Chapter 19 - 19

"ini pernyataan..?"

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

gue saat ini berada di ruang tengah sambil minum air putih, tadi gue kelelahan habis nyuci baju. jadi gue istirahat sambil minum air putih.

kenapa kudu air putih?

itu karena.. gue malas buat teh.

gue sudah pernah bilang kan, kalo gue itu malas dengan apapun.

jadi, posisi gue saat ini duduk di sofa, sambil lipat kedua kaki. dan pantengin hp.

bang Coli sibuk nonton la la land di laptopnya sambil ngemil choki choki. heran gue, nih orang umurnya berapa cemilannya juga rada aneh.

terus bang Geryl lagi sibuk juga, dia lagi telponan sama kliennya. masalahnya kliennya itu orang asing, jadi agak lama bang Geryl bicara di telpon. orang fasih bahasa inggris mah bebas.

engga kayak gue, yang cuma ngerti di baca tapi pas di ucapin oleh orangnya langsung auto goblog.

nah.. terus bang Numero..

belum pulang dia, paling lembur.

karena gue kosong, acara di tivi diulang mulu. akhirnya gue sempatin buka sosmed.

.

.

.

.

.

.

.

_

_

[FACEBOOK]

Mmxll   ···

"sekarang pesen ojek online harus lebih hati-hati lagi, barusan gue dapat abang-abang ga beres banget, masa setiap ngerem berhenti mulu."

👍💬📥

Liked by Handa-kun and 27.600 People

View all comment

Nenra: @Mmxll  bodo anjing!

Evann: @Nenra  nah! gitu dong! ngegas!

Leocs: @Mmxll  BEBERAPA DETIK YANG GUE PUNYA TERBUANG! KEMBALIKAN 2MENIT GUE!

Kevin02: @Mmxll  nih orang setiap post, selalu ngajak war.

Shuu: Go: pergi, Send: kirim, Gosend: di ban mulu!

Crloss: @Shuu  pick mm satu saja!

Malika_: @Shuu  SAYA BUTUH TANK!

Handa-kun:  on: ada, Line: Garis, online: ga pernah di chat :")

Kevin02: yhee baper @Handa-kun

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

hari ini Alex di pindahkan di sekolah negeri 69 sebagai siswa transfer, dan siswa dari sekolah negeri 69 di transfer kesini.

gue berharap siswa yang dikirim kesini engga menyebalkan dengan orang-orang yang gue kenali.

semoga yekan?

wali kelas gue datang, dan seorang cowo mengikutinya dari belakang.

"hari ini kita mendapatkan siswa transfer dari sekolah 69 selama 1bulan. jadi baik-baiklah dengannya. nah kamu bisa duduk di kursi kosong milik alex."

cowo itu mengangguk, dan segera menghampiri bangkunya Alex. masalahnya bangkunya Alex itu tepat di samping gue.

"hari ini kalian belajar sendiri, capek saya urus kalian semua." kata wali kelas gue dan langsung pergi, gue heran. dia ada niatan jadi wali kelas atau engga sih?

tiba-tiba Semua langsung kerumuni tuh anak pindahan.

anjer..

"nama lo siapa btw?" tanya Evan, gue juga ikut nimbrung dalam kerumunan itu jadi gue bisa lihat situasinya. dan anak pindahan itu cuma diem sambil malingkan mukanya.

njerr sombong banget.

"MENTANG-MENTANG ANAK BARU! BUANG MUKA SEMBARANGAN!" mendadak urat kesabaran Evan langsung putus, gue yang ada disampingnya kaget lah. nih anak langsung teriak.

"BARU BUANG MUKA DIMARAHIN! NGAJAK BERANTEM!?" cowo itu langsung berdiri dari tempat duduknya dan melototin Evan.

njirr ngegas..

"kamu sih." sambung Ian sambil nunjuk gue, lah.. ngapa gue?

"eh-eh! jangan berantem dulu" kata Malika sambil narik-narik seragam cowo itu.

"DIEM LU BANCI!" Bentak cowo itu

"ini permen su-... APA LO BILANG!? BANCI!?"

