Ketika aku melihat matamu
Hatiku terus berkibar
Kau adalah takdirku
Satu-satunya orang yang ingin ku lindungi sampai akhir dunia
Aku mencintaimu
***
Hari yang dinantikan semua orang tiba, penutupan olimpiade musim dingin dimana ada S0Ne, E-X dan GTM, grup Hwang Il-Woo—kekasih Eun-Soo. Semua member E-X berkumpul di ruang tunggu lengkap dengan kostum mereka masing-masing. Beberapa coordi sibuk merias wajah para member, termasuk Hana.
Tanpa sepengetahuan Hana, Loey memperhatikan perempuan yang sedang sibuk memasangkan aksesoris pada Jae-Hyun. Senyumnya mengembang ketika melihat rantai kalung yang diberikannya semalam menghiasi leher indah Hana yang jenjang. Rambut perempuan itu hanya diikat seadanya dan wajahnya hanya dipoles make up tipis dengan lip tint ombre pink kemerahan yang membuat Hana semakin terlihat manis. Ah, ia benar-benar tidak bisa menghilangkan perempuan itu dari pikirannya. Sejak semalam, ia tidak bisa tidur. Ia terus memikirkan perempuan bernama Kim Hana itu.
"Akhirnya hari ini tiba!!! Ya ampun, aku benar-benar gugup saat ini," seru K sambil menepuk-nepuk pelan dadanya.
"Kau benar. Rasanya aku sangat gugup. Ini sangat berbeda dengan konser-konser kita sebelumnya. Apalagi hari ini kita mewakili negara kita. Ini sebuah kebanggaan," ujar Jae-Hyun setelah Hana selesai merapihkan kostum dan aksesoris padanya.
Hana hanya tersenyum simpul mendengar ucapan Jae-Hyun. Hari ini mereka akan tampil di hadapan orang asing yang mungkin saja bukan bagian dari fans mereka. Mereka akan tampil di hadapan para pemimpin negara, atlet dari negara luar dan masyarakat luar, mewakili para grupband di Korea. Ini adalah sebuah kebanggaan, mana mungkin mereka mau melewatkannya?
Para member tampak sudah siap dengan kostum dan riasan masing-masing. Tak lama giliran mereka untuk tampil tiba. Mereka berjalan keluar menuju arena panggung diiringi para staff, termasuk Hana.
K memasuki panggung dan memulai penampilan mereka dengan stage solonya yang menarikan tarian tradisional Korea lengkap dengan hanbok. K menari dengan lincahnya diiringi bunyi gong tradisional berhasil membuat para penonton bertepuk tangan takjub. Bahkan suara para fans ikut terdengar. Sejenak, K merasa merinding mendengarnya, rasa lelah, kantuknya hilang ketika mendengar seruan para fans dan penonton.
Setelah mencuri perhatian dengan penampilan menakjubkan dari K, para member EX bermunculan dengan menaiki mobil bergaya futuristik yang dinaiki masing-masing 1 member EX. Ketika sampai di tengah panggung, mereka turun, membentuk formasi dari koreografi lagu mereka, kemudian memulai lagu populer mereka yang sengaja diremix untuk penampilan hari ini. Mereka menarikannya dengan senyum dan gerakan yang enerjik. Disusul lagu populer mereka yang baru diluncurkan satu tahun yang lalu yang diiringi puluhan penari yang membawa properti lampu. Berbagai macam warna juga muncul dari tempat duduk penonton, memperindah penampilan saat ini.
Hana yang menyaksikannya dari tempat para staff berdecak kagum. Tampilan panggung dan permainan lampu panggung yang luar biasa menjadi nilai tambahan bagi EX. Penampilan para member dengan kualitas suara yang luar biasa serta gerak tari mereka yang enerjik mampu menyita perhatian para penonton. Di akhir penampilan seluruh penonton bertepuk tangan dan kembang api diluncurkan.
Para member berlarian kembali ke belakang panggung. Para staff berdiri sembari menyiapkan minuman untuk para member. Loey langsung mendekati Hana, merebut botol minuman yang ada di tangannya dan meminumnya.
Para member berjalan menuju ruang tunggu mereka untuk beristirahat diikuti para staff, kecuali Hana. Ia berjalan menuju pintu masuk ke backstage, menunggu Yoon.
"Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Jun sambil menghampiri Hana dengan minuman kaleng di tangannya.
"Ah, aku menunggu temanku. Dia adalah fans berat kalian dan hari ini adalah hari ulang tahunnya. Aku ingin mempertemukannya dengan kalian. Apa kau keberatan?"
Jun menggeleng sambil tersenyum lembut. Ia mendorong pelan bahu Hana dan menyuruh perempuan itu duduk bersampingan dengannya. Jun menyodorkan minuman kaleng pesanan Shi-Jin pada Hana. "Aku akan menemanimu menunggunya," ujar Jun sembari membuka minuman kalengnya dan mulai meneguknya.
Hana menundukkan wajahnya, memandangi minuman kaleng yang telah dibukakan oleh Jun. Entah kenapa ia merasa gugup saat ini. Berbeda dengan rasa gugup saat bersama Loey, ia merasa agak canggung karena Jun adalah leader EX yang dewasa. Ia harus benar-benar memperhatikan ucapannya agar Jun tidak menilainya buruk.
