Chapter 20 - 20

"Tes kebelokan.."

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

"a..apa..?"

TUNGGU WOI!

ini maksudnya apaan coba?

pernyataan cinta...?

TAPI GUE BELUM SIAP YANG KAYAK GINIAN!

"nenra..?"

Justine manggil gue, Jantung gue semakin berdebar dan berdebar, dan.. dan..

"gue... cowok just..."

"iya gue tau,"

"terus kenapa lo.."

"jatuh cinta sama lo ga butuh alasan, nenra.."

Deg!

tolong gue..

jantung gue berdebar banget..

"paling tidak, tatap gue nenra.."

gimana gue mau natap lo, kalo sudah kayak gini kondisinya woi!

gue mundurin langkah gue, dan saat itu juga gue lari.

"Nenra!"

justine manggil gue, sebodo amatlah!

yang penting...

YANG PENTING JANTUNG GUE GA BERDEBAR GANJEN BEGINI!

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

_

"UWAAAAAA!!"

"woi! lo kenapa teriak kayak anak perawan yang pengen di perkosa begitu?" Handa bertanya, masih sempet aja nih manusia bercanda lucknut di hadapan gue

"sialan lo tukang bokep." kata gue kesal, dan Handa hanya beri gue sebuah senyuman gajenya.

"lo kenapa nenen? di kejar sama siapa lo?" tanya Evan.

"gue engga di kejar, gue cuma melarikan diri."

"dari saha?"

"pasti dari justine!" ucap Ian tiba-tiba, dan spontan jantung gue berdebar kencang.

DEG!

dia nyebut nama Justine, gue yang berdebar.

.....

ini... ANEH SEKALI WOE!

gue langsung acak-acakin rambut gue sendiri.

"uwaaa... gue ga mau hidup kalo kayak gini jadinya!"

"wei, lo beneran gapapa nih?" Evan bertanya sambil megang sebelah pundak gue. gue responnya dengan anggukan.

lupus sudah semua.

"minum coca cola plus mentos, bakal bikin meninggal kan?"

Evan natap heran gue, Ian langsung nepuk jidat gue.

"PANAS WOI!" teriak Ian, yang langsung gue tempeleng kepalanya.

"santai dikit bisa ga sih? gausah ngegas!" kata gue, Ian malah nyengir. sialan nih anak.

seharusnya kan gue ga harus sampe marah kayak gini, etdah...

"Kakak evan!" seseorang berteriak dari ambang pintu, gue lihat siapa. ternyata itu adik kelas.

iya adik kelas, soalnya dia manggil Evan dengan sebutan kak.

gue ngeliat Evan berdengus kesal "bangsat.." umpatnya yang buat gue kerut kening.

"lo kenapa evan?" tanya gue, dan evan hanya memberikan kerutan kening pada gue.

"sialan.." umpatnya sekali lagi.

tumben banget nih anak mengumpat kesal kayak gitu.

gue mau bertanya lagi, tapi Evannya sudah keburu berdiri dan hampiri tuh adik kelas.

"kakak evan!"

"apa?" tanya Evan kesal.

"hari ini, tolong izinkan saya melawan mu saat latihan nanti!"

"buat apaan?"

"untuk latihan kak!"

Evan hela napas, kemudian berdecak kesal. "terserah.."

Evan membalikkan badannya, dan kembali ketempatnya. saat itu juga gue langsung senggol pundaknya. dia natap gue dengan malas.

"lo kenapa judes gitu sama adek kelas sendiri?"

"emang gue pikir? peduli amat sama dia!"

etdah...

kayak ada dendam terselubung nih Evan sama tuh anak kelas 1

"ohya, btw lo kenapa tadi lari?" Evan kemudian bertanya.

dan lagi-lagi gue langsung kepikiran soal Justine nyatain perasaan pada gue.

itu kenapa Justine mau lakuin hal gitu sama gue coba?

bukannya dia punya gebetan?

aneh ini woi..

"hoi! pedo laknat! lo dengerin gue kagak?"

Evan tiba-tiba ngasih gue nada tinggi, "gaada urusan sama lo. urus sana urusan lo sendiri."

