Seindah apa pun mimpi,
sadarkah kalau itu hanya sebatas mimpi
berawal dari mimpi yang tidak berarti
menjadi angan-angan yang menusuk hati
Apakah kita bisa terus bersama hingga akhir?
***
"Hana, maaf. Ini pertemuan terakhir kita." Suara parau sang ayah seakan menghantam kepala Hana.
Perlahan, bayangan ayahnya menjauh. Hana berusaha mengejar, tapi sang ayah tetap melangkah tanpa sekalipun menoleh ke belakang. Saat itu, Hana merasa dunianya runtuh. Sekuat apa pun dirinya mencari sang ayah, lelaki itu tidak pernah ia temukan.
Gelap. Dingin.
"Hana."
Suara seorang lelaki memanggilnya. Apakah itu ayahnya? Tidak. Suara berat itu bukan milik ayahnya. Lalu, siapa?
Sesuatu yang amat dalam seakan menenggelamkan Hana, tapi seseorang meraihnya. Ketika tangan kekar itu menggenggamnya, pandangan Hana tertuju pada tattoo 1485 berukuran kecil di pergelangan tangan.
1485? Kenapa terasa familier baginya?
Sontak Hana membuka mata. Napasnya terengah-engah, lalu entah bagaimana, air mata menetes ke pakaiannya. Tangan Hana ragu-ragu menyentuh wajah, memastikan kalau itu memang air matanya. Saat napasnya mulai teratur, Hana mengedar pandang. Ia berada di apartemen yang ditinggalinya bersama Yoon.
Mimpi itu lagi …. Hal yang sangat ingin Hana lupakan selamanya, tapi tidak pernah bisa. Tanpa alasan yang jelas, mimpi itu terus berulang hingga rasanya Hana muak melihat sosok ayahnya itu.
Dering ponsel membuyarkan pikiran rumit Hana. Ia mengambil ponsel di atas nakas, lalu membaca sebuah pesan singkat dari Loey.
Apakah hari ini kau sibuk? Aku kesepian. Semua member sibuk dengan urusan masing-masing.
Sontak Hana membenarkan posisi dan mencoba mencerna isi pesan itu. Ia tersenyum sambil mengetikkan jawaban.
Tidak. Kau ingin aku menemanimu? —Hana—
Iya, jika kau tidak keberatan. —Seung-Yeol—
Baiklah, kita akan bertemu di mana? —Hana—
Tunggu aku di tempat biasa. Aku akan menjemputmu satu jam lagi. —Seung-Yeol—
Baiklah. —Hana—
Ah, jangan gunakan makeup atau gaun. Itu bisa membuat kita jadi pusat perhatian. —Seung-Yeol—
Hana mengangguk meski tahu Loey tidak akan melihatnya. Ia segera bangkit dan berjalan menuju walk in closet yang sengaja didesain khusus oleh pemilik apartemen.
Setelah empat tahun tinggal di Korea, Hana berniat mengganti kewarganegaraan dari Indonesia ke kewarganegaraan Korea. Bukan karena E-X, tapi ia menyukai kehidupan Korea. Ia berniat meninggalkna kenangan kelam di masa lalu dan memulai semuanya dari nol, seperti empat tahun lalu. Sudah cukup untuknya terkekang masa lalu yang menyakitkan.
Ia melihat ke sekeliling ruangan yang dipenuhi pakaian. Sebelah kiri untuk Yoon dan sebelah kanan untuknya. Ia memilih beberapa pakaian yang tidak mencolok dan cukup hangat untuk dipakai di cuaca dingin seperti ini.
Setengah jam kemudian Hana sudah siap tanpa polesan makeup apa pun. Ia melihat ponsel. Bibirnya tersenyum bahagia saat melihat riwayat pesannya dengan Seung-Yeol. Ia mendekap ponselnya sambil tersenyum bahagia. Hari-hari yang ia mimpikan sejak lama kini terwujud. Setelah menunggu bertahun-tahun Hana akhirnya bisa dekat dengan E-X.
Setelah merasa cukup rapih, Hana keluar dari apartemennya dan berjalan menuju taman yang dimaksud Loey. Ia menunggu di tempat yang sama ketika Loey menemuinya sambil mengingat masa-masa ketika lelaki itu meminta untuk memanggil dengan nama. Saat itu ia sangat gugup sampai rasanya ingin menciut lalu menghilang. Ah, Hana juga ingat ketika memergoki Loey di area apartemen. Lucu sekali setiap mengingat kenangan itu.
"Kau sudah datang? Aku pikir aku datang lebih awal."
Hana mendongak ketika melihat sosok lelaki berdiri di hadapannya. Perempuan itu mengernyit ketika Loey muncul dengan rambut ash blue yang sedikit mencuat dari topi. Awalnya Hana sedikit pangling dengan perubahan penampilan Loey, tapi ia tetap mengenali suara dan postur tubuh lelaki itu.
"Comeback?" tanya Hana menebak.
"Bagaimana kau bisa tahu?" tanya Loey sembari mengulurkan tangannya untuk membantu Hana berdiri.
