"Semua aman tuan"
Sesampainya di mansion Reza, mansion yang begitu indah bak istana ada banyak pembantu dan penjaga yang super ketat disana, ia langsung merebahkan badannya dikasur kingnya, ia mengingat-ngingat semua kembali kejadian yang tadi sore. Saat ia menyentuh cewe itu ntah perasaan aneh menghampirinya dan saat itu juga bencian menghampirinya.
"Hah dasar bodoh"gumamnya dengan tersenyum miring.
Ia kembali duduk diatas kasur langsung membuka ponselnya untuk berahli ke aplikasi galeri, ia melihat-lihat beberapa foto tanpa ia sadari ada ukiran manis dibibirnya. Dan disaat itu juga iya mengingat kembali kenangan yang merenggut kedua orang tuanya, ini hanya salah paham bukan? Tentu. Namun itu Reza sesosok pemuda yang egois tinggi, tempramental, dan tidak memiliki perasaan sedikitpun. Apa Reza seorang psycopath? Ntah lah hanya ia yang tau.
"Cantik si, imut banget, gemes pula tapi sayang lo udah ngancurin hidup gua, mama gue masuk RSJ itu gara-gara orang tua lo bodoh! Dan sekarang giliran gua dateng buat minta pertanggung jawaban kamu sayang!" Tekannya sekali lagi sambil melihat foto gadisnya. Setelah air matanya turun ia langsung menyekat dan mentap kembali langit-langit kamarnya. Ia mengambil nafas dalam-dalam dan mulai memjamkan matanya.
Sekarang pikiranya sedang kacau ia tak tau lagi caranya untuk bahagia, tersenyum atau ramah lagi kecuali pada gadis sialan itu untuk menutupi aslinya. Reza akan menghalalkan segaraa cara untuk mendapatkan gadis sialan itu.
TING!
Seketika ia kaget mendengar notif itu pasalnya tinggal beberapa menit aja kealam mimpi.
"Yastaga kagetin aja" gumanya sambil memegang dada.
Ervan 💩 : Gua ke mansion lu, sekarang!
Reza . M : O
Reza berjalan pelan menuju kamar mandi, sungguh ia sangat tidak mau diganggu waktunya hari ini namun, tuhan berkata lain, tuhan telah mengirimkan sikutu kumpret datang ke mansionya.
Pemuda itu sangat malas untuk keluar dari kamarnya hanya untuk membukakan pintu kamarnya agar sikutu masuk.
"Tuan ada den Ervan dibawah" ucap seseorang dari balik pintu.
Reza mendengarkan ucapan pembantunya hanya menghela nafas malas.
"Suruh keatas pintu ga dikunci" titahnya singkat.
Tak butuh waktu lama. "Hai sayang i'm back
"Najiz" ujarnya memutar bola mata dengan malas.
"Yeh bangsat nih, gimana tadi?" Tanya sambil menidurkan tubuhnya dikasur Reza.
"Gatau"
"Cantik ga mas bro?" Makin dibuat penasaran.
"B aja"
"Dih B aja B aja nih gua liat fotonya si manis"
"Sinting"
"Doi buta ya bro tapi tetep manis"ucapnya sambil memerhatiin foto Kiran.
"Doi maksud lo"
"Yaelah so polos najiz!" Hardik Ervan.
"Gua kasih saran mau ga lo"
"Gua ga but-" ucapnya terpotong.
"Jangan bacot lo miskin" ejeknya Ervan.
Reza hanya merespon berdehem namun, tatapan tetap fokus kearah langit. Kini posisi Reza berada dibalkon dan Ervan ditempat tidur Reza.
"Gua tau lo bales dendam kecewe itu, cuman ke lo mikir aja ga si kecelakaan itu udah buat dia buta dan sekarang hidup dia sengsara di panti kenapa lo gamau coba bunuh aja langsung"
Kata-kata 'bunuh' membuat ia darah tinggi Reza mau saja melakukan itu tapi ia lebih suka dan mau ketika melihat wajat cewe itu merasakan kesakitan.
Reza langsung membalikan tubuhnya menghadap Ervan. "Lo ga ngerti Van, lo ga ngerti gimana hidupnya gua tanpa orang tua! Dimana yang dulu seharusnya masa-masa gua sama orang tua sekarang apa! udah ga ada arti anjing! Karna si cewe sialan itu!" Hardiknya sambil mengepal kuat.
