"Yampun aku kira ada apa"
"Iya aku lupa jadi siapa nama kamu" tanya Kiran semakin kepo.
"Reza, Reza Abrisam terserah kamu mau panggil aku apa"
"Gimana kalau Iran manggil kamu ka Za biar sopan gitu"
Mendengar kata'ka Za' membuat dahi Reza mengerut heran, apa nyambungnya nama Reza dengan ka Za tidak jelas pikirnya.
"Hehehe pasti kamu bingung ya kenapa aku bisa manggil kamu kaza" jelasnya sambil tersenyum kearah lain, namun Reza masih bisa melihat gadir itu tersenyum.
"Anjir tuh bocah bisa baca pikiran gue"batinnya.
"Ka Za tuh singkatan dari ka Reza biar sopan aja gitu ka dan aku juga manggil kamu ga kepanjangan"
"Yaampun kamu ada-ada aja" ucapnya sambil mengacak-ngacak rambut Iran.
"Aku boleh tanya sesuatu ke kamu" tanya Reza dengan penuh ragu ia takut pertanyaan yang ia tanyakan membuat Kiran tersinggung.
"Oh iya boleh ko" jawabnya sambil mengnyingkirkan beberapa helaian rambut yang menutupi wajahnya.
"Kamu udah lama ya ke gini?"
Kiran sudah tau apa yang ingin Reza tanyakan yaitu tentang kondisinya yang sekarang. Kiran mengambil nafas panjang untuk menjawab pertanyaan yang Reza lontarkan.
"Mmm gimana ya...dulu kata bunda aku sempet bisa melihat ini itu cuman, aku ga inget semenjak kejadian waktu aku kelas 5 sd" lirihnya sambil mengingat kembali kenangan yang ia lupa.
"Mampus"batin Reza yang merasa senang.
Poker face lu Za
"Ko bisa? Kamu kecelakaan?" Tanyanya penasaran sebenarnya Reza sudah tau apa yang sebenernya menimpa dia.
"Ah iya aku kecalakaan dan ini semua endingnya" jawabnya sambil tersenyum ia menahan air mata yang sempat turun.
Udara di taman ini sangat sangat sejuk angin yang mondar sana-sini sangat mendukung untuk Kiran mengingat beberapa potongan kenangan. Ia hanya mengingat orang tuanya yang meninggal tepat pada saat ia koma.
"Apa aku bisa ya seperti dulu lagi" monolognya dengan suara samar‐samar namun, disisi lain Reza dapat jelas suara itu.
"Bisa ko kalau itu takdir kamu pasti bisa untuk kembali semula lagi, semangat ya"semangatnya berhasil mengukir senyuman tulus diwajah Kiran bak malaikat.
"Gila senyuman lo njeng"batin Reza.
Reza memang mengetahui semua tentang kehidupan Kiran. Reza cenayang? Reza memiliki banyak mata-mata untuk mengintai Kiran namun, hanya satu yang tak Reza ketahui yaitu tentang penyakit Kiran. Kiran sakit apa lagi? Kiran memiliki penyakit anemia yang disebabkan kecelakaan pada tahun dulu, bahkan orang selalu menjaga dirinya dengan baik ternyata tidak tau tentang itu. Kiran berfikir ia sudah banyak menyusahkan orang lain dari yang terkecil hingga besar ia tidak mau semua orang kesusah me ngurusnya. Lalu bagaimana Kiran tau kalau dia punya penyakit itu? Tante Kiran adalah dokter, Kiran selalu berbohong jika ia ingin meningap di rumah tantenya tapi faktanya, ia ke rumah sakit untuk check up.
"Kamu sering ya Kir kesini sendirian?" Tanyanya lagi sambil mengabil benda pipihnya dikantong samping.
"Iya hampir setiap hari kesini ntah lah cuman aku ngerasa nyaman aja disini"
"Oh iya ka Za ini jam berapa ya" tanya Kiran dengan muka yang cemas.
"Jam 17.30, kenapa?" Reza merasa kalau Kiran sedang mencari orang.
"Seriusan? Aduh gimana ini" Kiran yang semakin cemas.
