"Ma siapa pria itu?"tanya Andrew serius. Matanya terus menatap kesal ke arah pria itu. Dia dan Andre melihat mamanya dipeluk oleh seorang pria. Andrew dan Andre tidak pernah suka jika mamanya dekat dengan seorang pria. Angie, mamanya adalah milik mereka berdua.
Angie melirik pria bule aneh yang duduk di dekat saudari nya, kemudian mengangkat bahu. "Tidak kenal. Salah orang tadi."
"Aku tidak suka orang itu." Andrew ketus mengatakan pendapat nya.
"Kenapa?"
"Pokoknya aku tidak suka,"gerutu Andrew komat-kamit.
"Dia suka peluk-peluk orang. Aku juga tidak suka. Dia tipe playboy,"jawab Andre cemberut.
"Playboy? Darimana tahu istilah itu, Andre?"tanya Angie dengan nada sedikit meninggi.
"Dari internet."
"Jangan buka macam-macam ya."
"Tidak. Cuma satu macam saja. Mbah gogles." Mendengar jawaban nyebelin dari Andre, Angie langsung menguyel-uyel kepala nya.
"Maa...,"protes Andre kesal sambil menarik kepalanya dan menjauhkan dirinya dari Angie. "Nanti rambut aku kusut. Aku jadi kalah tampan dari Andrew."
Andrew hanya memutar bola matanya mendengar ocehan konyol kembarannya. Mereka berdua kembar identik, tinggi badan sama, berat badan sama bahkan sama tampannya. Mereka adalah idola kembar di sekolah. Dari yang sebaya, adik kelas, bahkan kakak kelas, mereka semua tergila-gila dengan si kembar. Setiap istirahat, kelas mereka selalu dipenuhi cewek-cewek yang ingin melihat aktivitas si kembar.
Kalau keduanya diam dan serius, tidak ada yang bisa mengenali mereka. Tapi jika salah satunya sudah bicara, ketahuan deh, mana yang Andre ceriwis dan mana yang Andrew pendiam.
Andrew melihat mama Addy dan pria itu berjalan mendekati mereka. Andrew memberi kode pada Andre melalui matanya. Andre langsung paham maksud Andrew. Keduanya langsung siaga satu.
"Angie, kenalkan ini Hans, sahabatku sewaktu sekolah kuliner di Perancis. Dia blasteran indo Perancis,"kata Addy memperkenalkan Hans.
"Salam kenal cantik. Aku Hans." Tangan yang diulurkan Hans untuk bersalaman, langsung diterima dan digenggam Andrew. Hans terbengong melihat itu. Addy dan Angie mengulum senyum.
"Aku tinggal ya,"bisik Addy pelan. "Selamat berjuang. Hadapi bodyguard nya dulu sebelum berkenalan dengan princess."
Addy tergelak keras saat meninggalkan Hans yang ditatap tajam oleh si kembar. Jika tatapan bisa membunuh, Hans mungkin sudah tidak bernyawa dan terpotong menjadi sembilan bagian.
"Soal tadi, aku minta maaf,"kata Hans kikuk dan malu, tangannya menyisir rambutnya yang kecoklatan.
"Tidak pa-pa. Namaku Angie, salam kenal juga. Kalian berdua yang sopan. Beri salam pada Hans." Angie menegur kedua putra nya yang sedang melotot ke arah Hans dengan garang.
"Salam kenal om,"ketus keduanya bersamaan sambil menundukkan kepala.
"Ah ya..ya.."
----------
Ting.. tong..
Hans menunggu di depan pintu rumah Angie. Hans mulai menjalankan pedekate nya dengan Angie. Setelah beberapa kali mengobrol melalui telpon, Hans mencoba untuk datang. Pantang menyerah sekalipun dua bocah bodyguard itu selalu menganggu nya.
Cklek...
Hans mendengus kesal dalam hati, saat melihat salah satu putra Angie yang membuka pintu. Hans tersenyum setengah hati. Pagi-pagi, energi nya akan terkuras untuk berantem.
"Om siapa? Mau cari siapa? Disini tidak ada kenalan om. Silakan pergi,"kata Andre cemberut dan segera menutup pintu.
"Tunggu sebentar, little guy." Hans menahan pintu dan mendorongnya hingga terbuka. Kekuatan Andre tidak sebanding dengan kekuatan pria dewasa. "Jangan ditutup dulu."
"Om jangan memaksa masuk. Nanti aku teriak maling, om bisa digebukin warga loh."
Hans mengumpat dalam hati. Mencoba bersabar demi gebetan. "Mama ada?"
Andre berdiri di tengah-tengah pintu dan melipat tangan di dada. Mukanya kusut dan matanya menatap tidak suka melihat pria bule ini. Sudah berulang kali diusir, tetap saja datang.
"Mama sudah berangkat kerja."