"Lo ga ada orang tua Za sama dia juga Za, lo salah paham selama ini!"
"Gua tau njeng tapi coba lo pikir! nyawa emang harus dibales nyawa! GA ZA LO CUMAN TEROBSESI SAMA EGO LO!" Sambung Ervan naik 1 oktaf.
"Lo suruh gua pikir?! LO SURUH GUA PIKIR VAN! GUA UDAH MIKIR GIMANA CARANYA GUA BANGKIT DARI TERPURUKNYA GUA! ASAL LO TAU GUA GA BUTUH NASEHAT LO!!" Tunjuknya jari Reza pada Ervan dengan tatapan tajam.
"Za tenang dulu, ini yang salah orang tuanya bukan cewe itu" Ervan berusaha menetral suaranya ia tidak mau jika perdebatan ini meledak dan akhirnya tidak ada yang mau saling ngalah.
"EMANG LO PIKIR CEWE ITU BUKAN ANAKNYA!" Ucap Reza dengan senyuman miring.
"Terserah lo mau ngomong apa bego, gua cuman gamau sahabat gua makin terpuruk itu aja gabisa mikir dasar bego!" Ujarnya lalu melangkang keluar dari kamar reza tak lupa Ervan menutup pintu kamar dengan sangat keras.
BRAK!!
Reza yang sedari tadi menatap kepergian Ervan hanya bisa menarik rambutnya dengan sangat frustasi. Mendengar kata 'sahabat'.
"Jadi selama ini dia anggep gua sahabat?" Monolognya
Rahang Reza mengeras, ia mencoba menetralkan amarahnya dan membuang nafas pelan untuk meredam emosi. Namun itu semua sia-sia dalam fase ini Reza bisa dikatakan sangat temperamental. Ia mengambil figuran terdapat ukiran senyuman yang tulus padanya tapi itu semua hanya khayalan ia tidak memeluk kembali orang tuanya.
"AAAAHRRKKK NAPA HIDUP GUA KEGINI ANJING!" Lalu iya membanting barang apa saja yang berada didekatnya. Reza terus memikirkan perkataan Ervan tadi sebenarnya ada benarnya juga namun pemikiran persetanan yang terus-menerus menghantuinya.
Reza hanya bisa percaya apa yang ia liat tanpa mau mendengar kejadian yang aslinya, menurutnya itu hanya kebullshitan.
Kini keadaan Reza bisa dikataan sangat buruk, apa ia suka menggunakan narkoba dalam keadaan seperti ini? Tidak. Ia hanya minum namun, minumnya bisa sampai berbotol-botol sampai ia merasa puas. Apa Reza pernah melalukan hal seperti pada cewe? Tidak akan! Sejak kejadian itu ia selalu merasa jiji dengen perempuan.
Apa seorang Reza gay? Yakali gay ganteng-ganteng gay ga lah gila. Ia masih normal mungkin.
****
05.00
Matanya sudah membuka perlahan saat alarm nya berbunyi, dan langsung menarik selimut untuk tidur kembali. Ya itulah kebiasaan Reza, ia akan bangun jika hordeng otomatisnya kebuka sendiri dan langsung matahari menyorot padanya. Mansion Reza memang desain khusus serba otomatis dan alarm kapan benda-benda itu berfungsi dengan sendirinya. Ia harus rela bersandiwara untuk melancarkan aksi nya disini ia berperan sebagai anak SMA kembali dan menutup rapat semua identitas aslinya yang mereka ketahui dari Reza adalah Ceo dan pengusaha sukses.
Bagaimana dengan keadaan kamarnya? Sangat buruk pecah semua barang-barang yang bernilai sangat tinggi, ia kembali membuka matanya ia sangat merasakan tidurnya keusik saat matahari menyorotnya.
"Aish siapa si yang buat matahari terang banget bangke" gumamnya sambil mengucek-ngucek kasar pada matanya.
Smirk muncul disudut bibirnya, "Ah sudah pagi rupanya" monolognya sambil memikirkan rencana selanjutnya. Sedari tadi ia melihat sekeliling kamarnya bagaikan kapal pecah, "Sampah semua" ucapnya tak acuh.