Chereads / The Miracle of Death / Chapter 41 - Do Not Change

Chapter 41 - Do Not Change

Malam begitu sunyi, manik hijau emerald itu menatap ke arah sebuah jendela kamar yang tertutup rapat. Suasana yang sepi membuatnya tersenyum dan tidak lama sebuah elang berwarna hijau muncul di sebelahnya.

Pria itu langsung naik ke atas tubuh elang itu, mereka terbang menuju ke arah salah satu jendela yang menjadi tempat incarannya sejak tadi. Tangannya bergerak mengeluarkan sihir untuk membuka jendela, dan tidak perlu waktu lama jendela itu terbuka. Sebuah kamar dengan nuansa Eropa itu mulai membuatnya menyeringai.

Maniknya menatap ke arah seseorang yang berbaring di atas tempat tidurnya, elang itu menghilang dan pria itu langsung melangkah mendekati tempat tidur. Senyumannya mengembang menujukkan sebuah aura hitam yang begitu mengerikan. Sihir hijau itu bergerak cepat menuju ke arah tempat tidur.

Sampai sihir itu berhasil mengikat tubuh seorang gadis, gadis berambut perak dengan warna ungu itu terbangun menatap terkejut pada tubuhnya yang tidak bisa bergerak sama sekali. Maniknya menatap ke arah seseorang yang berdiri tidak jauh dari tempat tidurnya.

"Siapa kau!!" gadis itu berteriak menatap takut saat menyadari sihir yang mengikat tubuhnya.

Sihir yang tidak asing dan begitu familiar itu membuat gadis itu terdiam, ternyata ini adalah waktunya. Waktu yang sudah dia perkiraan selama ini, tangannya berusaha bergerak tapi sihir itu menekannya. Tubuhnya terasa begitu berat dengan angin yang berhembus kencang.

Kain penutup jendela bergerak acak dengan sinar bulan yang memasuki jendela yang terbuka itu. Dan gadis itu bisa melihat jelas seseorang dengan jubah hitam itu tersenyum miring padanya. Perasaan takut itu di gantikan sebuah senyuman merendahkan.

"Sepertinya kau ingin membunuhku sekarang?"

Gadis itu tersenyum menatap ke arah pria itu yang terlihat terkejut. Langkah kaki pria itu bergerak mendekati gadis itu yang langsung menatapnya tajam "kau tau?!"

"Kenapa tidak! Yang Mulia Putra Mahkota.."

Pria itu adalah Putra Mahkota, manik hijau emeraldnya jelas tidak bisa menipu siapapun. Manik yang menjadi ciri khas keluarga Kekaisaran yang tidak menjadi sebuah rahasia. Gadis itu menatap tenang ke arah manik hijau emerald itu lagi, tidak ada perasaan takut di manik ungunya.

"Kau harus mati!!" teriak Putra Mahkota dengan manik yang menatap tajam ke arah Rimonda.

Rimonda adik kandungnya yang akan menjadi penghalang baginya untuk naik tahta. Kali ini dia harus membunuhnya dengan benar, tidak boleh ada kesalahan lagi yang dia buat sekarang. Rimonda harus mati dan dia langsung mengendalikan sihirnya untuk segera mencekik leher Rimonda.

Rimonda melihatnya, jika di tanya takut maka jawabannya iya. Ingatan soal kejadian hari itu kembali hadir, di mana dirinya yang di jatuhkan di jurang membuat Rimonda takut. Maniknya menutup merasakan sesuatu yang bergerak melingkari lehernya.

Di mana keberanian yang dia tunjukan tadi, kenapa hanya ada ketakutan dengan manik tertutup rapat yang terlihat. Kenapa? Kenapa dia kembali lemah hanya karena kematian itu datang lagi padanya. Dia bisa mendengar suara tawa dari Putra Mahkota, suara tawa yang begitu mengerikan.

Apakah ini akhirnya, akhir yang tertunda untuknya dulu. Rimonda tersenyum tipis membayangkan wajah kakak kembarnya yang pasti akan sedih melihatnya terbujur kaku nanti. Jika memang dia akan mati sekarang, dia ingin mengucapkan satu kalimat pada kakaknya.