"IYA BANCI! BUDEG!"

"APAAN LO! SOMBONG BANGET SIH!"

"sialan.." kata gue.

nih cowo engga beres juga otaknya sama kayak orang-orang disekitar gue.

kenapa gue mesti kenal orang-orang kayak mereka gusti?

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

"anjerlah.. tuh anak baru bikin gue bicara pake urat tadi." curhat si Evan pada gue, ceritanya dia lagi kesel.

"lo yang goblok, mau aja nemenin dia cerita." kata gue sambil lipat origami, origami bangau yang gue buat masih 10, lama banget kan?

gimana gue ga lama, gue kalo buat kayak ginian di sesuaikan dengan mood. bagus apa engga.

saat ini mood gue baik-baik saja.

"gue kan mau perlihatkan dia sosok gue yang sebenarnya friendly ini.." kata Evan. yang buat gue berekspresi datar.

"friendly tapi malah ngajakin orang war, situ sehat?"

"woi, yang buat gue emosi ya dialah! jadi gue ngajak war!"

"gue ga peduli, gue juga ga pernah ada urusan dengan urusan lo."

"njerr.. lo jadi temen gaada banget inisiatifnya."

gue langsung tempeleng kepalanya, tapi dengan pelan.

"sehari saja, gue pengen hari kedamaian."

"ini sudah damai, udah gaada perang. emang lo pikir ini jamannya naruto?"

"naruto sudah tidak perang lagi njirr."

"ohiya ya."

untung lo sahabat gue, kalo bukan gue sudah cekik dari tadi nih anak karena emosi.

tiba-tiba meja gue di pukul keras oleh seseorang, gue sempat terhentak kaget. jadi gue liat pelakunya siapa.

mau tau siapa?

anak pindahan yang tadi itu.

sialan, mau apa nih anak.

"lo berdua lagi bicarain gue kan?"

etdah.. tau aja lo.

"ogah, di kata gue lambeturah. gosipin orang ga jelas." kata Evan. gue cuma diam.

"buktinya gue dengar lo sebut nama gue!"

ya elah, malah ngegas dia.

Evan langsung menghentakkan tangannya di atas meja dengan keras, sama persis yang di lakukan anak baru itu tadi.

"WOI! SITU SAJA BELUM MENGENALKAN DIRI! GIMANA MAU DI TAU NAMANYA!"

iya juga ya..

gue saja belum tau namanya, anak Pindahan itu terdiam sambil melipat kedua tangannya.

"terus siapa tadi yang sebut nama gue?"

"mana gue tau oi!"

"gausah pake urat bicaranya!"

"lo duluan yang ngegas anjing!"

hmm...

liat orang bertengkar, ternyata seru juga. kayak nonton smackdown gitu.

"pedo~" Ian manggil gue. jadi gue responnya sambil natap dia.

"mau temenin gue ga?"

"kemana?"

"fotocopy."

"kok mesti ditemenin? lo kan sudah besar, cowo lagi."

"mau ato tidak nih?"

"engga."

"mau ya.. plis! plis!"

lah..

tadi dia kasih pilihan, 'mau atau tidak?' gue jawab tidak, dia malah ngotot di temenin.

kalo gitu, gausah kasih pilihan kayak gitu woi!

"bangsat lo, gue gamau!"

"gue sumpahin lo di gangbang sama Justine, mau?"

"maksud lo apaan ngomong kayak gitu?"

"kalo gamau di gangbang sama justine, di trisum sama alex dan justine saja gimana?"

gue cengo.

"lo pilih rumah sakit atau kuburan?"

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

_

ujung-ujungnya gue malah nemenin nih wibu fotocopy, padahal tempat fotocopy ga jauh-jauh amat. cuma di perpustakaan!

sudah berapa kali gue maki nih anak, tapi tetep aja dia ga Bosan gangguin gue. spesifik maso setia dia.

dan akhirnya gue dan Ian sampai di perpustakaan.

dan ada Juan beserta Alner disana.

kenapa 2 manusia dingin itu muncul coba?

