Langit tengah menumpahkan segala tangisannya, mengguyur pagi ini selama beberapa jam hingga sekarang. Meskipun cuaca sedang tak bersahabat, anggota OSIS telah datang pagi sekali demi menyelenggarakan event yang telah dinanti - nanti. Jhoseph sang Ketua OSIS sibuk mengatur posisi kursi penonton agar saat peserta menggambar dapat terlihat jelas. Ezar, Kei, Hendra, Yesi, dan Sarah juga tak kalah sibuk menata area perlombaan dengan meletakkan kanvas beserta alat melukis lainnya. Butuh waktu berjam - jam untuk menata ruangan agar terbentuk sesuai rancangan yang telah di buat sebelumnya. Para face of group telah bersiap di pintu masuk, memasang wajah ramah menyambut para tamu. Selesai, seperti yang telah diharapkan, acara sudah siap dimulai. Stan bazar mulai diisi oleh para penjual yang telah menyewa tempat jauh - jauh hari. Ina, Dian, dan Januar membuka stan coffe shop serta camilan lezat lainnya. Peserta lomba dari berbagai sekolah mulai berdatangan satu persatu mengisi area perlombaan. Jaefry dan Jordan mulai mengabsen para peserta, Yuyun bertugas memberikan nomor urut peserta sebelum memasuki area perlombaan. Kei sudah standby di pintu keluar aula bersama dengan Ezar dan Hendra.
"Sayang banget gue gabisa cuci mata, andai aja gue jaga di pintu masuk" Ezar bergumam sedih serta menghembuskan nafas berat. Hendra dan Kei mengangguk setuju sambil meneguk air putih malas. Seorang lelaki dengan tinggi sekitar 180 cm bertanya kepada Hendra dimana letak toilet pria. Hendra memberitahu secara jelas letak toilet yang hanya berjarak lima meter dari aula. Kei memberi stempel kepada lelaki tersebut, tanda bahwa ia sudah membeli tiket masuk dan tidak usah membayar lagi ketika akan memasuki aula. Kei merasa tidak asing dengan seragam sekolah lelaki itu, ia seperti pernah lihat tapi sulit mengingatnya.
"Eh eh, ngapain tu si Rendy jalan kesini?" Ezar berseru penuh tanda tanya, ada urusan apa Rendy berjalan kearah mereka. Perlombaan sebentar lagi akan dimulai, Luke juga sedang membagikan kuas cat di arena perlombaan. Dengan santainya Rendy melangkah tanpa tujuan jelas kearah pintu belakang aula. Rendy menarik tangan Kei hingga membuatnya terperanjat berdiri, dipegangnya kedua pundak Kei sambil menatap penuh keyakinan di mata dandelion.
"Semangatin gue"
"Apaan sih! Lepasin! Malu dilihat orang – orang!"
"Semangatin dulu, gue gugup"
"Apaan sih!" Kei berhasil melepaskan cengkeraman kuat kedua tangan Rendy pada pundaknya, Rendy terus menatap mata kei dalam.
"Semangatin gue"
"Semangat! Semoga berhasil!" Rendy tersenyum lepas sambil mengusap gemas pucuk kepala Kei. Lelaki itu lekas pergi dari tempat membuat Ezar dan Hendra kebingungan sendiri melihat tingkah aneh Rendy.
Lomba dimulai, mc acara memberikan pembukaan meriah yang dibalas tepuk tangan bahagia di dalam aula. Seluruh penonton wanita bersorak salah tingkah karena melihat tampannya mc acara, kak Jhoseph memang memilih kak Dony agar memeriahkan suasana. Tak hanya itu, kak Jhoseph juga menugaskan kak Sonia, wanita paling cantik se SMA NARA untuk menjadi pendamping juri. Tentu saja peserta yang kebanyakan seorang lelaki semakin bersemangat mengikuti lomba. Ketua OSIS SMA NARA memang paling terbaik.
