Suatu saat ketika kau menoleh ke belakang
kau akan sadar betapa bahagianya dirimu
bukan karena kau memiliki segalanya
tapi karena kau menemukan seseorang yang melengkapimu
***
"Seperti apa perempuan idaman kalian?"
Pertanyaan yang dilontarkan pembawa acara itu membuat semua member E-X melirik satu sama lain. Jun dan Min-Soo saling menyenggol, memberi kode untuk siapa yang menjawab lebih dulu mengingat mereka member tertua di E-X.
Akhirnya Jun mengalah sebagai seorang leader. "Aku ingin perempuan yang memiliki pengetahuan luas dan bisa mengerti diriku, tidak membandingkan dirinya dengan E-X atau Eris," jawabnya sembari tersenyum manis, membuat para fans yang ada di sana teriak histeris.
Kali ini giliran Min-Soo sebagai member tertua. "Aku pikir setiap perempuan memiliki poinnya masing-masing dan aku tidak memiliki spesifikasi khusus untuk perempuan idamanku. Asal aku nyaman dengannya dan dia juga nyaman denganku," jawab Min-Soo, lalu menyerahkan mic pada Jae-Hyun.
"Aaa .... Seorang perempuan yang sopan dan ramah. Aku tidak ingin perempuan yang bertubuh jangkung, aku lebih suka pada perempuan yang lebih pendek dariku." Jae-Hyun menyerahkan micnya pada Dae-Hyun.
"Perempuan yang ... manis? Ah, aku suka perempuan dengan suara yang bagus," jawabnya, kemudian memberikan mic pada Loey yang ada di sampingnya.
Loey tersenyum gugup. Ia melirik ke arah Hana yang berbincang dengan para kru. Perempuan itu tertawa dan tersenyum. "Aku suka perempuan yang bisa menjadi kekuatanku saat jatuh, perempuan yang tidak banyak menuntut dan bisa mengerti posisiku. Dulu aku sempat berkencan dan awalnya baik-baik saja, tapi dia meninggalkanku. Jadi aku sedikit trauma dan butuh perempuan yang mampu menenangkan hatiku."
Para fans bersorak haru, Loey hanya tersipu. Mereka tidak menyangka ada perempuan yang menyakiti Loey. Bagaimana tidak? Loey tampak sempurna. Wajah tampan dan postur tubuh yang sempurna serta segudang talenta yang ia miliki. Saat ia mengucapkan semuanya, pikirannya penuh dengan Hana. Senyum, tawa, dan ucapan perempuan itu berputar seperti film dalam otaknya, menghapus memori tentang Eun-Soo.
Kini mic dioper pada Jung-Soo. Ia tersenyum kaku kemudian menjawab, "Perempuan yang memiliki senyum yang manis."
"Hanya itu?"
Jung-Soo mengangguk, lalu memberikannya pada K. K tersenyum malu ketika hendak menjawab pertanyaan itu. "Perempuan yang dewasa, yang mampu menyesuaikan diri dengan pekerjaanku," jawab K sambil tersenyum kaku, lalu memberikan micnya pada sang maknae.
"Aku belum pernah berkencan sebelumnya dan aku tidak terlalu memikirkan perempuan. Tapi jika saatnya tiba, aku ingin perempuan yang lebih tua dariku, perempuan yang rapih dan mengerti perasaanku. Itu saja."
Shi-Jin melirik Loey yang memperhatikan Hana diam-diam, kemudian ia melihat ke arah Hana. Perempuan itu tampak sederhana, tidak secantik atau semulus artis perempuan lainnya, tapi perempuan itu menempati posisi spesial di masing-masing hati para member, khusunya Loey dan Shi-Jin.
Ia selalu bertanya-tanya dalam dirinya.
Apa arti E-X bagi Hana?
Siapa yang paling disukai Hana?
Kenapa Hana menyukai mereka?
Apakah E-X sangat berarti untuk Hana?