"oh! Juan!" Ian nyapa Juan, kayak anak kecil yang bertemu sama temannya saat pulang sekolah.

Juan natap Ian, entah gue salah liat atau gimana. barusan gue liat Juan sempat tersenyum. mungkin cuma perasaan gue kali ya? ga mungkin pangeran dingin kayak dia mau buang senyum sama nih wibu.

"lo fotocopy juga?" tanya Ian pada Juan. Juan mengangguk

"ohh! apa yang lo fotocopy? kok kayak banyak gitu?"

Juan natap fotocopy miliknya. "cuma selembaran untuk anggota voli."

ohiya, Juan kan ketua dari organisasi voli. apalagi dia sudah kelas tiga. pasti lagi sibuk nyari penggantinya.

"oh cem gitu... btw, gue mau fotocopy tugas ipa. lo mau nitip juga?"

Juan terdiam, "baiklah.."

"sip sip! tapi.. gue ga punya cukup uang. ehehe.."

woi, itu sama saja njir!

Juan sekilas tersenyum, TERSENYUM!?

gue ga salah liat kan?

pasti gue salah liat nih.

"kalau kayak gitu, gausah saranin buat nitip." kata Juan dingin, dingin banget lidah mu pangeran.

"tapi... tapikan.. gue cuma bawa uang pas."

Juan diam natap Ian, dan gue cuma nyimak mereka berdua.

kok suasananya tegang gini ya?

"lo mau fotocopy? gue saja yang bayarin." Alner tiba-tiba bicara.

"tidak, terimakasih. lo ga ada hubungannya dengan dia. jadi abaikan saja." kata Juan.  "gue mencoba membantu disini, ini bukan berarti gue mau jadi orang baik atau pun jadi pendamai." kata Alner kemudian

"orang kayak dia ga pantas di bantu" kata Juan sambil nunjuk Ian, njir.. kok gue kasian ya sama Ian?

gue lirik Ian, Ian malah asik hitung uang receh njir!

nih anak malah masa bodoh.

gue langsung deketin Ian yang masih sibuk hitung uang receh.

"lo ada niatan hidup ga sih?" tanya gue pada Ian. "jangan ajak bicara gue dulu, gue pusing hitungnya nih recehan. mba penjual teh poci tadi ngasih gue kembaliannya kayak gini."

"lo bego banget, kenapa ga hitung dari tadi uang recehnya?"

"koinnya banyak, jadi malas gue hitung."

"gusti.. kalo kayak gini, kan bisa pake uang gue dulu."

"niatnya gitu pedo, tapi gue kasihan ntar lo pulang naik apa kalo uang lo habis?"

njerr...

peratian amat lo jadi temen!

"gue kalo senang bawaannya pengen nampar orang loh.."

"yhee gausah— WOI BARUSAN SEME LO LEWAT PEDO!" Teriak Ian tiba-tiba, yang buat pengunjung perpustakaan natap dia.

gue cengo plus shock. sempat-sempatnya dia histeris ala fanboy.

"maksud lo apaan bangsat?" tanya gue

"Seme lu! just—umph!" segera gue sumpel mulutnya pake tangan gue. masalahnya kalau sampai dia sebut nama Justine, bisa hancur gue. apalagi saat ini Juan dan Alner natap gue dengan Ian terheran-heran.

"lo kalo bicara kayak gitu lagi gue tempeleng massal, baru tau rasa lo!" bisik gue, dan Ian mengangguk.

"lo berdua kenapa?" tanya Alner.

gue paling benci kalo di tanya dengan pertanyaan 'kenapa?'

"ga ada.. Ian ga punya cukup uang buat fotocopy." kata gue, dan Ian natap shock gue.

Juan tiba-tiba ngeluarin dompetnya, dan kasih selembar uang hijau (dibaca: duapuluh rebu) pada Ian.