Hendra, Ezar, dan Kei bergantian mengelilingi stan bazar demi mencicipi segala makanan. Ezar menyobek kertas kecil kemudian menuliskan angka satu sampai tiga kemudian menggulung dengan rapi. Ezar mengocok kertas tersebut di kedua tangan lalu dilempar pelan keatas meja. Dengan cepat Kei mengambil satu gulungan kertas berharap agar menjadi yang pertama mengelilingi bazar sebab ia sudah bosan duduk selama tiga jam disini. Doa Kei terkabulkan, ia mendapat nomor satu, loncatan penuh kegembiraan memenuhi aura tubuhnya. Ezar hanya bisa pasrah sebab mendapat bagian paling akhir, setiap anak diberi waktu 20 menit menjelajah surga camilan.
Kaki mungil miliknya melangkah ringan menuju stan milik Dij (Dian, Ina, Januar) yah bisa juga dibaca Dj. Nama itu adalah hasil pemberian Dian karena sudah buntu mencari nama gokil untuk bazar. Antrian lumayan panjang jadi Kei sabar menunggu hingga gilirannya datang. Rata – rata antrian Dj adalah para penggemar Januar dan Dian, Kei sempat dilirik bahkan dibicarakan hingga terdengar ditelinga. Ia berusaha menulikan gunjingan dan memperhatikan area perlombaan, stan Dj memang sangat dekat dengan peserta lomba. Dari sini Kei melihat gambar yang sangat menarik hati ketika dipandang, itu lukisan peserta nomor 20.
Sentuhan warna hitam, hijau dan ungu menyatu sempurna menghasilkan siluet seorang wanita sedang meniup bahagia kelopak bunga dandelion. Tunggu sebentar, Kei merasa dejavu melihat lukisan Rendy. Bukankah itu dirinya saat berada di taman belakang sekolah, saat itu dia sangat bahagia sebab tes uji coba olimpiade bahasa Indonesia mendapat nilai sempurna. Ketika sibuk memperhatikan lukisan, Kei sampai lupa jika ia sedang mengantri. Tidak terasa setelah dua orang lagi gilirannya memesan tiba, dilihatnya waktu pada jam tangan hitam di tangannya. Tujuh menit berlalu cepat hanya untuk mengantri, semoga masih bisa tersisa untuk menyatap makanan di area stan Dj.
"Halo Kei!" Ina menyapa ramah sambil memberikan buku menu yang mereka sediakan.
"Milshake anggur satu, kentang goreng satu"
"Siap komandan, lo tunggu di tempat duduk paling depan ini aja" Kei mengangguk menerima perintah Ina. Kei memperhatikan Dian sedang membuat minuman miliknya dengan senyum merekah, Januar memperhatikannya dan ikut tersenyum. Tidak perlu menunggu lama, pesanan Kei datang diantar oleh Dian.
"Nih milkshake spesial buat lo, selamat menikmati" Dian duduk tenang di depan Kei, ia sempat kebingungan lalu panik menatap sekitar.
"Tenang aja, para penganggu lagi sibuk mengamati si Dony" Kei mengangguk mencoba tenang menikmati santapan di depan mata.
"Hmm enak banget" Kei menikmati milkshake buatan Dian penuh antusias, Dian sedari tadi hanya menatap wanita di depannya.
"Yayadong gue kan buat pakek ha- maksudnya spesial buat anak OSIS kayak lo" hampir saja Dian salah bicara, bisa – bisa ia salting. Kei hanya mengangguk tersenyum sambil memakan kentang kesukaannya, sesekali mata Kei melihat lukisan milik peserta. Karena tidak fokus pada makanan, saus kentang menghiasi di area dekat bibir miliknya. Dian yang melihat itu mengambil tisu kemudian membersihkannya secara tidak sadar.
