Qin Lang melakukan seperti yang diperintahkan karena khawatir dengan kondisi Tsai Fei. Baru kali ini merasa sangat khawatir seseorang tersakiti. Padahal sebagai bajak laut, seharusnya dia sudah terbiasa melihat kekejaman di depan matanya. Namun, soal Tsai Fei adalah masalah yang berbeda.
"Aku sudah menyerah dan melakukan apa saja. Kalian lepaskan gadis itu," kata Qin Lang dengan nada bergetar.
Akhirnya dia mengatakan dan menyebut Tsai Fei sebagai gadis.
"Gadis," gumam Tsai Fei pelan. Entah kenapa dia masih ingin tertawa saat ini walau dalam bahaya. Sejak kondisinya mengenaskan dan menyedihkan, Tsai Fei tak pernah terlalu khawatir soal nyawanya.
"Apa yang lucu? Apa kau masih bisa tertawa ketika apa mati?"
Seseorang menghina dan mengejek Tsai Fei ketika dia melihat wajahnya yang cerah, bahkan terkesan senang. Entah sejak kapan dia sudah lama tak melihat wajah menyebalkan itu.
"Kenapa malah ribet begini? Apa yang salah dengan gadis bodoh itu?" gumam Qin Lang.
Dia sedikit bingung dengan ekspresi wajah Tsai Fei. Bukannya takut malahan terlihat senang. Sedikit rasa ragu dalam diri Qin Lang merasuk perlahan.
"Jangan-jangan dia memang gila. Atau perempuan memang seaneh ini. Aku tidak habis pikir," batin Qin Lang perlahan.
Kemudian dia kembali fokus pada kondisi. Seharusnya mereka berdua takut. Awalnya dia juga sangat khawatir, tetapi setelah melihat bahwa gadis yang akan mati saja, nyawanya terancam masih santai. Qin Lang sedikit rileks, barangkali dia harus meniru gaya Tsai Fei.
"Apa jangan-jangan ini adalah strategi? Dia tidak mungkin terlalu bodoh," pikir Qin Lang lagi dalam hatinya.
Dia sendiri menjadi menderita karena pikiran dan hatinya tidak sejalan. Di satu sisi dia membela Tsai Fei dan di lain sudut dia juga sangat kesal dan mengejek gadis bodoh itu.
"Lepaskan aku! Aku memerintahkan!" ucap Tsai Fei dengan tegas.
Kawanan perampok tertawa terbahak-bahak. Mereka merasa sangat lucu diperintahkan oleh seorang gadis yang bahkan belum cukup umur untuk disebut dewasa. Sejak lama mereka menjadi perampok dan belum pernah menemukan ada seseorang yang begitu berani, entah disebut bodoh atau gila.
"Memang kau pikir kau siapa? Orang yang akan mati masih bisa memerintahkan?" ejek seseorang padanya. Pria tua dan gendut itu tampak kesal. Andai saja Tsai Fei bukanlah perempuan cantik, dia pasti akan menghantam wajahnya sampai hancur---menbuatnya merasakan penderitaan duniawi.
Tsai Fei tertawa hambar. Dia mengejek dan bukan karena senang. Kawanan perampok semakin bingung, tentu saja Qin Lang juga sama. Andai dia tidak mengenali sedikit dari karakter gadis itu, dia akan mengira Tsai Fei sudah gila.
Setalah selesai tertawa, Tsai Fei berkata, "Aku ingin bertemu dengan Guizhou," ucapnya dengan lantang.
"Ka-kau!"
"Bagaimana kau bisa menyebut nama Tuan dengan sembarangan?!"
"Kau tidak pantas!"
Beberapa dari kawanan perampok asal bicara saja. Mereka terlihat gugup setelah Tsai Fei menyebutkan nama pemimpin mereka.
Mengambil kesempatan yang indah, Tsai Fei menambahkan, "Bagaimana apakah kalian semua bodoh? Katakan saja Tsai Fei ingin bertemu dengannya!" ucapnya lagi dengan lantai.
"Tsa-Tsai? Apakah itu Tsai? Sang raja?"
Seorang pria lainnya berkata dengan terbata-bata. Dirinya seperti terkena sengatan lebah dalam jiwanya sampai tidak mampu berkata-kata dan sekarang menjadi bodoh.
"Mn, masih tidak mengerti?" kata Tsai Fei sekali lagi.
"Lepaskan dia! Lepaskan!" ucap pemimpin pasukan kecil itu.
Pria yang memegangi Tsai Fei dan membuat lehernya sedikit lecet karena pisau karatan mendadak bingung dan merasa bodoh. Dengan nada lemah dia bertanya, "Tuan, ada apa ini sebenarnya? Kenapa aku tidak mengerti?"