"ini cukup?" tanya Juan, Ian mengangguk mantap dan menadahkan kedua tangannya di hadapan Juan layaknya pengemis yang ingin di berikan nasi bungkus

"selembar 150rp, jadi 150×10=1.500

berarti kembaliannya 18.500. ok?" kata Juan.

anjerr.. gue kira Ian bakal di kasih percuma uang 20rb itu sama Juan. tau tau, malah tidak.

"ehh.."

Juan langsung pergi.

itu pangeran niat nolong atau gimana?

gue tiba-tiba merasa sebelah kanan atas mata gue berkedut.

lah ini kenapa coba?

"oi wibu, mata kanan atas gue berkedut. itu kenapa ya?"

"kalo kata bunda gue, lo bakal mau liat sesuatu yang baik!"

"ohh.."

semoga bang geryl kasih gue uang jajan tambahan, itu kan sesuatu yang baik juga.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

-Lunch time-

gue saat ini ada di pojokan taman, nyandar di pohonnya sambil ngemil bembeng. gue pengen makan nasi, tapi.. GUE LUPA BEKAL GUE!

padahal bekal gue hari ini enak banget, telur ceplok sama nasi. menurut gue itu sudah waahh banget :')

makan bembeng juga sudah buat gue kenyang kok. ini kalo Alex ada. dia pasti ngajakin gue makan di kantin, plus dia bayarin.

sayangnya dia ga ada..

kenapa juga dia mau jadi siswa transferan? heran gue..

"hah.. hah.."

loh... itu siapa yang punya suara?

gue berdiri dan cari asal suara tersebut, tapi tiba-tiba saja...

"E E ANJING LO ASU!" gue latah karena kaget, kenapa kaget?

karena tiba-tiba ada yang megang kedua pundak gue.

"bedanya anjing sama asu, apa?" tanya orang itu, perlahan gue noleh kebelakang.

ITU JUSTINE YA ALLAH!

jantung gue berdebar karena TAKUT WOI!

"lo mau buat gue meninggal mendadak ya?"

Justine naikin sebelah alisnya, pertanda dia bingung.

"lo sendirian? mana temen anggota osis lo itu?"

ohh.. mungkin maksudnya si Alex itu.

"dia di transfer di sekolah lain."

"ahh.. bagus, tapi gue ga peduli." kata Justine, gue cuma diam.

"lo masih buat 100 bangau itu?"

gue ngangguk. "sudah berapa yang jadi?"

masa iya gue bilang yang jadi baru 10, ntar gue di ketawain. kan malu woi!

tapi, masa juga gue bohong sih?

"a..anu.. yang jadi baru 10."

hening.

Justine natap gue. dan kemudian dia tersenyum.

Deg!

di..dia pasti mau ngejelekin gue!

"gue bantuin, mau?"

eh?

Justine duduk di dekat gue, dan natap gue. kalian harus tau, tatapan tajam nan menawan yang gue liat didrama kuriya milik diana. kini gue ngerasain secara real! JUSTINE NATAP GUE KAYAK GITU YA ALLAH!

ANJIR!

JANTUNG GUE WOI!

"lo.. lo terlalu dekat.." kata gue, yang kemudian mundur dikit.

Justine tiba-tiba genggam kedua tangan gue.

"nenra, lo harus tau, kenapa gue bertingkah kayak gini sama lo." Justine megang kedua tangan gue.

gue terdiam, karena gue ga bisa bilang apapun lagi. kalo liat tatapannya, gue selalu diam tak berdaya.

"gue akan bilang sesuatu yang benar-benar memalukan! maka dari itu, dengar baik-baik."

Justine ambil napas, dan ngeluarinnya dengan perlahan.

dia genggam tangan gue dengan erat, dan entah mengapa gue malah berdebar.

"lo.. lo itu kehidupan gue... dunia gue... tidak bakal lengkap kalo lo ga ada..."

"jika pun ada seseorang di samping gue, gue benci... jika bukan lo di samping gue..."

"jadi..."

Justine naruh kepalanya di pundak gue,

"jadi... jangan bilang salah... kalo gue jatuh cinta sama lo, nenra..."

DEG!

DEG!

DEG!

"a..apa...?"

-To be Continued-