"Tentu saja tahu. Mengganti gaya rambut adalah hal yang biasa kalian lakukan sebelum comeback. Seung-Yeol, Shi-Jin, dan K adalah member yang paling sering member tanda itu," jawab Hana sembari bangkit dan mulai berjalan di samping Loey menuju mobil yang diparkirkan di luar taman.
Loey membukakan pintu mobilnya untuk Hana layaknya yang biasa dilakukan di drama-drama. Namun, ini bukan mobil yang bisa Loey pakai. "Aku tidak ingin ada media atau fans yang mencurigaiku, makanya aku meminjam mobil temanku untuk hari ini," jelas Loey seolah-olah tahu apa yang ada di pikiran Hana.
Hana hanya tersenyum mendengarnya. Loey benar. Hari ini adalah akhir minggu, pastinya ada banyak fans atau media yang berkeliaran. Ia akan berhati-hati agar tidak ada yang melihat mereka.
"Apa sebelumnya kau juga pernah diam-diam pergi dengan seorang perempuan?" tanya Hana ketika Loey mulai menjalankan mobilnya.
"Pernah."
Sontak Hana langsung menoleh ke arah Loey. "Siapa?"
"Eun-Soo."
Hana terdiam ketika Loey menyebut namanya. Nama yang tidak ingin ia dengar lagi. Menyakitkan ketika orang yang kita kagumi terluka karena satu orang. Menyakitkan ketika orang yang kita suka menyukai orang lain, bahkan masih menyukai orang itu sampai sekarang. Ia tahu meski Loey mengatakan akan melupakan Eun-Soo, perempuan itu tetap memiliki posisi di hatinya meski kecil.
"Jika nanti Eun-Soo kembali, apa kau akan menerimanya kembali?"tanya Hana ragu-ragu. Sebenarnya ia takut mendengar jawaban dari Loey, tapi ia ingin memastikan posisi perempuan itu di hati Loey saat ini.
"Aku menolaknya," jawab Loey singkat tanpa mengalihkan pandangannya dari jalanan.
"Kenapa?"
"Aku memang mencintainya. Bohong jika aku mengatakan aku sudah melupakannya dengan waktu yang cepat. Tapi aku punya harga diri. Menerima kembali orang yang telah melukaiku, menghina fans, dan teman-temanku adalah hal terbodoh."
Hana tertegun mendengarnya. Sebegitu pentingnya kah fans dan teman bagi Loey? Ia tahu Eun-Soo adalah orang yang berharga baginya. Cinta pertamanya. Perempuan yang mengisi sebagian hatinya. Tapi ia memilih untuk membuangnya karena fans dan temannya?
"Memang benar ia berharga. Dia bagai racun sekaligus obat untukku.Tapi fans dan teman-temanku jauh lebih berharga. Tidak akan ada Kim Seung-Yeol yang sekarang tanpa mereka. Mereka yang menjadi kekuatan untukku selama dia tidak ada di sampingku. Peran mereka jauh lebih penting dari Eun-Soo. Aku tidak akan mengorbankan mereka hanya demi Eun-Soo."
"Padahal kalian juga manusia. Saat ini meski kau mengatakan fans berharga, di masa depan kau tetap membutuhkan seorang pendamping. Jangan terlalu memaksakan diri. Toh, pada akhirnya kau tetap manusia yang harus bahagia juga."
"Wah, aku tersanjung mendengarnya." Loey tersenyum. "Tapi aku takut mengecewakan Eris."
"Penggemar sejati tidak akan mempermasalahkan itu kok. Percayalah padaku."
"Jadi kau termasuk penggemar yang mendukung idolanya berkencan?"
"Tentu! Apa salahnya dengan berkencan? Ahhh, dasar penggemar-penggemar aneh. Masa membayangkan dirinya berkencan dengan idola? Kan, itu lucu."
Loey tertawa kecil. "Kau membicarakan dirimu sendiri, ya?"
"Eh?"
"Kau kan sedang berkencan denganku. Berkencan dengan idola tidak ada salahnya kok. Aku mencintai seorang perempuan bukan karena status atau apa pun. Ah, kurasa bukan hanya aku seorang, tapi idola lain pun begitu. Pernikahan satu level hanyalah hal konyol yang harus dihapus." Loey menoleh sekilas pada Hana. "Jadi, tidak apa-apa jika penggemar berharap bisa berkencan dengan idolanya."
Sekali lagi Hana dibuat kagum oleh Loey. Lelaki itu jujur dan tulus mengatakannya. Ia merasa menjadi fans paling beruntung memiliki idola yang peduli pada fansnya. Seumur hidup, ia tidak akan menyesal memilih Loey menjadi idolanya. Namun, ia tidak ingin berharap begitu dalam seperti penggemar lain. Pernikahan satu level mungkin tidak berarti bagi Loey. Netizen Korea pasti tidak mengizinkan para idola mengencani perempuan biasa.
Hana hanyalah perempuan beruntung yang bisa dekat dengan idolanya. Setelah melalui semua kebahagiaan dan keajaiban, Hana harus tetap mengingat waktunya telah habis.
Dua bulan bersama polarisnya telah berakhir. Setelah Nona Nam kembali, ia harus pergi dari sisi E-X. Kembali menjadi penggemar yang mendukung dari jauh sebelum dunia tahu kedekatan mereka.