Seorang pria yang dipanggil tuan menjawabnya, "Cepat ke sini dan berlutut, semoga saja nyawamu masih bisa diampuni."
Pria yang dipanggil merasakan lututnya lemas dan secara otomatis dia berlutut walau belum mengerti apa yang terjadi. Namun, begitu melihat tuannya sangat ketakutan dia merasa jiwanya sudah terancam. Mungkin saja dia akan melayang sebentar lagi ke alam baka.
"Aku tidak melakukannya dengan sengaja. Aku hanya mengikuti perintah Tuan," ucapnya pelan.
"Masih bisa membantah? Aku tidak suka dengan pria sejenis ini," ucap Tsai Fei kesal.
Andai saja dia mengaku salah dan kemudian meminta ampun, maka kondisinya akan berbeda.
"Gongzhu, maafkan dia. Dia hanya pelayan baru dan bodoh, dia memang layak mati tapi semua itu salahku," ucap pemimpin mereka dengan nada bergetar.
(Gongzhu: putri, biasanya dipakai untuk menyebut Tuan Putri dengan sopan).
Tsai Fei tersenyum. Sekilas dia menatap wajah Qin Lang yang masih kebingungan. Ada berapa hal mereka berbagi dalam beberapa hari ini, tetapi ada juga yang belum sempat dan belum bisa terucapkan dengan baik.
"Lupakan saja, bawa aku ke tempat pemimpin kalian," ucap Tsai Fei dengan nada rendah tetapi tetap saja itu adalah perintah.
Pasukan perampok dengan kawanannya berdiri, lalu mereka melakukan seperti yang diperintahkan oleh sang putri.
Sepanjang perjalanan, Tsai Fei dan Qin Lang berjalan berdampingan dan masih diam. Tak ada yang berani berkata-kata. Mereka tenggelam dalam pikirannya masing-masing. Qin Lang dengan seribu tanya dan Tsai Fei dengan sejuta keraguan untuk mengucapkan kata-kata. Entah bagaimana dia harus mengakuinya pada teman seperjalanannya itu.
"Aku ingin mengatakan sesuatu!" ucap keduanya serentak.
Tsai Fei dan Qin Lang terdiam sejenak lalu mereka tertawa karena kelucuan yang aneh itu. Keduanya menjadi malu.
"Maafkan aku!" ucap Tsai Fei setelah selesai tertawa.
"Aku tidak ingin mengetahui apa pun. Aku akan menganggapmu seperti beberapa hari lalu. Tidak ada yang berubah. Aku tidak peduli kau siapa dan bagaimana asal-usul dirimu," ucap Qin Lang dengan yakin.
Dia sendiri hanya anak tanpa ibu, dijual oleh ayahnya dan sekarang dia menjadi bajak laut yang sedang diburon oleh pasukan pemusnah. Jadi bagaimana dia bisa memprotes dan menyalahkan latar belakang seseorang? Qin Lang tidak akan sebodoh itu melakukannya. Dia tahu diri.
"Terima kasih, kau memang cocok jadi teman seperjalanan," ucap Tsai Fei pelan.
Padahal, dia baru saja akan mengatakan segalanya. Namun, dari ucapan Qin Lang dia tak ingin mendengar apa pun.
"Aku mengerti. Tidak perlu mengatakan apa pun. Aku bisa memahami dari situasi," ucap Qin Lang dengan yakin.
Dia memang tidak bodoh dan tak perlu penjelasan tambahan. Sebagai bajak laut yang berpengalaman, dia bisa membaca situasi dengan cepat. Selama ini tidak sia-sia Tuan Jiang menjadikannya sebagai anak buah dan murid utama.
Tsai Fei mengangguk. Ketika dia akan mengucapkan sesuatu, seseorang berkata dengan sopan, "Gongzhu dan Qin Ye, kita sudah sampai!"
(Ye: di sini adalah sebutan Tuan setara dengan bangsawan).
Sebutan Ye, sedikit aneh didengar oleh Qin Lang, tetapi mengingat bahwa Tsai Fei dipanggil Gongzhu dan bisa dipastikan identitasnya tidak sederhana, maka dia diam saja.
"Anggap saja kau adalah temanku dan kita setara," bisik Tsai Fei pelan.
"Aku memang temanmu, kan?" balas Qin Lang dengan yakin.
Tsai Fei mengangguk dan tersenyum dengan sangat lebar, wajahnya terlihat semakin cantik dan membuat Qin Lang rela mati demi keindahan di hadapannya. Seketika pria muda itu merasa dirinya sudah menjadi bodoh.