Chereads / The Miracle of Death / Chapter 11 - Bad Relationship

Chapter 11 - Bad Relationship

Pria berambut coklat tua dan mata hitam kelam itu membungkuk dengan kalimat yang mengatakan terima kasih atas perbuatan si kembar. sedangkan si kembar langsung menyuruhnya berdiri, ingatan soal tidak ada sistem kasta di sekolah ini membuat mereka merasa bersalah. Bagaimana pun mereka tak pernah berniat mendapatkan sebuah hormat dari seorang rakyat biasa.

Dan apa yang mereka lakukan tadi karena mereka tak menyukai seseorang ditindas hanya karena dia memiliki kekurangan. Itu mengingatkan tentang mereka yang di abaikan dan di anggap tidak ada di dalam istana. Sebab itulah mereka melakukan hal itu tadi "jangan lakukan itu, berdirilah kami sama sepertimu sekarang" jawab ramon menatap pria itu yang terlihat masih ragu

"Tak apa kami tak pernah menyuruhmu melakukan hal seperti ini" sahut rimonda dengan tatapan mengarah pada pria itu

"Saya sangat berterima kasih kepada Yang Mulia Pangeran dan Yang Mulia Putri" pria itu tetap melakukan hal yang sudah keduanya larang

Dan ramon langsung mendekat dan menegangkan tubuh pria itu dengan manik merah menyalanya yang menatap pria itu "aku sudah bilang bersikap untuk biasa saja pada kami" ucap ramon membuat pria itu terlihat makin ragu

"Bukankah aturan sekolah mengatakan hal itu, lakukan seperti biasanya oke" sahut rimonda dengan kedipan pelan di manik ungu cerahnya

"Tapi..!!"

"Dengarkan aku kita ini satu kelas jadi mari berteman" ucap ramon merangkul pria itu yang terkejut akan tindakan ramon yang tiba-tiba

"Benar apa yang di katakan kakakku, mari kita berteman caesar" sahut rimonda mengulurkan tangannya membuat caesar mengangguk dan menerima uluran tangan itu

"Kalau begitu panggil aku ramon" ucap ramon dengan senyuman lebar

"Itu tidak sopan" sahut caesar membuat ramon menggeleng

"Bukankah kita teman, teman harus memanggil nama satu sama lain" jawab rimonda "jadi panggil aku monda seperti kakakku" lanjut rimonda membuat caesar tersenyum dan mengangguk senang

"Iya ramon dan monda" ucap caesar membuat si kembar tersenyum lebar

Ketiganya tertawa mengabaikan etika yang pernah si kembar pelajari sebagai keturunan kaisar. Memang siapa yang akan peduli soal tindakan mereka bagaimana pun tidak ada yang menjadikan ini sebagai rumor bukan. Tapi tak lama ketiga langsung menoleh menatap gadis berambut merah muda yang menatap mereka kesal.

Di tangannya ada sebuah tongkat kecil dengan bunga mawar merah gelap yang menjadi hiasannya. Dan si kembar langsung menyuruh caesar untuk mundur "ternyata kalian melindungi anak gelandangan itu" ucap gadis itu dengan tatapan meremehkan apa yang dilakukan seorang keturunan kerajaan itu

"Itu bukan urusanmu" sahut rimonda sebagai perempuan dia yang harus maju sekarang

"Owh.., begitukah yang aku dengar kalian di buang oleh Yang Mulia Kaisar ke sini bukan" ucap gadis itu dengan suara tawa yang sedikit keras

"Sepertinya kau sangat mempercayai rumor, jika begitu kau harusnya sudah dengar jika kami memiliki kekuatan legenda" sahut rimonda membuat gadis itu terkejut

Tak ada yang mengatakan soal rumor itu, dan dia juga tak pernah mendengar rumor seperti itu. Sampai manik merah tuanya melihat penampilan si kembar, benar itu adalah tanda-tanda bahwa mereka pemilik kekuatan yang menjadi legenda. Apakah dia sudah salah memilih lawan, bahkan kedua temannya yang ikut dengan dia langsung ketakutan.

