Tempat itu cukup ramai, ditambah dengan lima anggota grup band dan seorang perempuan yang merupakan kekasih dari leader mereka, Eun-Soo. Perempuan itu tampak menikmati winenya sembari memikirkan sesuatu tentang Hana, perempuan yang menganggu pikirannya akhir-akhir ini. Perempuan yang dilihatnya dekat dengan Loey dan perempuan yang bersama Loey di hari mereka bertengkar ditambah kalung itu membuatnya semakin yakin Loey ada perasaan pada perempuan itu. Itu tidak seperti biasanya. Tidak seperti Loey yang menyukai perempuan dewasa. Perempuan itu tidak dewasa sama sekali menurutnya. Bodoh dan penakut.
"Apa yang kau pikirkan?" tanya kekasihnya membuat lamunannya buyar.
"Tentang perempuan yang tadi. Apa menurutmu dia berpengaruh dalam hidup Loey?" tanya perempuan itu meminta pendapat dari kekasihnya.
Il-Woo sempat berpikir sejenak, lalu tersenyum, "Kupikir ya. Seung-Yeol terlihat sangat bahagia ketika ada perempuan itu."
Eun-Soo hanya terdiam sambil menikmati winenya. Tak lama Il-Woo bergabung dengan anggota lainnya yang sibuk menyantap makanan mereka, berbeda dengan Eun-Soo yang hanya duduk menikmati wine.
Ada sesuatu yang mengganjal perasaannya. Apakah benar kalau dirinya masih memiliki perasaan yang tidak ia sadari? Bahwa ia menolak kehadiran perasaan itu dalam dirinya.
Cemburu.
Ia tidak suka melihat Loey memperlakukan perempuan itu seperti dirinya dulu. Hanya dia yang boleh mendapatkan hal itu dan sekarang ia akan menghancurkannya. Ia akan membuat perempuan itu merasakan apa yang dirasakannya di masa lalu.
"Kim Hana …. Aku akan menghancurkanmu."
***
Hana duduk termenung di kursi taman dekat apartemennya sembari memegang kalung yang diberikan Loey. Ia merasa sesak ketika tahu kenyataan bahwa orang dengan visual sempurna dan aura seorang idol pernah menempati posisi spesial di hati orang yang disukainya.
Hana tampak murung. Ia merasa semakin Eun-Soo melihatnya, semakin Eun-Soo mendekatinya. Semakin tahu ia tentang perempuan itu, ia merasa sangat jauh. Apalagi melihat kecantikan fisik Eun-Soo yang sempurna, tidak sepertinya yang hanya bagian kecil dari penggemar biasa. Tubuh tinggi dan langsing serta wajah kecil yang tidak diragukan membuatnya merasa kecil sebagai penggemar.
Hana menghela napas. Bukankah sudah waktunya ia berhenti berharap? Sampai kapan pun ia tidak bisa bersama dengan idolanya. Ada banyak dinding perbedaan di antara mereka dan ia tidak mampu menembusnya. Pasangan satu level. Ia tidak berada di level yang sama dengan Loey, tapi Eun-Soo berbeda.
Membayangkan Eun-Soo dan Loey di masa lalu membuat Hana sadar bahwa dirinya bukan siapa-siapa. Kelak akan ada perempuan yang pantas mendampingi mereka, bukan dirinya yang hanya seorang penggemar biasa. Mereka terlalu jauh untuk digapai. Sesuatu yang sangat jauh, seperti Polaris.
Tiba-tiba seseorang menutup kedua mata Hana dengan telapak tangannya dari belakang. Hana memekik, lalu meraba kedua tangan itu.
Hana diam sejenak, mencoba mengenali orang ini. Ia tersenyum ketika mendapat jawabannya. "Loey, itukah kau?"
Loey tertawa ketika dirinya ketahuan. Lelaki berpakaian serba hitam itu duduk di samping Hana dan membuka kaca mata hitam. "Apa kau memikirkan aku?"
"Tidak juga."
"Bagaimana kau tahu itu aku?"tanya Loey.
"Hmm .... Firasat? Mungkin begitu," jawab Hana diiringi kekehan pelan. Tentu saja Hana karena hanya Loey yang biasa mengunjunginya malam-malam begini. Selain itu, selama dua bulan ia telah mengenali bau parfum yang biasa dipakai Loey. Setiap merapihkan pakaian Loey saat tampil, pasti parfum itulah yang dipakainya. Hanya saja Hana tidak ingin menjawab seperti itu. Bisa-bisa lelaki itu membuatnya senam jantung malam ini.
