"Abang ga suka" bisiknya pada Kiran.
Setelah mengatakan itu pada Kiran, Kenzo pun lalu berjalan masuk dalam panti dengan tatapan yang dingin.
"Oh iya diminum dulu, gimana enak ga?" Tawarnya dengan mengrahapkan respon yang baik.
"Enak ko kamu bikin sendiri ini?" Ucapnya Reza pada gadis itu.
"Ah iya hehehe"
Reza melihat keseluruhan are teras panti, dengan warna cat abu-abu tua dan dipadukan dengan taman kecil disamping kanan kiri, seketika pandangannya tertuju pada Kira gadis sekarang berada disampingnya sambil memegang tongkatnya, warna mata yang ia punya begitu indah. Namun, sangat disayangkan gadis itu tidak bisa melihat lagi karna kecelakaan yang menimpanya. Apa Reza tau siapa pelakunya? Tentu ia tau siapa yang sudah menyusun strategi kecelakaan siapa lagi kalau bukan keluarga Malviano. Tapi kenapa? Ntahlah hanya Reza yang tau jawabanya.
"Ini kayaknya udah terlalu sore aku pamit ya, oh ya sama mau minta izin ke bunda, bolehkan?" Pintanya sambil menggegam telapak tangan Iran. Tanpa Iran pikir panjang ia langsung mengangguk pelan menandakan ia setuju.
"Ayo masuk diluar dingin" ajak Iran.
"Kamu duduk dulu disini aku panggilan bunda"
Ntahlah Kiran tadi cuman memanggil bundanya saja namun, kenapa yang dateng 1 kampung diruang tamu. Bikin greogi aja, sebisa mungkin Reza terlihat biasa aja dan mencoba menetralkan groginya. "Ih gila napa jadi 1 kampung yang diajak mau ngajakin war nih"batin Reza.
Siapa lagi yang dimaksud Reza kalau bukan anak-anak panti lainnya. Anak panti melihat Reza bak malaikat semuanya hampir sempurna, tak jarang ada yang mau berkunjung ke panti dengan penampilan serapih ini. Kini posisi duduk mereka sangat rapih yang lain duduk dibawah namun bunda, bang Ken, ka Citra, Kiran dan Reza duduk diatas dengan sofa yang terdiri 1 sofa hanya 2 orang aja.
Reza pun membenarkan posisinya menghadap bunda dengan perasaan dag dig dug.
"Mmm....sssebenarrrnya" ucapnya gagu pasalnya ia baru pertama merasaan setegang ini. Semuanya dibuat penasaran apa yang ingin Reza katakan. Lalu Reza pejamkan matanya menarik nafas dalam-dalam dan menetral lalu membuka mata. "Sebenarnya saya ingin melamar Kiran" sambungnya.
Satu
Dua
Tiga
"HAH!" Teriak anak panti serentak mereka dibuat kaget dengan kata-kata Reza begitu juga Kiran, ia lalu membenarkan posisinya kearah Reza.
Semua menatap heran dan bertanya-tanya dalam pemikiran.
"Kamu-"
"Iya saya serius dengan ucapan saya barusan"
"GA GA GILA LO!" teriak Kenzo. Semuanya menoleh ke Kenzo.
"LO BARU KENAL IRAN BEBERAPA JAM YANG LALU! TAU APA LO TENTANG DIA BOCAH. GUE RASA LO PUNYA RENCANA LICIK!"
"Ck rese juga lo, ngatain gue bocah lagi dasar sialan" umpatnya dalam hati.
Keadaan yang tadinya menegangkan berubah menjadi semakin bingung dengan sikap dan maksud apa Reza bisa mengatakan hal itu.
"Ish tenang dulu apa Ken, kasian dia langsung lo tuduh yeh dasar pantat panci" ejeknya Citra, yang melihat respon Kenzo begitu rasanya ia benar-benar ingin nonjok Kenzo.
"Bunda si senang ya, kamu ada rencana seperti itu sama Kiran cuman apa kamu gamau lebih dalam lagi mengenal Kiran, ya kalau bunda setuju aja semua tergantung Kiran, tapi nak kamu pasti masih sekolah kan" ucap bunda sambil memasang wajah ragu, senang, sedih.
"Iya bunda Reza masih SMA, tapi Reza janji ko bakalan nanggung semua biaya Kiran dan panti ini-" ucapnya berbohong.
Reza sudah lulus dari SMA sekitar 2 tahun yang lalu.