"njer.. kampret lo pedo.."

gue hela napas, dan mijit kening gue sedikit.

gue kok malah mikirnya sampai kesitu sih?

siapa tau saja Justine nya bercanda...

dia bercanda... kok gue merasa kecewa ya..?

tunggu...

kok gue malah kayak gini?

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

sekarang sudah pulang sekolah, waktu makin hari makin cepet banget.

bulan depan gue sudah ujian semester.

dan minggu depannya gue ujian kelulusan.

gue sudah mau jadi alumni woi!

tiba-tiba pandangan gue teralihkan oleh Handa, yang saat ini dia ambil buku tapi sikunya nyaris mendekati dada cewe tersebut.

"sayang, minggir dikit ya, ntar kena tt lo kan khilaf saya." kata Handa tersenyum, yang langsung cewe itu natap kaget Handa.

"anjir lo ya jadi cowo!" kata cewe itu

"ssttt... saya ini orangnya bermoral, bilang begitu. dari pada saya sengaja siku tapi bilangnya tidak sengaja. gimana? kamu pilih yang mana beb?"

"cowo mesum lo!"

"emang saya pernah mesumin kamu ya beb?"

"engga juga sih.."

"nah, makanya."

gue gamau komentar apapun soal tuh anak.

"pedo, kuy cabut.." kata Evan. sudah ada Ian dan Malika nunggu di ambang pintu.

"lo ga latihan hari ini?"

Evan berdengus kesal.

"gue minta izin ga masuk dulu hari ini. malas ngeladenin bocah kayak dia."

gue sih ga peduli sama lo, gue cuma basa basi doang kok.

"ohh.. ok.." respon gue, dari pada gue engga respon dia sama sekali.

"ohya nenen! tadi ada yang cariin lo!"

Malika tiba-tiba berseru, gue natap dia dan nunggu dia ngelanjutin bicaranya.

"waktu istirahat tadi dia nyari lo, lo kan waktu istirahat ga ada."

"emang siapa yang nyari gue?"

"kalo ga salah namanya zen.."

zen?

itu siapa coba?

"gue ga punya kenalan yang namanya zen." kata gue.

Malika hanya menaikkan kedua pundaknya. "yah... pokoknya tadi dia nyariin lo."

"Oh! mungkin zen yang ada di mystic massenger!" Ian tiba-tiba bicara. gue cuma cengo liat dia yang langsung bersuara tapi malah ngeselin jawabannya.

"itu game gubluk." kata gue. "kan namanya zen."

"tapi itu game njer!"

"ohh.." Ian manggut manggut.

tiba-tiba ada yang halangin kami bertiga jalan, lebih tepatnya ada orang di hadapan gue.

gue liat

dia..

JUSTINE WOI!

JUSTINE MUNCUL DI HADAPAN GUE!

GUSTI!  GUSTI!  GUSTI!  GUSTI!

ARRGGHH!

nyawa gue seketika melayang di udara separuh. dan bahkan gue jadi lemes.

cobaan ini ya allah..

cobaan yang sangat memberatkan untuk anakmu.

Justine natap gue, tatapannya begitu tajam hingga gue bisa ngerasain kulit gue tertusuk hanya karena di tatap olehnya.

apa gue mesti yasinin nih anak biar gue ga ditatap bak kriminal kek gini?

"nenra.." panggil Justine, Malika dan Ian spontan mundur sedikit dan ngebiarin gue berdiri tetap di hadapan Justine.

huasem!

natap dia aja gue ga berani!

apa lagi lama-lama berdiri di hadapannya!

"nen—"

"UWAAA! GUE LUPA KALAU ADA URUSAN DI OSIS! LO BERDUA PULANG SAJA DULUAN!" segera gue lari. gue tau pasti Ian sama Malika heran liatin gue.

bodo amat dengan mereka berdua!

yang penting gue ga ada di hadapannya nih berandalan!

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

-ROOM OSIS-

"SAMLEKOM! SPADA WOI!" Teriak gue dengan mendobrak pintu osis dengan kasar.

"WOI ASW KAGET GUE!" Kevin teriak, yang langsung gue cubit hidung mancungnya.

"gue datang baik-baik kok sapaannya malah ngegas njing?"

"lo yang baru datang sudah ngegas woi! malah main dobrak pintu segala!"

gue terdiam.

iya juga ya.

sip, kali ini gue yang salah.