"Kau membohongiku bukan, tak ada rumor yang mengatakan soal hal itu" gadis itu tak mau kalah dia bahkan sudah bersiap menyerang jika rimonda tak melesat dan langsung berada di hadapannya

"Jadi tidak ada ya, tapi bukankah kau bisa melihat hal itu. Aku yakin tuan Duke juga menyuruhmu untuk mempelajari sejarah kerajaan ini" rimonda berbisik di telinga gadis itu membuat gadis itu mundur sampai terjatuh dengan raut wajah ketakutan

"Aku tau kau adalah tunangan Putra Mahkota, dan kau percaya begitu saja padanya. Apa kau tau bahwa dialah yang berniat membunuh kami malam itu" bagai di tikam oleh pisau tajam gadis berambut merah muda itu tak bisa bergerak dia tak mampu menyingkirkan rimonda yang terus mengatakan hal-hal yang dia tak paham

Apa maksudnya soal tunangannya yang berniat membunuh adiknya sendiri, bagaimana mungkin tunangan yang baik dan perhatian padanya itu memikirkan hal itu. Padahal tahta kerajaan sudah di miliki oleh tunangannya, gadis itu langsung berteriak membuat rimonda berdecak kesal. Ternyata lawannya hanya gadis lemah yang terlalu percaya dengan cinta.

Memangnya ada cinta sejati di dunia ini, pasti dia dan putra mahkota bertunangan karena politik. Dan hal itu membuat rimonda merasa kesal, bagaimana jika akhirnya dia juga melakukan pernikahan politik saat memasuki usia dewasa. Bahkan putra mahkota yang belum mencapai usia dewasa saja sudah memiliki tunangan.

Memikirkan hal itu membuat rimonda ingin muntah rasanya, dia tak mau harus berbagi kasih sayang pada orang yang dia tak suka. Bahkan dia juga tidak mendapatkan kasih sayang itu dari kedua orang tuanya "pernikahan politik itu adalah hal memuakkan yang akan akun hancurkan nanti" gumam rimonda yang di dengar oleh ramon dan caesar

"Hei.., giselle lebih baik kau jangan terlalu percaya padanya. Karena dia adalah elang pemangsa yang bisa saja membunuhmu" ucap rimonda membuat gadis bernama giselle itu melarikan diri dengan kedua temannya yang lain

"Bukankah itu terlalu kasar" sahut ramon membuat rimonda tersenyum tipis

"Kakak tau sendiri bagaimana sikap orang itu" jawab rimonda membenarkan seragam sekolahnya

"Aku sudah bilang jangan panggil dia seperti itu" sahut ramon suka kesal sendiri akan sikap rimonda

"Iya.. Iya.., karena kita ada di lingkungan sekolah harus menjaga perkataan masing-masing. Tapi bagaimana bisa kakak melakukan hal membosankan seperti itu, biasanya kakak yang paling senang menjelekkan Putra Mahkota" ucap rimonda membuat ramon memukul kepala rimonda pelan

"Hubungan kalian dengan Yang Mulia Putra Mahkota tidak baik ya.." tanya caesar setelah mendengar pembicaraan si kembar

"Ah.. itu.." sahut rimonda tak mungkin mengatakan yang sebenarnya pada caesar

"Ah.. kalian tak perlu mengatakannya jika tak mau" ucap caesar merasa tak enak karena sudah menanyakan hal itu

"Tak apa, tapi kau juga akan tau sendiri nanti" sahut ramon merangkul caesar yang mengangguk pelan

"Baiklah bagaimana jika kita kembali ke kelas" ucap rimonda dengan raut wajah yang terlihat semangat setelah mendengar suara bel sekolah

Mereka bertiga langsung berjalan bersama menuju kelas tapi tatapan ramon tak pernah berpindah selain menatap manik rimonda.

'Jangan melakukan hal yang tidak perlu, kau ingat tujuan kita bukan' ucapan ramon membuat rimonda mendengus tapi rimonda mengangguk juga akan ucapan ramon yang memang benar

Mereka ke sini bukan untuk bermain-main tapi untuk membalas dendam.