Telinga Andre tiba-tiba terangkat dan terasa sakit. "Aduduh.. sakit ma.."
"Jangan suka berbohong,"omel Angie yang menjewer kuping Andre. "Halo Hans, ayo masuk,"sapa Angie ramah.
Angie merasa nyaman berteman dengan Hans. Orangnya ramah dan lucu. Tapi.. kedua putra nya tidak menyukainya. Jika Angie tidak mengetahui Hans datang, si kembar selalu berusaha menghalangi Hans bertemu dengan Angie.
"Aku kemari ingin mengantarmu bekerja,"kata Hans sambil duduk di sofa lalu menantang mata Andre.
Angie membuka mulut hendak menjawab tapi Andre menyambar dengan ketus. "Mama bisa menyetir sendiri. Dan masih harus mengantar kami ke sekolah,"debat Andre yang duduk di sandaran tangan sofa.
Angie menghela napas. Jika si kembar berulah, urusan bisa panjang.
"Andre, mama lihat akung sudah di garasi bersama Andrew. Hari ini kan akung yang mengantar kalian."
"Tidak mau. Kalau bukan mama yang mengantar, aku tidak mau ke sekolah." Andre mulai menjalankan aksi berontak nya.
"Andre, hari ini hari terakhir ujian akhir semester. Kalau bolos terus dapat nilai nol dan kalah dengan Andrew, siapa yang malu?"bujuk Angie sabar.
"Akan kupanggil Andrew, biar hari ini dia tidak usah masuk juga."
"Jangan macam-macam. Ayo cepat ke garasi dan berangkat,"perintah Angie tegas.
"Tapi ma..,"rengek Andre memelas.
"Andre, ayo berang.. kat,"seru Andrew yang masuk menjemput Andre yang lelet, belum juga keluar rumah padahal mereka hampir terlambat. "Mama?" Andrew menjadi tegang melihat Angie, Andre, dan tamu yang tidak disukainya sedang duduk di ruang keluarga.
"Andrew, ajak Andre pergi sekarang."
"Andrew, kita bolos hari ini. Mama didatangi makhluk astral,"kata Andre kesal. "Kita harus.. Aduh.."
Angie mencubit pipi Andre dan menarik Andre berdiri lalu merangkul si kembar keluar dari rumah.
"Masuk,"perintah Angie sambil membuka pintu penumpang depan dan belakang. Angie mencium pipi keduanya dan mendorong keduanya masuk mobil.
"Ma.,"protes keduanya.
"Mama tidak pa-pa. Om Hans hanya berteman. Jangan sirik begitu. Tidak baik. Toh mama juga tidak pacaran dengan om Hans."
"Tapi ma.."
"Pa, hati-hati ya nyetirnya."
Papa Angie tersenyum dan mengangkat jempolnya. Dan segera menjalankan mobilnya sebelum terjadi keributan tidak mau berangkat sekolah. Angie menunggu sampai mobil itu berbelok di tikungan, baru dia masuk ke rumah.
"Hans, apa tidak merepotkan menjemputku begini?"tanya Angie mengambil tas dan mengikuti Hans lalu masuk ke mobil.
"Tidak. Aku ke indo juga tidak ada pekerjaan. Tiga bulan tanpa kegiatan, bisa mati bosan aku,"kata Hans sambil nyengir. "Tunjuk arah ya."
"Oke." Angie mengambil sabuk pengaman dan memakainya.
Meskipun Angie nyaman dengan Hans tetapi untuk urusan antar jemput ini, adalah ulah Addy yang menelpon nya tadi malam. Memberitahu Angie, jika besok Hans ingin mengantar Angie bekerja. Sebenarnya Angie kurang suka dengan ide antar jemput ini.
"Hans, jangan terlalu diambil hati ya sikap si kembar."
"Apa mereka selalu begitu jika ada pria yang mendekati mu?"
"Hm-hm. Terlalu protektif. Lebih parah dari papaku."
"Baru kali ini, sainganku adalah para little guys,"keluh Hans dengan tetap fokus menyetir.
"Santai saja. Kita kan hanya berteman saja. Jadi si kembar tidak akan uring-uringan."
"Tidak mau mencoba berhubungan denganku?"tanya Hans pelan.
Angie menoleh menatap Hans dan tersenyum lembut. "Kurasa tidak."
"Karena si kembar tidak mau punya papa tiri atau..." Hans melirik Angie dan melihat ekspresinya lewat kaca spion tengah. "Masih mengharapkan papa si kembar?"
Angie tertegun mendengar pertanyaan itu. "Benarkah? Apa aku masih berharap?"katanya dalam hati. Angie menggeleng menyingkirkan pikiran yang menganggu. "Aku rasa tidak,"kata Angie pelan pada Hand. "Karena Lisa sedang hamil anak Aaron,"lanjutnya dalam hati.
Bersambung...