Chereads / The Miracle of Death / Chapter 45 - The Reason We Have it

Chapter 45 - The Reason We Have it

Gelap, adalah satu hal yang terlihat oleh Rimonda saat ini. Manik ungunya berkedip, tidak ada apa pun di sana hanya gelap dan gelap yang menyelimuti dirinya sekarang. Rimonda mulai takut, tubuhnya mulai bergetar merasakan bagaimana rasa dingin itu berusaha menariknya.

Tubunya terasa begitu dingin dengan manik menatap sekeliling yang gelap, dia mencoba fokus karena dia yakin akan ada hal yang bisa dia dapatkan. Cukup lama dia menunggu tapi tidak ada hal apa pun yang menghampiri dirinya selain hawa dingin yang menusuk ke tulangnya.

Rimonda mencoba menghangatkan tubuhnya sendiri dan melangkah mendekati suatu gerakan aneh di balik kegelapan yang ada. Ini bukan sebuah ilusi dari ketakutannya tapi ini adalah kenyataan yang dia lihat. Sebuah cahaya muncul, walau kecil tapi mampu membuat Rimonda sadar akan satu hal.

Bahwa dia memang tidak salah menyentuh alat sihir itu sekarang, alat sihir yang kata Sean milik Kuil Suci. Walau dia tidak yakin tapi dia ingin memastikan satu hal, satu hal yang menganggu pikirannya sejak dia menatap bola sihir itu. Langkah kakinya dia pacu mendekati asal cahaya, sampai akhirnya dia bisa mendengar suara seseorang.

Suara yang berat dan begitu serak, seperti suara seseorang kakek tua. Dan betapa terkejutnya Rimonda saya ada kakek tua yang tengah bertengkar dengan pria muda yang sepertinya sudah memasuki usia dewasa. Manik Rimonda berkedip mencoba menatap lebih fokus lagi pada apa yang baru saja dia lihat.

"Sekarang apa yang akan anda lakukan?"

Pria muda itu menghela nafas dengan langkah mendekati meja dengan sebuah lilin yang menyala. Kegelapan yang di lihat Rimonda sirna dengan sebuah tempat seperti perpustakaan yang sekarang dia lihat. Meja dan dua orang itu terlihat jelas oleh manik Rimonda.

Tubuh Rimonda membeku menatap ke arah pria muda yang menyentuh bola sihir itu, bola sihir yang dia lihat di toko barang-barang sihir tadi "kau lihat kekuatanku mulai menghilang"

Pria muda itu mengadu dengan pandangan yang terlihat kesal "kau tau bukan jika aku tidak bisa bertahan lebih lama lagi"

Rimonda terkejut bukan karena bola sihir itu tapi pria yang tengah menyentuh bola sihir itu yang membuatnya terkejut. Wajah pria itu jelas tidak asing, dan Rimonda sangat tau siapa pria itu. Pria dengan rambut berwarna perak, lalu manik merah dan ungu yang dia miliki.

Dia adala Kaisar Pertama, anak yang menjadi ramalam di Kuil Suci yang akan menjadi penyelamat dunia. Tubuh Rimonda mulai bergetar, dia masih tidak bisa percaya akan apa yang dia lihat sekarang. Tapi dia harus fokus, bukan tanpa alasan dia berada di sini. Pasti ada satu alasan kenapa dia melihat semua ini.

"Saya tau, tapi anda tidak bisa memutuskan semuanya sendiri bagiamana dengan Dewi Devina yang masih menunggu anda" kakek tua itu menatap sopan pada pria muda yang Rimonda yakini sebagai Kaisar Pertama.

"Dia tidak ada hubungannya dengan ini, aku yang memilih untuk ikut campur di dunia ini dan aku tidak akan pernah melibatkan Devina hanya karena sihirku mulai melemah"

"Satu lagi! Aku tidak akan pernah menuruti keinginanmu. Aku di sini untuk menghentikan perang dan tugas itu akan selesai lima tahun lagi"

"Tapi anda akan musnah"

Raut wajah kakek tua itu terlihat gelisah dan khawatir pada Kaisar Pertama tapi pria muda itu seakan tidak peduli dengan kekhawatiran itu. Rimonda masih tidak paham akan apa yang dia dengar saat ini tapi dia masih bisa memahami sedikit dari pembicaraan mereka.

