Chereads / An Empress and Warrior / Chapter 24 - Peta Rahasia

Chapter 24 - Peta Rahasia

"Apa yang kau lihat? Ayo cepat pergi jangan sampai ditemukan!" kata Tsai Fei melihat wajah lawan bicaranya masih tidak menunjukkan apa pun.

Qin Lang menyadari dirinya seketika terlihat agak bodoh. Dia memang tidak pernah merasa pandai. Hanya saja gadis cantik itu terlalu mendominasi. Biasanya Xiu Lan hanya akan menurut padanya dan sekarang perempuan aneh itu berbeda.

"Dia sangat berbeda. Agak aneh, tetapi anehnya aku tidak keberatan mengikuti rencana dan perintahnya. Ini tidak benar," pikir Qin Lang.

Walau begitu dia tetap berjalan dan mulai bergerak dari belakang. Menatap punggung Tsai Fei saja dia sudah yakin wajah gadis itu sangat cantik.

Alam berbaik hati, mentari mulai muncul dan akhirnya wajah Tsai Fei terlihat begitu jelas.

Ketika dia menatap ke arah belakang, wajahnya seketika membuat Qin Lang berhenti bernapas untuk beberapa detik. Tak sengaja mulutnya terbuka begitu lebar sampai lalat dan sejenisnya bisa masuk ke dalam sana.

"Istirahat dulu, aku haus," kata Tsai Fei langsung duduk di bawah pohon dengan santai seolah mereka ini sedang melakukan petualangan dan bukannya sebagai buronan yang nyawanya bisa terancam kapan saja.

Qin Lang tidak menjawab, tetapi tubuhnya menurut. Seketika dia memikirkan beberapa hal.

"Tunggu di sini aku akan mencarikan air," jelasnya.

Kemudian dia bingung dengan apa dia mencari air dan membawanya bila memang menemukan sumber air. Mereka tidak memiliki apa pun sebagai wadah.

Tsai Fei terkikik kecil menyadari kebingungan pria canggung di hadapannya.

"Pria ini tampan tetapi agak bodoh. Dia sangat lucu ketika bingung," pikir Tsai Fei.

Namun begitu, dia tidak mengatakannya dan malah mengatakan hal lain.

"Cari bersama saja. Kalau ada air juga sudah bagus. Peta ini menunjukkan jaraknya tidak akan terlalu jauh lagi. Mungkin butuh dua sampai tiga hari kalau lewat darat. Kalau berenang bisa lebih dekat dan memotong waktu. Sayangnya aku tidak bisa berenang dan mana ada yang bisa membawaku dalam pelukan ketika berenang di dalam sungai dan melawan arus besar," celoteh Tsai Fei.

Dia membayangkan akan sangat menyenangkan andai ada yang bisa membantunya memiliki sirip dan berenang dengan bebas.

"Cari air dulu," ujar Qin Lang sambil pria itu memikirkan hal lain.

Sejujurnya dia bisa saja melakukan apa yang barusan disampaikan oleh Tsai Fei. Hanya saja bagaimana dia bisa mempercayai gadis itu dengan mudah? Bukankah mereka adalah orang asing yang baru saja bertemu karena nasib? Entah nasib baik atau buruk, Qin Lang tak bisa membedakannya. Dia bahkan tak mau memikirkan nasib lagi. Sejak dulu nasibnya memang tak semudah itu dan tidak ingin lagi menyalahkan nasib dengan segala kesialannya.

"Baiklah, kau benar. Cari makanan dan air memang lebih penting. Setelah makan dan kenyang otak akan bekerja dengan baik," kata Tsai Fei bersemangat.

Dia berdiri dan mulai berjalan ke arah yang sepertinya akan ada sumber air.

Perlahan sang putri membuka peta di tangannya dan memperhatikan dengan seksama.

"Seharusnya di sana ada air," ucapnya.

Qin Lang menatap peta aneh di tangan perempuan cantik itu. Wajahnya memang menarik dan kulitnya sangat bagus. Baru kali ini Qin Lang sampai menelan ludah karena menatap sosok perempuan. Apalagi jika diperhatikan dengan baik, wajahnya sangat sempurna dan simetris. Bibirnya yang tipis membuat wajah manis itu begitu sempurna dan indah.

Qin Lang tak bisa berdusta kalau Tsai Fei memang bagai keindahan sang dewi.

"Hm, ini seharusnya sama."