Melihat reaksi Kiran yanh berubah membuat tangan Reza menyentuh pundak gadisnya. Eh ralat bukan gadisnya tapi korbannya, sentuhkan itu sontak membuat Kiran kaget dan refleks melepaska tangan Reza dari pundaknya. "Biasanya kalau udah sore gini bang Ken jemput aku untuk pulang, kata bunda aku gaboleh pulang sendirian lagi takut ketambrak lagi"
"Yaudah ayo aku anter kebetulan rumah aku deket sini" tawarnya dengan kata-kata yang bohong, mana mungkin seorang Reza mau tinggal di tempat seperti ini melihatnya saja sudah jiji.
"Tapi nanti-"
"Aku gabakalan ngapa-ngapain kamu ko janji ayo bangun aku bantun" ujarnya agar Kiran yakin padanya.
"Makasih ya oh ya rumah aku di Panti Asuhan Kasih Kita, kamu tau?"
"Disitu ya rupanya tau ko aku"
"Liat aja sayang ikut kepermainan aku"bantin Reza sambil menunjukan muka liciknya.
Diperjalan meraka sambil tertawa, bercerita satu sama lain, tidak jarang Reza langsung akrab dengan perempuan. Tiba-tiba Reza refleks memeluk Kiran dengan hangat." Jangan mikirin kata orang yang gamau kenal ya dan satu lagi jangan mudah percaya sama orang yang kamu baru kenal oke" peluknya dengan sangat lembut wangi candy yang dimiliki Kiran mulai memasuki area penciuman Reza namun, Kiran tidak membalas pelukannya ia masik syok di tempat. Sesampainya di depan Panti Kiran langsung menawarkan mampir sebagai tanda terima kasih karna sudah mengantarnya.
"Kamu mau masuk dulu ya aku ambilin minum dulu" tawarnya seraya memanggang tangan Reza lalu masuk kedalam Panti.
"Gila lembut banget sentuhannya" bantin Reza.
"Aku tunggu diluar aja deh gapapa" tolak Reza.
"Beneran? Mau aku bikinin apa? Teh ya bikin aku enak tau" ujarnya dengan begitu bangga.
"Yaudah boleh"
Kiran langsung berjalan kearah dapur dengan hati-hati suasana saat ini tidak begitu ramai ada beberapa anak panti yang menanyakan keadaanya.
"Loh nak kamu bikin apa sayang" ujar membuat Kiran kaget.
"Ah bunda ini aku buat teh ada temen aku didepan bunda"
Sarah-bunda, mengerutkan jidatnya mendengar kata'teman' biasanya teman-teman Kiran yang normal main kesini pada saat hari weekend saja.
"Siapa nak cewe atau cowo nih hmm?" Godanya seraya membantu Kiran membuat teh.
"Ish bunda apasi udah ah Iran malu ini"jawabnya memaling muka kearah lain. Dengan ekspresi gemasnya reflek tangan bunda muncubit pipi tembamnya seperti bakpao.
"Jadi anak bunda ini sudah dewasa ya"
"Bunda cukup ah aku mau nganter ini ke teras"
"No no no bunda bawain bunda gamau kamu kenapa-kenapa"
"KIRAN LO GAPAPA KAN! GA LECET KAN DEK ADUH MAAF YA GABISA JEMPUT NEH LAH SI JOKO NGAJAK MAIN PS" ucapnya Kenzo sambil memastikan Kiran tidak kenapa-kenapa tidak lupa ia menunjuk kearah Joko-anak panti.
"Dih gila ih abang, orang abang yang maksa main juga!" kesel Joko.
"Ih iya bang gapapa ko aku ga lecetkan masih mulus, ori nih bang no kw" jawabnya dengan begitu pede tak lupa mengundang gelak tawa orang-orang yang berada di dapur.
"Teh siapa tuh dek?"
"Buat temen, abang tolong bawain ke teras ya ya ya" pintanya dengan sangat gemas.
"Ish kirain buat aku yaudah ayo"
Sesampainya di teras Kenzo langsung menaru cangkir yang berisikan teh dengan tatapan wajah yang tajam. Ntah lah, Kiran memang mempunyai temen cowo namun untuk yang ini Kenzo merasa ada yang aneh. "Abang ga suka" bisiknya pada Kiran.