"Kau terlihat murung, ada apa?" tanya Loey, membahas raut wajah Hana di belakang panggung tadi.
"Benarkah? Aku terlihat murung? Ahh ya ampun, aku benar-benar lapar dan itu membuatku murung," jawab Hana bohong. Mana mungkin Hana bilang Eun-Soo menemuinya, dan mengatakan pada lelaki itu kalau Hana cemburu? Hei, itu benar-benar gila! Hana sendiri tidak tahu apakah perasaannya hanya kagum atau benar-benar cinta? Sebisa mungkin Hana ingin mencegah perasaannya tumbuh. Sebisa mungkin ia ingin menahan perasaannya.
"Kau lapar? Aku juga. Aku ingin makan ramyeon dan aku ingin kau menemaniku. Ayo!" Loey menarik lengan Hana, membantu perempuan itu berdiri dan membawanya masuk ke dalam mobilnya. Hana memperhatikan tubuh lelaki itu dari belakang. Bahu yang lebar dan punggung yang kokoh. Hana menarik sudut bibirnya, meyakinkan dirinya kalau apa yang ia lihat saat ini hanya akan menjadi mimpi baginya. Meraih Loey terlalu jauh dan ia tidak sanggup.
"Tak kusangka kau akan memakai kalung itu kemanapun kau pergi," ujar Loey sembari melirik kalung yang ada di leher Hana. Hana memegang kalung itu, memandangnya penuh arti. "Ini sangat berharga dan aku tidak ingin berpisah dengannya."
"Benarkah? Ah, aku sangat senang kau menyukainya. Itu sangat cocok untukmu," ujar Loey kembali membuat Hana merona.
"Berhentilah mengatakan hal yang membuat jantungku berdetak cepat."
Loey tertawa mendengarnya. "Maaf, tapi aku menyukai raut wajah polosmu itu."
Hana menoleh ketika mendengarnya dan mendapati Loey sedang menatapnya. Itu membuatnya frustasi. Bagaimana ia bisa mengalihkan pandangannya sedangkan lelaki itu menatapnya intens.
"Mulai sekarang aku ingin kau memanggilku Seung-Yeol ketika kita berdua," ujar Loey tanpa mengalihkan pandangannya.
Hana mematung, tidak tahu harus menjawab apa. Pikirannya kosong dan kembali ketika lelaki itu fokus pada kemudi.
"Apa?" tanya perempuan itu lugu.
"Panggil aku Seung-Yeol ketika kita bersama."
"Apa?"
Loey kembali menoleh, memastikan perempuan itu mendengarnya. "Kau tidak dengar atau apa?"
"Maksudku, kenapa?"
"Karena aku suka dipanggil seperti itu dan karena itu nama spesial," jawab Loey sembari kembali fokus pada kemudi.
Hana mengangguk mengerti. Bukannya ia tidak ingin memanggil Loey dengan nama aslinya, hanya saja ia merasa aneh. Bahkan para member memanggilnya Loey, bukan Seung-Yeol. Apa karena dulu Eun-Soo memanggilnya Loey?
"Dulu semuanya memanggilku begitu dan kemudian semua berubah ketika aku debut. Aku seakan kehilangan nama asliku dan aku rindu seseorang memanggilku dengan nama asli," jelas Loey membuat Hana terenyuh. Ia memantapkan dalam hati, menarik napas dalam-dalam, lalu mengembuskannya.
"Baiklah, Seung-Yeol ssi."
Sontak Loey memijak pedal rem dan meminggirkan mobilnya di pinggiran. Ia menatap perempuan itu. "Ulangi," pinta Loey.
"S-Seung-Yeol... ssi?"
Loey menarik senyumannya. Ia memiringkan tubuhnya dan mendekat ke arah Hana, membuat perempuan itu terpaku, tidak bisa bicara apa-apa sampai ketika Loey menyingkirkan poni Hana dan mengecup keningnya. Perempuan itu mengucapkan namanya persis ketika Eun-Soo memanggilnya. Saat ini pikirannya dipenuhi perempuan itu. Ketika ia melihat wajah polos Hana, ada keinginan untuk menyayangi, melindungi, dan membuatnya bahagia. Sekali saja, izinkan ia untuk membahagiakan orang yang berarti baginya. Seseorang yang tidak direncanakan kehadirannya tapi kini orang itu menjadi bagian terpenting dalam hidupnya.
"Terima kasih."
Aku mencintaimu.... bisik Loey dalam hati.