Tsai Fei mengeluarkan sebuah peta lainnya dari sakunya. Bentuk dan tulisan di peta itu sangat berbeda. Kalau yang diberikan oleh Qin Ming adalah tulisan dan aksara sederhana, maka milik Tsai Fei sangat berbeda. Qin Lang bahkan tidak bisa membaca apa yang menjadi isi peta itu. Bahkan, walaupun Tsai Fei memberikannya padanya, tetap tidak akan berguna.

"Itu peta apa? Kenapa sangat aneh?" tanya Qin Lang penasaran.

Tsai Fei terkekeh pelan.

"Ini rahasia keluarga. Kalau kujelaskan kau tidak akan mengerti. Butuh waktu lama. Ketika ayahku mengajarkannya aku sangat kesal dan marah. Sekarang aku tahu kalau semua ini berguna," ucap Tsai Fei dengan nada yang berangsur terdengar pilu.

Ada air mata yang tertahan ketika dia menceritakan ayahnya. Qin Lang tidak ingin menanyakan hal itu karena dia sendiri tidak mau ditanyakan soal ayahnya. Semua itu hanya akan mengungkit-ungkit luka dan duka lama.

"Jadi ke mana kita akan pergi?" tanya Qin Lang mengalihkan pembicaraan. Dia sama sekali tidak ingin membahas ayah. Entah ayah Tsai Fei atau ayahnya sendiri.

"Hm, seharusnya ke sana. Kalau ke sana tidak ada mungkin peta sudah berubah? Tidak mungkin!"

Tsai Fei mendadak seperti terkejut dan menyadari sesuatu. Wajahnya yang cantik masih terlihat anggun ketika suaranya memekik tinggi melayang di udara.

Qin Lang hampir tertawa melihat wajahnya dan sebagai bentuk balasannya dia hanya bisa tersenyum lemah. Kali ini dia menemukan seseorang yang lucu sampai membuatnya hampir tertawa.

Tsai Fei menyadari kondisi itu. Dia merasa seperti dihina oleh pria di hadapannya.

"Aku serius, ini memang aneh. Apa kau paham peta?" tanya gadis itu pada Qin Lang.

Pria berpakaian biru itu mengangguk.

"Tentu saja aku akan paham andaikan itu adalah peta di laut. Kalau di daratan sangat berbeda. Bukankah kau mengatakan bahwa kau sangat ahli?"

Qin Lang seolah sedikit mengejek dan memuji dalam satu waktu. Dia memang bukan pembicara yang manis, sehingga ucapannya bisa saja terdengar bagaikan hinaan. Tsai Fei yang memiliki banyak kakak laki-laki tidak terganggu dengan sikap dingin dan sedikit kasar dari Qin Lang, apalagi dia menyadari bahwa pria ini mungkin berasal dari kalangan bawah sehingga tak perlu terlalu memikirkan tata krama dalam berbicara.

Lagipula ini bukan istana Tsai dengan segala kemewahannya. Sekarang Tsai Fei hanyalah gadis biasa, seorang pengembara yang hidup sendirian. Tak punya siapa pun untuk bergantung.

"Kalau begitu bantu aku memegang ini," kata Tsai Fei memberikan beberapa peta lainnya.

Qin Lang semakin bingung, sebenarnya ada berapa peta yang Tsai Fei miliki dan untuk apa mempunyai begitu banyak.

"Ini namanya teka-teki. Kau harus menggabungkan segalanya untuk mendapatkan peta yang benar. Kalau dipisah maka tidak akan mudah dicuri orang lain. Kau tahu, hanya aku dan ayahku yang tahu semua ini," jelas Tsai Fei.

Sekali lagi dia membahas ayahnya dan sekali lagi pula Qin Lang malas mengingat ayahnya sendiri.

"Lalu?" tanya Qin Lang sebagai respons. Dia lebih ingin mendengar penjelasan sang putri soal peta dan bagaimana mereka bisa lepas dari tempat itu.

Tsai Fei tidak menjawab, wajahnya begitu serius melihat semua peta kecil yang hadapannya. Tak lama kemudian dia tersenyum.

"Aku sudah tahu, aku tahu," ujarnya sambil mengumpulkan semua peta dan menyimpannya kembali.

Dia terlihat bagaikan seorang dewi yang tersenyum manis. Bibirnya merekah bagai mentari pagi yang juga merekah di ufuk timur.

Dengan begitu, keduanya akan melanjutkan perjalanan mereka dan mencari tahu tempat apa yang sebenarnya ditujukan oleh Qin Ming di dalam peta tersebut.