Kawanan perampok membawa Tsai Fei dan Qin Lang untuk menemui ketua mereka. Alasannya sederhana, karena Tsai Fei mengetahui nama pemimpin mereka maka ada kemungkinan kalau mereka saling mengenal dan mungkin saja Tsai Fei adalah orang penting. Soalnya, tidak banyak orang yang mengetahui siapa nama ketua perampok di sana. Selain itu, suku mereka sudah lama tersembunyi di tengah hutan dan terpisah dari dunia luar.
"Untung saja aku masih mengingat apa yang dikatakan ayahku. Kalau ingatanku tidak bagus maka semuanya bisa menjadi kacau," gumam Tsai Fei dalam hatinya.
"Gongzhu dan Qin Ye, tolong tunggu sebenarnya. Tuan akan segera datang," ucap seseorang.
Tsai Fei mengangguk dengan senang.
"Tidak masalah kami punya banyak waktu," jawabnya dengan santai.
Suasana di tempat perampok itu tidak terlalu buruk. Mereka hidup di dalam rumah sederhana yang berdindingkan dedaunan yang disusun dengan rapi. Lantainya terbuat dari papan. Cukup hangat dan bersih. Tsai Fei bahkan mengira kalau tempat itu mirip bagaikan tempat wisata yang menyenangkan.
"Aku hanya menyebutkan nama Guizhu dan semuanya bisa semudah ini. Eh, tapi jangan senang dulu. Bagaimana kalau ternyata ini adalah jebakan?" pikir Tsai Fei mendadak panik dan terkejut.
"Gawat!" ucap Tsai Fei setengah berteriak dan menutupi mulutnya dengan tangannya. Dia merasa terlambat untuk menyadari sesuatu dan sekarang mereka sudah terjebak.
"Ada apa ini? Apa kau tiba-tiba merasa kalau kita sudah terjebak dan akan mati?" tanya Qin Lang dengan nada mengejek dan wajah yang senada dengan ucapannya.
Dia sejak awal tidak terlalu mempercayai perubahan orang yang mendadak. Dia yakin kalau di dunia ini tidak ada sihir, maka semuanya tidak mungkin berubah secara mendadak.
"Apa yang kau pikirkan? Aku benar-benar baru sadar, bagaimana kalau kita sudah dijebak?" tanya Tsai Fei pada Qin Lang dengan wajah kasihan.
Qin Lang tidak tahan melihat wajah kasihan Tsai Fei yang seperti anak rusa yang meminta makan pada induknya.
"Haish, aku bisa rugi dan mati kalau begini. Kenapa ada perempuan seperti ini?" pikir Qin Lang meradang dalam jiwanya.
Selama ini dia tidak pernah terlalu dekat dengan perempuan atau menaruh perhatian padanya. Dia hanya tahu untuk bekerja dan melanjutkan hidupnya. Sebagai bajak laut tidak ada kehidupan normal di dunia. Bayangkan saja mereka akan terus melakukan perompakan di laut, maka keluarga akan sangat merepotkan dan mengganggu kehidupan perbajaklautan.
"Hm, bagaimana kalau kita kabur saja?" tanya Tsai Fei pada rekannya.
Qin Lang menatap sekelilingnya dan memperhatikan di mana ada celah bagi mereka untuk bisa melarikan diri dari sana. Setelah beberapa menit memeriksa kondisi, dia tidak menemukan jalan yang bagus untuk manusia bisa melarikan diri dari ruangan kecil itu.
"Bagaimana apakah sesulit itu? Tidak ada jalan keluar?" tanya Tsai Fei pada Qin Lang.
Pria berpakaian biru itu menggelengkan kepalanya dengan pelan. Wajahnya begitu serius dan dia tampak sedang memikirkan banyak hal, bagaikan bapak-bapak yang harus memberikan makan 13 anaknya sementara musim panen masih sangat lama. Jika semakin diperhatikan, makan kondisi Qin Lang semakin terlihat menyedihkan.
"Baiklah, kalau begitu kau punya ide apa?" tanya Tsai Fei padanya.
Qin Lang menggeleng lagi. Untuk pertama kalinya dia tidak tahu harus melakukan apa pun. Walau begitu dia ada niat untuk selalu menjaga rekannya dalam kondisi yang baik-baik saja. Dia harus menjaga Tsai Fei dalam perjalanan ini. Dia tidak ingin menyesali hidupnya dan kemudian hidup dan mati dalam penyesalan. Sekali sudah pernah kehilangan kemampuan untuk melindungi Jiang Ning dan sekarang dia tidak ingin melakukannya untuk kedua kalinya.