"Tidak perlu canggung. Aku memang tidak pandai berguyon, tidak seperti Loey atau Jae-Hyun yang gampang membuka pembicaraan."
Hana hanya mengangguk dan meminum minuman kaleng di tangannya. "Hari ini aku ingin berterima kasih padamu. Kau telah bekerja keras untuk kami. Aku tahu membuat kostum panggung tidaklah mudah. Apalagi ada delapan kostum yang harus kau selesaikan. Kau benar-benar hebat."
Hana hanya tertawa malu mendengarnya. "Itu sebuah kehormatan untukku. Mendesain pakaian show kalian untuk mewakili negara. Itu kehormatan yang luar biasa untukku. Kalian adalah idolaku, idola para Eris. Aku senang jika kalian menyukainya, jika para penonton menikmatinya."
Jun tertegun mendengarnya. Wajar jika Loey merasa perempuan ini menarik. Ia juga menemukan hal yang menarik pada perempuan ini, yaitu kejujuran. Tidak ada kebohongan di mata perempuan itu.
"Ngomong-ngomong kenapa kau menyukai EX? Padahal ada banyak grup yang personilnya tampan dan masih muda."
Tawa Hana meledak ketika mendengar "masih muda". Apakah Jun sudah merasa tua? Ah, tua pun wajahnya masih semulus remaja, kan? Lagipula memang awalnya Hana tidak memperdulikan apakah usia para member EX sudah mendekati usia wamil atau tidak. Ia menyukai EX karena perjuangan mereka, bakat mereka dan kekeluargaan mereka. EX juga yang membuat ia bangkit dari keterupurukan.
"Hmm... Awalnya aku tidak tertarik dengan dunia Kpop atau bahkan hidupku sendiri. Aku tidak punya tujuan hidup. Tapi setelah bertemu dengan kalian, melihat perjuangan kalian membuatku menyadari betapa pentingnya arti hidupku. Kalian mejadi inspirasi untukku. Akhirnya aku menjadikan kalian sebagai alasanku untuk bertahan. Aku ingin bertemu dengan kalian, dekat dengan kalian dan sekarang aku mencapai itu semua."
"Lalu apa yang akan kau lakukan berikutnya?"
Hana tersenyum lebar sambil menoleh ke arah Jun. "Jika nanti waktuku bersama kalian sudah habis, aku akan menjadi desainer yang hebat agar pakaian rancanganku bisa digunakan kalian. Aku akan menjadi Eris yang selalu mendukung kalian."
Kini giliran Jun yang tersenyum mendengar jawaban manis dari Hana. Ia bertanya-tanya apakah semua Eris seperti Hana? Ia yakin semua Eris punya cara masing-masing dalam menyukai mereka, mendukung mereka dan berjuang bersama mereka.
"Sejak kecil ayahku selalu menceritakan tentang bintang padaku. Ia bilang jika kita ingin seperti bintang, kita harus bercahaya seperti mereka. Sama seperti kalian. Jika aku ingin dekat dengan kalian, maka aku harus bercahaya seperti kalian. Kalian menjadi kompasku untuk berlayar."
"Sama seperti polaris?" tebak Jun.
Hana spontan melihat ke arah Jun yang tersenyum manis ke arahnya. "Apa Loey menceritakan sesuatu padamu?" tanya Hana bingung. Bagaimana mereka tahu? Siapa yang menceritakan tentang sebutan polaris untuk mereka?
Jun mengangkat bahunya. "Bukan. Lagipula semua member sudah tahu tentang hal itu. Kau menganggap EX adalah polaris."
"Dari mana kalian tahu?" tanya Hana penasaran.
"Medsos? Ah, ayolah. Itu tidak penting. Jangan merasa malu karena kami tahu tentang itu. Itu sebutan yang bagus. Bintang polaris, bintang yang tidak pernah berpindah tempat, tapi cahayanya terus meningkat. Itu bagus, kan? Aku harap EX akan seperti itu. EX tidak akan jauh dari Eris, tidak akan berpindah tempat untuk Eris. Menjadi EX selamanya untuk Eris dan bercahaya untuk Eris. Itu keren."
"Benarkah? Kau menyukainya?"
Jun mengangguk. "Bukan hanya aku. Semua member menyukai sebutan itu." Hana menghela napas lega. "Haa... Tapi tetap saja memalukan. Itu terdengar kekanakan."
"Hahaha, jangan berpikir begitu. Ngomong-ngomong kapan temanmu akan datang? Aku penasaran dengannya." Hana melihat ponselnya. "Sebentar lagi."
"Apa dia begitu berharga bagimu?" tanya Jun.
"Tentu saja! Yoon sangat berharga! Dia teman yang mengerti aku. Dia temanku satu-satunya," ujar Hana dengan senyuman manis di wajahnya.
"Satu-satunya? Memang kau tidak punya teman selain dia?"
Hana menggeleng. "Tidak ada. Sejak kecil aku selalu menyendiri. Ketika kuliah di sini, aku tidak sengaja bertemu Yoon dan bercerita tentang kalian bersama. Mungkin jika dibilang, Yoon adalah keluargaku satu-satunya di sini. Dia sangat berharga."
Sekali lagi Jun dibuat terpesona oleh jawaban manis perempuan ini. Tak lama terlihat Yoon berlari ke arah mereka. Hana bangkit dari duduknya diikuti Jun. Yoon berhenti dengan napas yang terengah-engah.
"Hana!"