"Ih tumben disini sepi" ucap Kiran sambil meraba sekitar-sekitar.
"Udah bangun dek? Ya nih sepi lagi pada bobo siang, ada yang belum pulang sekolah juga, sini kamu duduk disofa tengah dek" jawabnya sambil melihat kearah Kiran.
"Iya bang, Iran mau ke dapur dulu deh mau minum abang mau Kiran bawain apa" tawarnya dengan sangat ramah.
"Gausah deh dek, hati-hati jalannya didepan kamu kosong tuh"
Kiran lalu melangkah perlahan kearah dapur sambil meraba-meraba sekitarnya dengan bersama tongkatnya yang selalu setia menemaninya.
"Bunda dimana?" Tanya Kiran yang sangat heran pasalnya tumben-tumbenan tempat yang ia tuju sangat sepi.
"ABANG BUNDA MANA KO GA ADA" teriak Kiran.
"Lagi ke pasar dek, gausah teriak-teriak gue ga budek elah" kesal kenzo-abangnya.
"Hehehehe yaudah si bang slow" ngucap sambil mamerkan cengiran khasnya.
Kini Kiran yang berada di dapur lalu menghampirin tempat penyimpanan gelas, ia mencari gelas yang biasa ia pakai, Kiran tidak pernah pakai barang-barang yang mudah pecah karena memang panti ini sangat memperlakukannya sangat khusus.
"Ish mana si gelas aku ko ga ada disini" gumamnya terfokus untuk mencari gelasnya.
"Ah ini dia pantesan ga ada di tempat gelas ternyata masih di wasstafel"
"Bunda pulang sayang"
"Sini bun Kenzo bantu"tawarnya sambil meraih barang-barang belanja.
Suara ketukan tongkat Kiran yang mengisi 1 ruangan. "Bunda udah pulang sini Kiran bantu bawain"
"Eh sayang udah bangun, kamu ke taman belakang aja nak temenin adek-adek kamu gih nanti bunda bawain makanan" ucapnya seraya mengelus pelan punggung kiran.
"Kenzo anter Kiran ke taman belakang gih Ken"
"Gausah bun Iran bisa ko, lagi pula tadi bang Ken lagi ke dapur buat taro-taro barangkan bun" tolaknya secara halus.
"Beneran bisa nak"
"Bisa ko bun, oh ya bund nanti sore Iran kaya biasa ya ke taman depan situ ya bund" pintanya.
"Iya sayang, nanti dijemput sama bang Ken ya Kir"
"Iya bun"
Suara ketukan tongkat dari pemilik Kiran mulai memasukin area taman belakang suasana yang kini ia rasakan adalah suara-suara berisik, tertawa dan ada yang sedang saling bertukar cerita, seketika tubuh Kiran melemas mendengar suara-suara yang terlalu berisik karna itu sangat menganggu telinganya dan kosentrasinya.
Bugh...
Suara jatuh itu sontak membuat mereka serentak menoleh kearah sumber suara itu. Untuk kesekian kalinya, Kiran pinsan karna suara terlalu bising, ia memang mempunyai masalah pada telinganya ia tidak bisa menangkap suara bising yang menurutnya itu sangat menggangu kosentrasinya.
"KA IRAN"
"IRAN BANGUN SAYANG" teriak Citra- kakaknya Kiran, sambil nepuk-nepuk pelan pipinya. Namun, nihil Kiran masih setia dengan mata terpejam.
"Ka Iran bangun maafin kita yang udah buat ka Iran begini" ujarnya menyesal dari salah satu anak-anak panti.
"Dek panggilin bunda sayang suruh juga bang Ken sini yak cepetan dek" titahnya kepada salah satu anak.
"Yaampun Kiran sayang bangun nak"
"Udah bun biar Ken aja yang gendong bawa ke kamar dia"
"Sebentar ya bunda bawain minyak angin dulu sama teh hangat"
Mereka semua sudah tau gimana caranya menyadarkan pinsan Kiran, Kiran sudah terbiasa dengan suara-suara itu maka ia pula sudah terbiasa pinsan.
"Ini Ken"
"Makasih bun, ayo dek bangun sayang" ujarnya Kenzo sambil membuka botol minyak angin lalu dekatkan pada hidung Kiran.
"Semuanya jangan berisik ya, lakukan aja aktivitas kalian tadi sayang jangan khawatir ya sama ka Kiran" titah Mauren-bunda. Respon yang ia dapatkan hanya senyuman tulus dan anggukan kecil dari anak panti. Tak butuh waktu lama mata Kiran pun terbuka.