"sori..."

"tunggu, barusan lo ngomong apaan?" tanya Kevin sekali lagi.

"gue bilang sori.."

"apa?"

"gue minta maaf njer!"

"APAHH!? SI PEDO MINTA MAAF!?"

kenapa malah kaget njing.

"gausah ngegas bisa?"

"kerasukan apaan lo hah?" Kevin hampiri gue yang berada di ambang pintu.

dia tiba-tiba naruh punggung tangannya di dahi gue, dan di leher gue.

"ga panas juga.."

yaiyalah, orang gue cuma minta maaf. anehnya dimana coba?

dan pada saat itu juga, gue ga sadar kalau Kevin saat ini begitu dekat dengan jarak gue.

ohya, biasanya kalau Justine atau Alex ngedeketin gue kayak gini. gue pasti berdebar ganjen. terus, kalau Kevin. kenapa gue ga ngerasainnya ya?

karena penasaran, gue pun sedikit maju dan natap Kevin. Kevin juga ikutan natap gue.

"lo kalo di tatap kayak gini ga ngerasain sesuatu kan?" tanya gue dan Kevin menggeleng.

gue juga ga ngerasain perasaan berdebar seperti biasanya.

gue langsung nyentuh pipi Kevin, Kevin sempat bingung tapi kemudian dia natap gue.

"engga?" dan Kevin mengangguk.

"maksud lo apaan?" tanya Kevin bingung.

"yah.. gue cuma mau tes, lo itu belok atau engga."

Kevin terdiam, yang kemudian dia dorong tubuh gue mundur sampai di pintu sekaligus nutup pintu. jadi posisi gue saat ini membelakangi pintu.

"tes ya.. dari dulu gue selalu penasaran dengan lo pedo. lo belok atau tidak."

hah?

tunggu..

ini maksudnya apaan?

Kevin megang pipi gue dengan tangannya, tangannya yang hangat itu membuat bulu kuduk gue berdiri.

perasaan apa ini...

gue engga berdebar..

tapi..

gue...

merasa merinding..

bahkan Kevin yang nyatanya seorang goblok, bisa buat gue bergidik merinding begini.

"lo.. mau apa..?" tanya gue.

"tes kebelokan.."

gue melotot.

"kalo lo terangsang, itu berarti lo belok nen.."

DEG!

jantung gue berdebar, karena Kevin tiba-tiba manggil nama gue.

bukan dengan sebutan Pedo ataupun nenen.

"hah...?"

"gaada penolakan.." katanya sambil natap gue.

masalahnya..

kenapa gue malah patuh dengan perkataannya?

"lo—"

seseorang tiba-tiba muncul dari jendela.

dan orang itu Alex, dia pakai seragam putih putih, baju sama celananya putih.

anehnya..

kok dengan penampilan seperti itu, dia..

CAKEP WOI!

tunggu, bukan waktunya untuk kagumi dia

itu anak ngapa munculnya lewat jendela woi!

"kalian berdua lagi ngapain?" tanya Alex

"lo munculnya kenapa lewat jendela?" tanya gue

"mau apaan lo?" tanya Kevin

hening.

sip, kalo semuanya pada bertanya, gimana mau di jawab njir!

pintu di ketuk, Kevin buka.

dan itu ternyata JUSTINE WOI!

anjir jantung gue!

"kenapa ga jawab panggilan gue, nenra?" tanya Justine dengan napas yang terengah-engah.

....

tangan gue tiba-tiba di genggam. dan yang genggam itu Alex, kok penampilannya asdfghjkl. speechless saia.

"lo gapapa kan nen?"

"nenra.."

"nen.."

suaranya Kevin, Justine, dan Alex.

bikin jantung gue berdebar hebat.dan gue yakin wajah gue saat ini memerah seperti kepiting yang habis di rebus.

"wei.. kalian bertiga ngapain?" seseorang tiba-tiba bertanya.

dan yang bertanya itu, anak baru sialan itu.

"eh.. ada nen, brarti bukan bertiga, tapi berempat.."

anak baru itu natap gue, dan kemudian tersenyum. "gue boleh gabung juga?"

"maksud lo apaan njing?"

-To be Continued-