"Aku sudah di kutuk kau tau itu, dan aku tau itu. Kau hanya perlu menerima dan melakukan semua perintahku!"

"Baik saya mengerti Dewa"

Rimonda terkejut saat mendengar hal itu, dia tidak bisa mempercayai akan apa yang baru saja dia dengar sekarang. Tubuhnya mulai mundur merasakan bagaimana dinginnya tubuhnya sekarang. Ini bukan dingin biasa yang terjadi saat memasuki musim dingin.

Ini adalah bagian dari sebuah pengorbanan yang harus di lakukan seorang Dewa hanya karena menginginkan kedamaian. Hawa dingin ini menjelaskan bagaimana tersiksanya Dewa itu, Dewa yang menentang keinginan Tuhan adalah seorang pengkhianat.

Dan Rimonda hanya bisa terdiam dengan pandangan kosong merasakan sebuah takdirnya semakin terlihat jelas. Alasan dirinya di pertemukan seorang Dewi di hari kematiannya dengan kakaknya hari itu, itu semua pasti karena ini. Karena Dewi itu adalah Dewi Devina yang menunggunya kembali.

Rimonda tau ini hanya sebuah pemikiran kecil darinya tapi jika melihat situasi yang ada saat ini dan situasinya membuat Rimonda tidak bisa menutup mata. Jika nyatanya takdirnya terhubung oleh Kaisar Pertama yang ternyata seorang Dewa.

"Tapi saya memiliki satu permintaan pada anda"

Pria muda itu menoleh menatap ke arah kakek tua itu yang terus menunduk tidak berani menatap ke arah manik beda warna itu "saya ingin anda bahagia di saat terkahir anda"

Ucapan itu terdengar begitu tulus, sebuah ketulusan dari seseorang yang selalu membantu pria muda itu. Seorang Dewa yang begitu mengaharapkan sebuah kedamaian dari kehidupan manusia yang tidak ada hubungannya dengan dia.

"Aku tidak bisa berjanji karena kau lebih tau posisiku sekarang, besok aku akan melakukan pernikahan itu dan aku berharap kau datang" ucap pria muda itu dan langsung pergi meninggalkan ruangan yang mulai menujukkan sebuah perasaan kelabu.

Perasaan yang mulai menggelap dengan Rimonda yang mulai sadar, manik ungunya terbuka menatap Ramon yang menatapnya khawatir saat ini. Rimonda hanya diam menatap kosong akan apa yang dia lihat dan dia dengar saat ini. Rasanya kebenaran itu mampu membuatnya merasa begitu sesak.

"Monda, katakan sesuatu!"

Ramon mengguncang bahu Rimonda pelan berharap Rimonda mengatakan sesuatu tapi Rimonda malah menangis dengan sebuah tawa yang terdengar menyakitkan. Semua yang ada di sana langsung terdiam menatap bingung akan Rimonda yang menangis begitu keras.

Mereka berada di sebuah ruangan istirahat yang ada di toko alat sihir sekarang. Dan hanya ada mereka tanpa siapapun di sana, untung saja dan Ramon langsung bergerak memeluk tubuh Rimonda mencoba menenangkan adik kembarnya. Rimonda sendiri bingung harus menjelaskannya bagaimana.

Dia tidak tau apa Ramon bisa menerima jika mereka hanyalah sebuah pion untuk takdir yang mereka terima dari Dewi hari itu. Rimonda mendongak menatap ke manik Sean dan langsung menatap ke manik Ramon.

"Aku tau semuanya sekarang, alasan kita memiliki sihir Kaisar Pertama saat ini!"

Ramon terkejut menatap Rimonda yang menunjukkan keseriusan di maniknya, bukan hanya dia yang terkejut tapi yang lain juga dan Rimonda tidak peduli lagi jika ada yang tau.