"Hadapi saja dan tunggu, aku akan melindungimu. Jangan takut," ucap Qin Lang dengan yakin. Dia bagaikan seorang ayah yang melindungi putrinya dengan segenap hatinya.
Qin Lang mencoba menjelaskan pada Tsai Fei bahwa dia akan memperjuangkan hidup mereka berdua dari sana. Tidak boleh ada yang mati. Selain itu, pria itu juga berjanji akan melakukan yang terbaik yang dia bisa.
Awalnya Tsai Fei ingin menertawakan pria itu, tetapi semakin lama dia merasa kalau Qin Lang semakin mirip dengan seseorang yang dekat dengannya.
"Ayah," gumam Tsai Fei dengan bibir bergetar karena menahan pilu dan rindu yang mendalam.
Sampai saat ini dukanya belum juga hilang. Dia masih merasakan bagaimana sakitnya kehilangan segalanya dalam satu malam. Untung saja Tsai Fei tidak menjadi gila dan masih memiliki semangat hidup demi janjinya pada ayahnya. Untuk sekarang, janji dan sumpah itu cukup untuk menjadi penyemangat hidup sang putri. Dia akan berjuang demi janjinya dan harapan ayahnya padanya.
"Hah?" kata Qin Lang merasa aneh dengan panggilan Tsai Fei yang barusan dia dengar.
Tidak ada respons dari perempuan cantik berpakaian merah itu. Dia hanya terdiam tanpa bahasa dan air mata mengalir di wajahnya yang cantik, putih dan mulus sebagai ganti ribuan kata yang sulit diucapkan.
Qin Lang merasa bersalah, walau di lain sisi dia juga menjadi salah fokus.
"Bagaimana dia bisa terlihat begitu cantik bahkan ketika menangis?" gumam Qin Lang dalam hatinya.
Naluri dalam diri Qin Lang menyuruh jemarinya untuk menghapus air mata sang putri. Perlahan dia melakukan dengan lembut, sama seperti yang dilakukan oleh ibunya ketika dia menangis ketika kecil.
Kenangannya berkelana agak jauh, ibunya juga sering menghapus air matanya ketika dia terluka karena bermain dan sebagainya. Kemudian, ketika perempuan itu sakit-sakitan dan sering menangis, maka Qin Lang-lah yang menghapus air matanya setiap kali ibunya menangis karena duka dan rasa sakit.
"Ibu," gumam Qin Lang dengan perlahan tanpa dia sadari air matanya juga sudah mengalir di pipinya.
Sekian lama dia hidup sebagai manusia yang nyaris tidak punya perasaan romantis, hari ini semua itu hancur dan rasa paling lembut dalam dirinya kembali bangkit, rasa itu bernama kasih sayang. Perempuan di hadapannya adalah penyebab bangkitnya perasaan terlembut itu ke permukaan.
"Lang Lang, kenapa kau ikut menangis?" tanya Tsai Fei sudah berhenti menangis dan sekarang gilirannya yang menghapus air mata Qin Lang.
Qin Lang terkesiap, menghapus air matanya dengan segera dan mengalihkan pandangannya. Setelah semuanya bersih dia pura-pura tertawa dan bertanya, "Ada apa? Kau membuatku terkejut saja," ucapnya asal saja dalam memilih kata.
"Mana mungkin aku melakukan itu? Aku memanggilmu beberapa kali dan kau diam sama, apa itu karena kenangan masa lalu?" tanya Tsai Fei berhenti berdebat dan langsung menanyakan masalah intinya.
Qin Lang mengangguk dan kemudian menggeleng. Dia tampak ragu-ragu untuk mengatakan yang sebenarnya.
"Lupakan saja. Masa lalu biarkan dengan segala kepahitannya. Sekarang kita perlu menghadapi kepala perampok agar bisa menghadapi masa depan," ujar Qin Lang.
Tsai Fei tertawa terbahak-bahak sampai Qin Lang bingung apa yang salah dengan gadis itu. Dia sudah memikirkan banyak hal dan belum menemukan jawabannya.
"Bagaimana kau bisa tertawa sebanyak ini ketika akan mati?" gumam Qin Lang masih kebingungan.