki kasar?"
"Tidak. Cintamu dikhianati, harga dirimu diinjak dan orang yang kau sayang dihina, itu hakmu untuk marah dan membela semuanya."
Loey terdiam dan memperhatikan Hana. Ia merasa setiap kata-kata yang diucapkan Hana mampu membuatnya tenang.
"Kau mencintainya bertahun-tahun, menunggunya dan berharap semua akan baik-baik saja. Hari ini ia datang dan mengacaukan perasaanmu. Wajar jika kau marah dan kecewa. Cinta itu tidak pernah salah, jadi jangan salahkan hatimu. Kau tidak salah."
Loey tersenyum mendengar ucapan Hana. Tiba-tiba ia teringat pada Eris. Eris yang mencintai mereka, mengagumi mereka bertahun-tahun sambil berharap suatu saat nanti cinta mereka dibalas oleh idolanya. Semuanya baik-baik saja sampai suatu saat para idola mereka akan menikah, mematahkan harapan mereka selama bertahun-tahun.
"Maaf." Kata itu tiba-tiba saja keluar dari dirinya. Loey tertunduk dan air matanya mengalir.
"Maaf .... Aku memang lemah. Aku tidak seperti yang kalian bayangkan. Loey yang ceria dan tidak mudah menyerah. Imej itu seakan hilang hari ini , berubah menjadi Loey yang bodoh dan rapuh. Maaf ..."
Tiba-tiba Hana bangkit dari duduknya dan duduk di hadapan Loey sambil memegang bahu pemuda itu. Ia menatap mata Loey yang sembab.
"Jangan bicara seperti itu. Kau sudah berjuang sejak awal, kau memberikan yang terbaik untuk kami. Kau berusaha ceria meski kau terpuruk. Itu tidak lemah! Meski apa pun yang terjadi, kami akan tetap mencintaimu hingga akhir! Kau punya kami untuk bersandar dan menangis. Kami akan selalu ada untukmu. Kami akan berdiri di sampingmu. Untuk itulah Eris ada. Eris akan selalu ada untukmu dan E-X. Meskipun suatu saat nanti semua orang berhenti menyukaimu dan E-X, aku akan tetap menjadi Eris kalian. Meski tidak ada yang menyaksikan konser kalian, aku akan hadir dan meneriakkan nama kalian! Karena itu, tetaplah kuat, ada kami di sini ...."
Air mata Loey tak mampu dibendung lagi. Ia menangis di hadapan Hana. Perempuan itu memeluk Loey dan membiarkan idolanya itu menangis dalam pelukannya. Meski ragu, Hana mencoba menenangkan Loey dengan mengusap pelan punggungnya. Hati Loey perlahan menghangat dan perasaannya pada Eun-Soo seakan menghilang dari hatinya. Yang ada di pikirannya saat ini adalah Hana. Perempuan itu seakan menyulapnya dan membuatnya lupa kejadian hari ini.
Hana melepas pelukannya dan melihat wajah Loey yang memerah. Ia tertawa melihat penampilan idolanya yang saat ini kacau.
"Waktu tampilmu lima menit lagi. Aku akan membantumu merapihkan riasan dan pakaianmu."
Saat Hana akan beranjak, Loey menghentikannya dengan menggenggam jemari Hana.
"Terima kasih."
Hana tersenyum manis. "Jika ada Eris yang tahu hal ini, aku rasa aku tidak akan selamat. Haha," tambah Hana sembari membantu Loey berdiri.
***