"Hmm makasih, sangking enaknya sampe belepotan" Kei mengambil tisu dari tangan Dian sehabis membersihkan saus di sebelah kanan mulut Kei. Januar berdeham kencang mengagetkan Ina yang sedang menghitung uang.
Dian salah tingkah langsung mengalihkan pandangan kearah perlombaan, ia juga mengalihkan pembicaraan mengenai lukisan para peserta. Kei terus melihat waktu di jam tangan miliknya, sudah lima belas menit berlalu. Lima menit lagi ia harus kembali berjaga karena giliran Hendra akan dimulai.
"Kenapa Kei?" Dian sedari tadi melihat tingkah laku Kei yang terus gelisah menatap jam tangan.
"Waktu istirahat gue cuman 20 menit, lima menit lagi selesai jadi harus cepet – cepetan" Kei menyantap semua kentang gorengnya tidak santai membuat dirinya sedikit tersedak.
"Tapi gak gitu juga Kei, tuh kan kesedak. Minum dulu gih" Dian memberikan milkshake anggur miliknya dengan lembut, perlakuan itu sedikit memancarkan aura manis membuat Kei sedikit salah tingkah.
"Makasih, gue harap lo gak terus – terusan bersikap kayak gini" Perkataan Kei membuat Dian sedikit terkejut. Kei berdiri kemudian berpamitan pada Dian, Ina dan Januar. Kei menatap Dian sekali lagi sambil memegang bahunya lembut.
"Demi kebaikan lo dan gue, mari bersikap seperti biasa" Dian hanya mengangguk menatap Kei. Hati Dian sedikit perih saat Kei mengatakan hal seperti itu. memang benar, jika Kei pasti merasa tidak enak ketika ia secara tiba – tiba bersikap manis terhadapnya. Kali ini Dian akan bersikap senatural mungkin agar Kei bisa nyaman berada di dekatnya. Senyum Kei adalah hal terakhir dalam pandangan Dian, sebelum ia berjalan menjauh kembali ke pintu belakang aula. Januar duduk di sebelah Dian sambil menepuk pelan pundak sahabatnya.
"Sabar bro, terlalu cepat kalau lo nunjukin perasaan sekarang"
"Gue memang harus lebih sabar menunggu waktu"
"Jadi Kei juga gak mudah, dia benar – benar harus jaga jarak ketika berdekatan dengan murid populer di sekolah"
"Kenapa juga gue jadi murid populer, prestasi gue cuman di bidang olahraga doang itupun dilihat hanya dari tampang"
"Dunia itu keras bro, jadi harus kuat – kuat menghadapi keadaan"
"Dia hal istimewa yang gue punya, disaat luka gue tak kunjung kering, semenjak kehadirannya luka gue semakin membaik"
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Perlombaan selesai, seluruh peserta diminta meninggalkan area perlombaan menuju kursi peserta yang sudah disediakan dekat panggung. Yuyun dan Sarah membagikan konsumsi untuk para peserta, mereka juga sempat dimintai nomor telepon. Kei mulai sibuk membersihkan sampah di area penonton bersama anak OSIS lainnya. Sebagian stan bazar makanan telah tutup demi menonton pengumuman, kecuali stan Dj. Sebagian area penonton sudah bersih dan langsung di sterilkan, tersisa area panggung yang sudah dikerumuni banyak penonton. Anak OSIS hanya bisa melihat dari kejauhan di area penonton paling atas.
OSIS yang berada di depan panggung adalah face of group penarik khalayak umum. Pengumuman pemenang mulai dibacakan, juara ketiga diaraih oleh Jindra Sebastian dari SMK NUSA. Kei terkejut, benar saja ia pernah melihat seragamnya disuatu tempat. Ternyata ia satu sekolah dengan sahabatnya Tristan. Juara kedua diaraih oleh Chaelista Yoselin dari SMA PERMATA, dan juara satu diaraih oleh Rendy Juniantara. Seketika aula riuh oleh tepuk tangan seluruh orang yang menonton. Pemenang dipersilahkan memberikan sepatah dua patah kata menjelaskan maksud dari gambarnya. Kedua pemenang hanya menjawab singkat arti dari gambarnya, Kini giliran Rendy.