"Alah lo tau apa tentang cari uang bocil" tentu ucapan Kenzo berhasil membuat Reza gemes ingin melenyapkannya.
"Saya ceo" ucapnga dengan penuh kemenangan.
Semua melongo yang diucapkan Reza, mereka tidak kaget mendengarkan melainkan mereka bingung apa itu ceo?
"Aku bingung, kita sama-sama masih SMA apalagi dengan keadaan ku cacat gabakalan sebanding dengan kamu, aku juga mau pindahan sekolah"
"Pindah kemana?"tanya dengan khawatir sambil menggenggam tangan Kiran. Bunda bisa melihat kalau Reza benar-benar khawatir.
Reza khawatir? Tentu. Ia takut rencana yang ia buat dengan hati-hati sampai jika terjadi bukti yang ga ga ia sudah tau akan lakukan apa untuk membersihkan semuanya. Semakin gadis itu menjauh semakin ia susah menggapai keinginannya.
"Mmm aku pindah ke SMA, aku gamau sekolah diberkebutuhan khusus aku bisa ko jaga diri" Ucapnya ragu.
"Hei ga ada yang perlu ditakutin ya, nanti aku urus perpindahan sekolah kamu dan kamu bisa 1sekolah dengan aku" jawab laki-laki itu membuat Kiran kaget pasalnya tidak ada yang seserius ini dengannya.
Semuanya yang menyaksikan hanya bisa tersenyum bukan dengan perkataan Reza tadi melainkan ketampanan yang ia miliki bak malaikat.
Malaikat? Malaikat mah ada banyak khusus buat abang Reza mah malaikat pencabut nyawa.
"Iya makasih ya" ucap Kiran bergumam.
Berbeda dengan Kenzo, ia tidak suka dengan tingkah tengil sialan yang dimiliki Reza. Kenzo punya pemikiran bahwa Reza bukanlah bocah yang sok polos.
"Dasar bocah tengil" ucap Kenzo berusaha menahan amarahnya.
"Kalau begitu bunda Reza pamit dulu ya sudah malam ini, saya pamit ya semua" ucapnya sambil meraih tangan bunda lalu salim.
"Yasudah kalau begitu hati-hati ya nak" ujar bunda membuat Reza mengangguk.
"Mari Iran anter sampe depan ka" ajak Iran.
"Oke" jawab Reza sambil menuntun pelan Iran.
"Makasih ya semunya, aku sayang kamu" bisik Reza berhasil membuat kaki Iran mundur perlahan. Iran hanya merasakan kepergian laki-laki itu.
"Masuk yuk sayang" ajak bunda membuat Kiran tersentak kaget.
****
Mobil mewah Reza terparkir rapih di parkiran khususnya, banyak karyawan yang menyapanya dengan sopan dan senyuman namun, Reza yang tidak peduli dengan sekitarnya. Reza masuk kedalam ruangannya yang utama itu, ia langsung mengunci khusus ruanganya.
Mengunci khusus? Itu berarti yang bisa tau passwordnya hanya Reza? Yaps betul. Lalu bagaimana jika ada yang ia memberikan berkas-berkas dan lain-lain? Didalam perusahaan yang menjabat sebagai ceo ia mempunyai 2 ruangan.
Ia mencoba meraih laci meja lalu membuka ada banyak tumpukan foto-foto kegiatan gadis itu. Tanpa ia sadari ia sudah tersenyum melihat gadisnya tersenyum. Yang sedang ia pikirkan adalah ia harus kembali kemasa-masa SMAnya tepatnya 2 tahun yang lalu.
Reza langsung menghubungi asisten pribadinya.
"Atur semua kemasa SMA saya dengan bersih hapus semua bukti" ucapnya dengan tajam.
asistennya paham yang Reza maksud.
"Baik tuan"
Pandangannya langsung kefoto itu, ia tertawa hambar sambil meremas foto itu dendamnya semakin kuat kala ia mengingat kejadian itu.
Shit!
"Liat aja lo gue pastiin lo bakalan bahagia sayang!" monolognya seraya mengelus pipi gadis itu pada fotonya.
Tak lama ponsel yang berada diatas meja berbunyi.
ddrrttt ddrrttt
"Semua aman tuan"
Reza mendengarkan jelas apa yang dikataan asistennya ia langsung tersenyum licik lalu mematikan telefonnya tanpa ngomong berterima kasih.