Chereads / The Miracle of Death / Chapter 44 - Magic Tool

Chapter 44 - Magic Tool

Hari berlalu dengan cepat, libur akademi tengah mereka jalani sekarang. Tidak ada hal yang buruk selama ini, setelah penyerangan Putra Mahkota kehidupan si kembar lebih tentram. Tidak ada ketakutan yang biasanya mereka rasakan.

Seperti sebuah hadiah, keduanya tengah berjalan santai dengan penampilan seperti rakyat biasa. Tentu saja itu karena sihir, dan ada Caesar, Sean dan Richard yang ikut bersama mereka. Mereka berlima terlihat bahagia menikmati area pasar yang ramai akan pengunjung.

Sebenarnya ada satu tempat yang ingin mereka datangi tapi mereka jelas tau bahwa tempat itu terlalu berbahaya untuk bisa mereka datangi dengan santai. Tempat itu adalah tempat di mana barang-barang sihir berada dan sebenarnya itu juga karena keinginan Caesar yang tengah fokus pada tujuannya.

Dia yang sudah mendapatkan surat rekomendasi dari kepala Profesor membuat Caesar menjadi semangat. Dia akan menjadi penyihir menara yang mendapat surat rekomendasi. Jelas itu adalah sebuah prestasi yang sangat bagus dan Caesar merasa terhomat saat mendapatkannya.

Karena hal itu juga Caesar menjadi lebih banyak belajar tentang sihir dari pada soal politik. Sebagai rakyat biasa dia hanya ingin hidup seperti keinginannya. Si kembar menatap ke arah berbagai jajanan yang ada, keduanya berlari menuju ke sana mengabaikan ketiga pria yang mengikuti mereka.

"Ini enak..!" ucap Rimonda merasakan bagaimana rasa makanan yang masuk melewati mulutnya.

"Kau benar"

Caesar mendekat dan langsung mendapatkan suapan dari Rimonda yang menyuruh Caesar merasakan bagaimana enaknya makanan itu "bagaimana enak bukan?" tanya Rimonda memberikan beberapa pada Richard dan Sean yang menerimanya dengan baik.

Mereka berlima makan dengan lahap dan langsung berkeliling lagi sampai manik mereka menatap toko yang ingin di datangi Caesar. Toko tempat alat-alat sihir berada dan Caesar langsung mengajak mereka masuk walau mereka sedikit ragu.

Pintu di buka dengan ruangan yang penuh akan barang-barang yang asing di mata mereka. Caesar terlihat bersemangat menatap banyaknya alat-alat sihir yang dia inginkan "ternyata sangat banyak!"

Rimonda berjalan melewati berbagai rak yang terpenuhi oleh barang sihir, dia tidak sendiri melainkan bersama Ramon dan Sean yang tidak akan meninggalkannya. Manik Rimonda melihat sesuatu yang menarik perhatiannya.

Sebuah penjepit rambut yang terlihat begitu cantik, penjepit rambut berbetuk kupu-kupu berwarna ungu itu membuat Rimonda merasa ingin memilikinya. Tangan Rimonda bergerak meraih penjepit itu sebelum sebuah tangan menghentikannya.

"Apa yang kalian lakukan, barang ini bukan sesuatu yang bisa kalian sentuh begitu saja!!"

Seorang pria paruh baya itu terlihat marah dengan manik menatap tajam ke arah Rimonda yang terdiam. Sejak awal ide masuk ke tempat ini memang bukan ide yang bagus. Karena barang sihir memang akan melukai anak-anak yang tidak bisa mengendalikan sihir.

Dan dari rumor yang ada pemilik toko ini memiliki sikap sedikit buruk, walau begitu orang-orang tidak begitu peduli akan sikap orang itu karena barang-barang yang ada di tempat itu sangat bagus. Mereka bertiga menatap ke arah pria paruh baya itu dengan tatapan menilai.

Ternyata itu bukanlah rumor biasa dan si kembar saling bertatapan sebelum melihat Sean yang meminta maaf.

"Baiklah aku maafkan, tapi ada urusan apa kalian di sini? Kalian tau bukan tempat apa ini!?"

