Buku besar tebal mencolok bersampul gold menarik perhatianku, perlahan ku hampiri buku tersebut yang letaknya paling ujung, begitu banyak buku-buku dirak tersebut dari mulai novel, komik, kamus, bahkan buku cerita jaman dahulu pun ada sampai terlihat kecoklatan berkarat, mereka tersusun dengan sangat rapih.
"Astaga, kenapa banyak sekali buku disini, apa Jungwoo kutubuku? sangat berbanding terbalik dengan ku, aku lebih suka menonton film ketimbang membaca." Gumamku.
Ku ambil buku tersebut dan berniat untuk membacanya, buku yang begitu indah dengan sampul warna gold berukiran bunga-bunga kecil disisinya menambah poin plus tampilannya.
"Astaga pake digembok segala lagi bukunya, dimana aku harus mencari kuncinya?." kata ku menggerutu.
Tak pikir panjang aku pun segera mencari dimana letak kunci gembok buku tersebut, tak lama kucari langsung ketemu, kunci tersebut berada persis dibawah pojok sampul, sebuah kotakan kecil menyelinap diujung dan ternyata itu untuk menyimpan kunci buku tersebut.
"wah ada ukirannya pula sepertinya ini bukan buku biasa, dengan bentuknya yang unik dan warna yang mencolok itu sudah jelas ini bukan sembarang buku, terus kenapa digembok segala coba, aneh sekali bukan." gumam ku.
Ku masukan kunci kedalam gembok, "klekk" dan terbukalah gembok tersebut.
Aku pun memberanikan diri membuka nya, perlahan ku buka sampulnya, dan terdapat judul yang bertulisankan MY DREAM.
"Ahh, judulnya my dream." kata ku dengan sedikit keras.
Belum sempat ku buka lembar berikutnya, tiba-tiba seseorang merebut buku tersebut secepat kilat dari arah belakang, itu membuatku sangat terkejut, ku palingkan wajahku kepadanya,
"Waee?? kenapa kamu rebut, bukanya tadi yang nyuruh aku baca buku disini." kataku dengan mengerutkan alis, merengek.
"Hehe maaf selain yang ini ya, baca yang lain aja kan banyak banget variasi bukunya dari berbagai jendre." kata Jungwoo dengan suara lembutnya, sembari mengacak-ngacak rambutku dan pergi menjauhiku menenteng buku tersebut.
Seketika diriku langsung mematung tak sadarkan diri menyatu dengan lamunanku,
"sungguh interaksi yang tak terduga, kenapa si ada orang seperti dia sifatnya benar-benar tak bisa ditebak, sungguh aneh bukan kadang dia cuek, kadang baik, kadang keras kepala, kadang hangat aishh sudahlah cape aku memang manusia aneh dia." kata ku dalam hati.
Aku pun tersadar dari lamunan, dan pergi menuju kamar Jungwoo untuk membereskan semua barangku, jam sudah menunjukan pukul 20:45 malam, aku harus segera pulang.
Ku lihat sudut demi sudut kamar miliknya, begitu rapih, semua benda berada pada tempat yang tepat, ku coba mengelilingi kamarnya namun tiba-tiba ku temukan pintu kecil berwarna putih yang berada tepat disamping kanan rak buku,
"woahhh, kenapa ada pintu disini? Apa ini pintu rahasia? Ah, mana mungkin paling ini gudang." gumam ku.
Ku beranikan diri membuka pintu tersebut, dan tak kusangka dan tak ku duga ini benar-benar diluar dugaan, banyak sekali buku-buku dan lukisan indah didalam ruangan ini.
Ruangan ini benar-benar seperti ruang rahasia, banyak sekali barang-barang antik yang ditutupi dengan kain putih.
.
.
.
.
.
.
"Hyeri kamu dimana?!!!" teriak Kim Jungwoo dari balik pintu.
"Aku diruang yang berada disamping rak buku"
"Aishhh, kenapa ia disana"
Jungwoo buru-buru mendatangiku dengan nafas yang masih terengah-engah, langkah demi langkahnya terus menghampiriku, aku pun melangkah mundur mengatur jarak dengannya, namun Jungwoo terus melangkah mendekati ku hingga membuat tubuh ku mentok, menempel tembok, dengan tatapannya yang begitu dalam membuat pikiranku menjadi tak karuan sampai berfikir kelewat batas.
"Omo, dia kenapa seperti ini kepadaku? Apa yang akan dia lakukan?!." Gumam ku.
dengan jarak wajah kita yang kira-kira hanya 30 cm, membuat pikiranku semakin negatif.
Semakin mendekat dan semakin dekat, dengan tangan kanan yang menyangga tubuhnya ditembok mengunci tubuhku seakan ia tak ingin aku menghindarinya kali ini, membuat tubuhku tak bisa bergerak sama sekali.