"Enngghh.."
"Kiran duduk dulu ayo, bang tolong bukain jendelanya biar ada udara masuk, minum pelan-pelan ya tehnya" perintah Citra. Lalu membantu Iran agar bisa bersandar.
Senyum tulusnya lagi-lagi yang Iran lontarkan akan membuat orang candu yang melihat senyumannya. "Iran gapapa ko ka makasih ya semua udah tolongin Kiran, maaf ya merepotkan untuk kesekian kalinya.
"Eh ga ko sayang, maaf juga ya suara di taman terlalu berisik ya" ujar Citra seraya mengulus punggu tangan Kiran.
Mendengar kata'taman' ia langsung teringat tadi pas bunda pulang dari belanja ia meminta izin pada bunda untuk ke taman.
"Ka mmm ini jam berapa ya?"
"15.30 dek kenapa?" Timpal Kenzo.
"Aku mau ketaman ka, udah dapet izin dari bunda ko ka"
"Tapi kamu mas-"
"Aku gapapa ko ga ada yang perlu dikhawatirkan lagi" potongnya.
"Yaudah boleh tapi inget ya abang nanti jemput kamu jangan sotoi dek pulang sendiri nanti diculik om-om" ejeknya Kenzo dengan nada bergurau.
"Ish apansi lu bang jangan nakutin, lagi pula om-omnya disini nih" ujarnya Citra sambil mencubit lengan tengan Kenzo.
"Udah ya aku mau ke taman dulu semua" pamitnya.
****
Kiran sudah mengetahui bangku taman yang akan ia duduk, dilingkungan rumahnya ia adalah sesosok perempuan yang baik hati, manis, ramah kepada semua orang, suka tolong juga, itulah yang membuat warga disini memberikan tempat khusus untuknya.
"Sore ka Iran yang cantik" godanya dari salah itu salah anak kecil yang ingin mengambil bola.
"Sore juga kamu, kamu pasti lagi main bolakan" ujarnya dengan penuh yakin.
"Yampun kakak cenayang hahaha" jawabnya bocah itu asal, alhasil membuat meraka berdua tertawa lepas. Dari kejauhan ada seorang yang setia melihat interaksi mereka berdua melihat senyuman Kiran sontak membuat pikiran terlalintas'gadis manis'.
Reza mencoba menghampiri Iran yang tengah duduk santai-santai sambil menikmati angin sore. Kenapa Kiran tidak pinsan saat di taman? Bahkan suara taman saat ini lebihi suara taman yang ada di panti. Karna, Kiran saat ini memakai alat khusus ia selalu memakai alat itu saat diluar rumah.
"Hai boleh duduk disini kah?" Tanya Reza hanya basa basi.
Kiran lalu menoleh kesumber suara ntah itu benar kearah itu atau sebaliknya. "Boleh ko duduk aja" jawabnya dengan senyuman hangat.
"Maaf kamu-"
"Hehehe iya aku buta maaf ya aku tidak normal seperti kamu" lirihnya dengan cengiran khasnya. Ia sudah tau apa yang akan cowok itu katakan.
"Heh maaf aku bukan gitu maksudnya"
"Gapapa ko jangan merasa bersalah gitu santai aja sama Kiran"
"Nama kamu Kiran?" Tanyanya dengan sok polos pura-pura tidak tau.
"Iya Kiran, Kiran Selina biasanya orang disini manggil aku Kir atau ga Iran ya senyaman kamu aja deh"
"Iya udah tau" bantin Reza.
"Lucu deh nama kamu, aku panggil kamu sayang aja deh" godanya seketika ia langsung lupa dengan semua rencana saat melihat gadis itu tertawa lepas.
"Hahaha bahaya bisa-bisa abang aku ngamuk" jawabnya dengan pipi yang merah, ia malu tadi Reza menggodanya.
"Kamu punya abang juga" ia mendapatkan respon anggukan gemes dari Kiran.
"Oh iya aku lupa" ucapnya sambil menepuk jidat.
Sementara Reza yang heran hanya mengerut dahinya dengan tatapan bertanya. "Ada apa? Kamu ketinggalan sesuatu?"
Kiran menggeleng pelan. "Aku lupa tanya nama kamu tadi hehehe" sahutnya sambil memamerkan cengiran khasnya.
"Yampun aku kira ada apa"