Sayangnya tidak ada satupun dari mereka yang menanyakan semua itu, termasuk Loey. Mereka tidak ingin mendapat jawaban yang tidak mereka inginkan dan mereka takut kalau suatu saat nanti mereka akan berpisah dengan perempuan itu. Perempuan yang membawa perubahan-perubahan kecil, tapi berarti untuk mereka.
***
Malam semakin larut, udara semakin dingin dan menusuk. Hana merapatkan mantelnya sembari melihat sepatunya yang ditutupi oleh salju. Ia bersenandung, memainkan uap yang dihasilkan dari napasnya. Setelah interview tadi, Hana menyempatkan diri untuk berkunjung ke butik Nona Jung dan meminjam beberapa aksesoris yang bisa digunakan saat penampilan minggu depan. Sebenarnya bisa saja ia meminta bantuan pada rekannya untuk mengantar ke apartemen, tapi entah kenapa ia tidak ingin melakukannya. Sejujurnya ia merindukan suasana di butik itu. Omelan Nona Jung, kesibukan yang dibuat oleh Nona Jung, dan kehangatan perempuan itu.
Hana mendesah kesal ketika mendapati ponselnya mati. Ia khawatir jika Manajer Kim menghubunginya dan memberi informasi penting. Meski sudah bersama dengan E-X selama dua minggu, ia belum mendapatkan nomor para member. Tidak satu pun, bahkan Loey, karena mereka dilarang memberikan nomor pribadi untuk orang luar, termasuk para staff. Jadi jika Hana ingin menghubungi mereka, ia harus menghubungi Manajer Kim dan Manajer Kim akan memutuskan apakah ia akan menyampaikannya atau tidak.
Hanya beberapa langkah lagi ia sampai di apartemennya, tapi ia menghentikan langkahnya. Matanya menangkap seseorang yang duduk di kursi depan apartemennya dengan pakaian serba hitam, topi dan penutup wajah. Tampak pemuda itu menggosokkan telapak tangannya, lalu merapatkan jaket yang dipakainya. Pemuda itu menoleh ketika menyadari Hana berdiri tidak jauh darinya. Ia menurunkan penutup wajahnya, tersenyum sambil melambaikan tangannya. Ia bangkit dan mendekati perempuan yang terpaku di tempatnya. Ia mengembangkan senyumnya, memperlihatkan lesung pipitnya yang manis.
"Loey?"
"Apa yang kau lakukan di sini malam-malam? Bagaimana jika ada yang melihatmu di sini?" tanya Hana khawatir. Apalagi Loey sering terlihat di daerah ini. Ia takut ada sasaeng fans atau wartawan usil yang mengikutinya kemari.
Loey melihat ke sekelilingnya, lalu tersenyum. "Sudah aku pastikan tidak ada yang mengikutiku. Dan lagi, tolong panggil aku Seung-Yeol saat tidak ada orang lain."
Tiba-tiba mata Hana memerah dan siap menangis. Loey melebarkan matanya ketika menyadari hal itu. Ia langsung memegang bahu Hana, mencoba menenangkan perempuan itu. "Hei, aku datang bukan untuk melihatmu menangis!"
Hana mencoba menahan air matanya, lalu tersenyum. "Maaf, aku hanya terkejut."
Loey terkekeh. "Ayolah, aku sudah sering ke tempat ini dan kau sudah sering bertemu denganku. Kau masih terkejut?"
Hana hanya tersenyum malu. Loey menariknya ke sebuah gang kecil di samping apartemen Hana. "Aku sudah menunggu selama setengah jam di sini. Aku mencoba menghubungimu berkali-kali dan kau tidak menjawabnya."
"Benarkah? Ah, maaf ... tapi kau dapat nomorku dari mana?" tanya Hana.
"Dari ponsel Manajer Kim. Ia meninggalkan ponselnya di ruangan dan aku diam-diam mencuri nomormu dari ponselnya."