Ku pejamkan mata dengan kasar sembari memonyongkan sedikit bibirku, yang malah ia balas dengan tawaan.
"Hahahaha" suara Jungwoo tertawa dengan sangat kerasnya, membuatku sadar.
"Aigoo, mau apa monyongin bibir begitu, dasar mesum hahaha" katanya sembari mengacak-ngacak rambutku.
"Waeee, aaaaa a a aku hanya mengantuk saja aku akan pulang kerumah sekarang." kataku dengan menggaruk rambutku yang tak gatal.
"Hahaha, diluar hujan deras menginaplah disini sehari"
Aku pun dibuat tercengang yang kesekian kalinya, "astaga malu sekali." gumam ku.
Ada apa dengan diriku hari ini, kenapa perasaanku dibuat campur aduk seperti ini "ini pasti mimpi, iya kan?" ku coba menampar wajahku berkali-kali untuk memastikan ini mimpi atau bukan.
Apa yang dia katakan, dia menyuruhku menginap disini sedangkan ini kamarnya,
"Apa dia akan berbagi ranjang denganku? Wah jinjjaaa ini benar-benar diluar dugaan." kataku dalam hati.
"Jangan berfikiran yang tidak-tidak, aku bakal tidur disofa ruang keluarga, gak bakal satu ranjang jadi buang semua pikiran kotor itu" kata Jungwoo.
"Daebak, selain bisa mencuri hatiku, dia juga bisa baca pikiranku ternyata." Gumam ku sembari tercengang.
"Aaa aa a andweee,, siapa yang berfikiran seperti itu mana mungkin, aku akan keluar sekarang mau mengeringkan seragamku" aku pun pergi berjalan menjauhinya dengan langkah cukup cepat sembari menundukkan kepala.
"Hahahaha, mau kemana? pintu keluar sebelah sana." kata Jungwoo menggodaku.
"Aigoo, nee!!."
Benar-benar memalukan rasannya, sepertinya aku ikhlas meninggal hari ini juga, aku tak kuat menahan malu ini.
Jam sudah menunjukan pukul 23:05 malam, hujan yang semakin deras diiringi dengan putihnya petir dan suara guntur ya begitu menakutkan, membuat diriku tak bisa memejamkan mata, jantungku serasa mau copot karna berdetak terlalu cepat, aku pun sepontan menangis sejadi-jadinya, "omaa,,,,omaaa!!!! Aku takut!! Huhuhu."
Kim Jungwoo yang sudah siap menjemput mimpinya di sofa ruang keluarga tiba-tiba gagal karena mendengar tangisan ku dari arah kamarnya, ia pun langsung berlari menghampiriku, dan memeluk tubuhku dengan erat, sembari menenangkanku berkali-kali dengan mengusap-usap rambutku lembut.
"Gwaenchanha, aku ada disampingmu." kata Jungwoo berusaha menenangkan ku.
"Aku takut sekali, aku benci petir!! ommaaa takut.. huhuhu" tangis ku.
"Tenang, aku akan melindungimu, tidurlah."
Kim Jungwoo terus menenangkan ku dengan mengeratkan peluknya sembari terus mengusap rambutku lembut nyaman sekali seketika rasa takutku hilang dan berganti menjadi rasa yang begitu nyaman, aku pun tertidur dipelukannya.
Deggggggggg.
Tiba-tiba seperti ada yang mendarat dikeningku, "apa dia mencium keningku? ahh jinjjaa aishhh dia sungguh menyebalkan, bertindak seenaknya saja, tak pernah memperdulikan perasaanku." gumam ku.
Ini sungguh membuatku sangat gugup, seketika detak jantungku menggebu-gebu.
Aku pun langsung membuka mata, ingin menegurnya namun hanya dagunya saja yang dapat ku lihat, karna tinggi badan yang jauh berbeda, jadi hanya dagu yang dapat ku lihat, dengan tubuh ku yang sedikit memberontak tak terima karena ia seenaknya saja melakukan hal yang tak terduga seperti ini kepadaku, namun itu semua sia-sia karena Jungwoo semakin mengeratkan pelukannya.
"Aishh" aku pun hanya bisa pasrah dan mencoba pejamkan mata perlahan.
Sungguh moment yang tak akan pernah ku lupakan seumur hidup membuat ku semakin jatuh cinta kepadanya, semoga saja dia memiliki perasaan yang sama terhadapku.
Aku pun merasakan kehangatan dan kenyamanan saat bersama Jungwoo, dia sebenernya orang yang sangat hangat dan penyayang namun karna ia tipikal orang yang sangat tertutup membuatnya lebih memilih menjadi orang yang cuek dan dingin.