"Lukisan yang saya buat memang memiliki makna tersendiri bagi saya, dan itu ditujukan untuk satu orang di aula ini" para penonton pecah berebut bahwa mereka lah yang dimaksud Rendy, namun matanya masih mencari sosok yang ia maksud. Mata Rendy berhenti saat bertemu dengan sosok Kei, ia mulai melanjutkan kalimatnya lagi. Dian dan Januar telah melihat hasil lukisan Rendy, mereka langsung tersadar jika siluet wanita itu adalah Kei. Januar berfikir keras, apa yang sebenarnya Rendy maksud dengan menggambar Kei. Apa jangan – jangan Rendy memang sedang tertarik pada Ravania Keiandra? Dian yang berada di sebelah Januar perlahan menggeram menahan amarah melihat senyum Rendy diatas panggung.
"Wanita dalam lukisan adalah wanita yang mengubah arti kehidupan bagi saya, ia seperti dandelion rapuh namun mencoba tetap kuat meskipun bisa melebur kapan saja. Ia juga berusaha tumbuh dengan indah ditempat rerumputan liar pengganggu. Ia juga sosok pemberani meskipun telah dihempaskan oleh angin berkali - kali. Ia dandelion mungil istimewa yang pernah saya temukan, saya harap kita bisa tumbuh dan mekar bersama" Dian tertawa meremehkan mendengar penuturan yang entah asli atau tidaknya meskipun terdengar sangat tulus bagi sang penginspirasi. Januar masih tetap memikirkan motif Rendy menggambar hasil jepretan fotonya saat diatas rooftop.
Ia bukan tipe seseorang mudah jatuh hati kepada seorang wanita, semenjak pertengkarannya dengan Kei, Januar merasa ada sebuah chemistry diantara keduanya. Rendy terlalu naif jika menolak untuk tidak mengakui sedang tertarik dengan Kei. Perilakunya sudah jelas jelas menunjukkan ketertarikan akan suatu pesona dari seorang Ravania Keiandra. Dian memperhatikan raut wajah kebingungan Kei diatas kursi penonton bersama dengan anak OSIS lainnya. Ezar berbisik di telinga Kei tentang Lukisan yang sedang Rendy paparkan diatas panggung.
"Inget kelakuan Rendy tadi siang gak? Kayaknya lukisan itu buat lo" Ezar berbisik pelan kemudian di susul dengan Hendra yang ikut berbisik di telinga sebelah kiri Kei.
"Si mulut cabe itu pasti punya ketertarikan sendiri sama lo Kei"
"Sstt udah ah kalian berdua berisik, yakali buat buruk rupa kayak gue. Terinspirasi lihat orangnya juga woi!" Kei berseru terhadap dua orang julid sebelah kanan kirinya.
"Iya juga ya, gamungkin buat Kei" ucap Ezar sambil mengangguk mengiyakan.
"Iya juga sih, lagian si mulut cabe seleranya tinggi" Hendra menyahut mencerna perkataan Kei.
Semua penuturan Rendy terdengar menyakinkan ketika dijelaskan, kata – katanya seperti keluar dari dalam hati yang terdalam. Semua orang ricuh menebak – nebak untuk siapa lukisan itu sebenarnya. Kei sekilas melihat Dian menatap kearah kursi anak – anak OSIS menonton. Kei menunjuk diri sendiri bermaksud bertanya apakah Dian melihat kearahnya, Dian mengangguk disusul Januar yang juga ikut mengangguk. Kemudian Januar melihat kearah Rendy dan menoleh lagi kearah Kei berniat memberitahu jika lukisan itu adalah dirinya.
"Kamu hal terindah yang pernah saya temukan, terima kasih telah menginspirasi kehidupan saya"