Pria paruh baya itu kembali mengatakan hal yang membuat si kembar kembali saling bertatapan sampai Caesar dan Richard datang "oh.. paman" ucap Caesar menyapa pria paruh baya itu yang terkejut saat melihat Caesar.

"Kau kenapa ada di sini?"

"Kenapa paman juga ada di sini?" Caesar mendekat menatap pria paruh baya itu yang terlihat masih terkejut.

"Aku kerjalah, kau sendiri kenapa ada di sini?"

Caesar mengangguk paham "karena aku ingin melihat barang sihir saja, paman memarahi temanku huh.."

Caesar menjawab dengan nada suara yang mulai di buat imut, jelas sekali Caesar dekat dengan paman itu. Dan yang lain hanya menatap mereka dengan rasa penasaran akan hubungan keduanya. Paman itu terlihat tertawa kecil sebelum mengucapakan maaaf pada Rimonda.

Rimonda hanya mengangguk paham dengan Caesar yang tersenyum lebar, keduanya mengobrol tanpa peduli pada mereka bertiga yang masih menunggu sampai Caesar melirik mereka dengan tatapan bersalah.

"Ah.. iya paman mereka ini teman-teman satu Akademiku dan paman ini adalah tetanggaku di desa" Caesar berucap memperkenalkan mereka dengan sebuah senyuman lebar.

"Oh.. iya, paman jika boleh aku ingin melihat barang-barang di sini" Caesar terlihat memohon menatap paman itu yang mengangguk setuju.

Mereka semua mengikuti paman itu dengan manik yang menatap setiap rak yang berjejer rapi di sisi kanan dan kiri mereka "jadi kau akan masuk ke menara sihir setelah lulus makanya kau ke sini"

Paman itu berucap melirik Caesar yang mengangguk setuju akan ucapan paman itu. Sebuah pintu kayu yang terlihat membuat mereka bertanya-tanya pintu apa itu, dan pria paruh baya itu langsung mengeluarkan kunci dan membuka pintu itu "sebenarnya ini ruangan yang dilarang untuk di masuki tapi karena itu kau aku akan mengijinkannya"

Pintu terbuka memperlihatkan sebuah rak yang berjejer rapi dengan sebuah meja kerja dengan berbagai macan alat-alat sihir. Mereka berlima terlihat kagum dan paman itu menyuruh mereka untuk melihat-lihat saja. Tentu karena alat sihir bukan barang yang bisa di sentuh dan di milik oleh orang umum.

"Sepertinya ada pelanggan, aku tinggal dulu" ucap paman itu sebelum pergi meninggalkan mereka.

Mereka berlima mulai berkeliling menatap semua alat sihir yang sangat berbeda dari yang ada di luar "wah.. ada alat pengecek mana" ucap Richard menatap sebuah bola besar yang menarik perhatiannya.

"Benar juga, kapan kita akan melakukan pengecekan mana?" sahut Ramon merasa penasaran karena sejak beberapa bulan sekolah masih belum ada pengecekan mana.

"Kalian tidak usah di cek mana juga pasti akan masuk kelas Diamond" ucap Caesar menatap sinis ada Ramon dan Rimonda yang terkekeh.

"Tapi aku juga penasaran dengan fungsi alat itu" sahut Rimonda mendekati Richard yang masih mengamati alat itu.

"Sepertinya ini berbeda dari yang ada di akademi" ucap Richard merasa bahwa alat itu sedikit berbeda.

"Tunggu..!!" sahut Sean mendekati alat sihir itu yang mirip dengan sesuatu yang tidak asing "itu bola sihir milik Kuil Suci" ucap Sean membuat mereka semua terkejut.

"Kenapa ada barang Kuil Suci di sini?" ucap Caesar menatap menilai akan bola itu.

Tangan Rimonda menyentuh bola itu dengan sebuah perasaan penasaran yang begitu besar.

'Ada yang aneh, aku yakin itu' ucap Rimonda pada Ramon.

Sebuah cahaya muncul dan mereka terkejut saat tiba-tiba saja Rimonda terjatuh dalam keadaan tidak sadarkan diri.

"Rimonda...!!"