Hana berpikir sejenak, mencoba menangkap maksud Loey. Bukankah itu berarti nomor pribadi Loey ada di riwayat panggilannya? Hana mengembangkan senyumnya. Itu artinya Loey adalah member pertama yang ia miliki nomornya. Ah, memikirkannya saja membuat Hana hilang akal sehat.
"Kenapa kau tersenyum aneh seperti itu? Apa yang kau pikirkan?"
Hana menggeleng. "Tidak ada."
"Apa yang kau lakukan sebelumnya? Kau tampak sangat lelah."
"Benarkah? Sebenarnya tadi aku berkunjung ke butik Nona Jung sembari memilih aksesoris untuk penampilan minggu depan," ujar Hana sembari menunjukkan tas kertas berlogo butik Nona Jung.
"Wah, kau sungguh-sungguh bekerja keras, ya."
Hana tersenyum tipis sembari menundukkan kepalanya. Ia tidak menyangka kalau Loey akan menghampiri dirinya di apartemen, bahkan rela menunggu sampai ia pulang. Ia merasa semua yang terjadi adalah mimpi. Ia merasa semua itu tidak nyata. Semua yang EX lakukan membuatnya sulit bernapas dan berpikir logis, entah karena bahagia, sedih atau terharu.
"Hmm, bagaimana kalau besok kita pergi makan malam bersama? Aku ingin mengajakmu ke restoran ibuku. Aku ingin mengenalkan penggemar spesialku padanya. Apa kau mau?"
Hana langsung menganga. Bagaimana tidak? Loey datang ke apartemennya, menelponnya dengan nomor pribadi dan sekarang mengajaknya makan, bahkan mengenalkannya pada ibu Loey? Semua itu membuat Hana ingin pingsan sekarang juga kalau tidak mengingat ada Loey di hadapannya. Ia berusaha mengatur dirinya, terutama hatinya yang meledak-ledak saat ini.
Ia mengangguk pelan. "Siapa yang bisa menolaknya? Itu impian semua fans."
Senyum mengembang di wajah tampan Loey, menampilkan lesung pipitnya yang membuat Hana ingin sekali mencubitnya. Loey menempelkan telapak tangannya pada Hana sambil tersenyum. "Baiklah. Aku akan datang lagi ke sini jam tujuh malam."
Hana mengangguk. "Astaga, kau selalu membuat jantungku berdebar cepat, aku bisa cepat mati kalau kau terus melakukannya."
Loey tertawa mendengar ucapan polos Hana. Ia tahu itu adalah kalimat yang biasa ia dengar dari fansnya, tapi entah kenapa ia merasa berbeda jika Hana yang mengatakannya. Loey menaikkan penutup wajahnya dan menurunkan topinya, membuat wajahnya tertutup sebagian.
"Hmm, baiklah, waktunya aku pergi. Aku tidak ingin Jun atau Manajer Kim mengomeliku. Oh ya, lebih baik jangan mengatakan apa pun di media sosial."
Loey menepuk pucuk kepala Hana yang setinggi dadanya. Mereka berdua sama-sama tersenyum. Loey mulai menyadari kalau perempuan itu cantik dengan wajah polos dan manisnya. Ia tidak menyangka ada perempuan yang mampu membuatnya nyaman, membuatnya melupakan segala hal tentang Eun-Soo yang menjadi bayang-bayangnya selama ini. Ia bisa dengan bebas menjadi dirinya sendiri tanpa merasa bersalah pada Eun-Soo.
Sebelum pergi, Loey mencubit kedua pipi Hana, lalu tertawa. Sementara Hana harus menahan detak jantungnya. Ia tersenyum lebar. Ia melihat Loey berjalan mundur keluar gang dan melambaikan tangannya sebelum menjauh dari pandangan Hana.
Setelah merasa Loey cukup jauh, Hana keluar dari gang itu dan berjalan menuju apartemennya sembari melompat-lompat kegirangan dengan senyumannya yang ceria.
***