"Yang Mulia saya harap anda menyadari kesalahan anda"

Hanya itu yang di ucapkan Rimonda sampai Rimonda tidak bisa bernafas dengan baik. Tubuhnya menegang dengan manik terbuka lebar menatap manik hijau emerald itu, sekarang dia akan mati dan Rimonda hanya harus pasrah.

Sepertinya dia kembali lemah karena semua kejadian masa lalu itu datang padanya, dan Rimonda menyesali kelemahan sekarang. Jika saja dia bisa melawan, apakah dia bisa mencegah kematiannya. Nafasnya mulai terputus-putus dengan wajah yang mulai membiru.

'Maafkan aku kak'

Air matanya Rimonda jatuh membasahi kedua pipinya yang membiru. Tangannya berusaha bergerak tapi semuanya sia-sia, tubuhnya menegang sampai dia melihat tawa penuh kebahagiaan di wajah Putra Mahkota. Apakah kematiannya bisa membuat Putra Mahkota begitu bahagia.

Ternyata semuanya berakhir begitu saja, dia tidak akan bisa memenuhi janjinya dengan sang Dewi. Dia jelas akan mati saat ini dan Rimonda langsung tersenyum penuh akan rasa sakit.

'Selamat tinggal'

Tubuh Rimonda terjatuh dengan manik yang mulai tertutup perlahan, tidak ada tanda-tanda kehidupan. Semuanya sudah berakhir dan Putra Mahkota langsung tertawa senang akan apa yang baru saja dia lakukan. Sihirnya mulai menghilang di gantikan dengan tudung jubahnya yang terbuka karena angin.

Jendela kamar itu terbuka lebar dengan kain penutupnya yang bergerak tanpa arah, sinar bulan menyinari tubuh kaku Rimonda. Tidak ada lagi penghalang baginya, dia akan menaiki tahta dengan kabar kematian Rimonda nanti. Sekarang semua rasa sakitnya akan berakhir, dia akan meraih kebahagiaan itu.

Ya sebentar lagi, hanya perlu menunggu waktu..!

"Kau harusnya tidak pernah lahir! Kalian berdua harusnya tidak pernah ada di dunia ini!!"

"Apa kau tau bagaimana diriku yang harus bersikap seolah semuanya bukan apa-apa, karena kalian aku kehilangan semuanya. Ini semua karena kalian!!"

Maniknya membesar dengan tangan menujuk tubuh kaku Rimonda yang tenang.

"Karena kau!!"

Tubuhnya terjatuh dengan kedua tangan yang menyentuh pinggiran tempat tidur itu. Suara isakan terdengar begitu pilu, pelakunya adalah Putra Mahkota yang menangis sekarang. Dia tidak pernah mengharapkan hal seperti ini tapi demi kebahagiaan dia harus melakukannya.

Dia terus menangis dengan tangan yang menggenggam kuat kain selimut Rimonda, kenapa dia malah menangis seperti ini. Padahal dia sudah bertekad membunuh Rimonda sejak awal tapi kenapa sekarang dia malah menangis tanpa bisa menghentikannya.

Rasanya seperti ada yang membuatnya begitu terluka, apakah itu karena kematian adiknya. Adik kandungnya?

"Ini salahmu!! Jika kau tidak lahir mungkin kau tidak akan mendapatkan akhir seperti ini!!"

Manik hijau emeraldnya menatap ke arah tangan Rimonda, gerakan tangannya begitu pelan sampai dia bisa menggenggam tangan yang begitu dingin itu "kau akan tenang sekarang"

Maniknya kembali menutup sampai sebuah cahaya ungu memancar dari jantung Rimonda. Manik ungu itu terbuka memperlihatkan sebuah kehidupan, tangannya bisa merasakan sesuatu yang menggenggamnya kuat. Dan dia juga bisa mendengar suara tangisan di sana.

"Kakak.." ucap Rimonda pelan dengan harapan semua ini bukan mimpi.

Putra Mahkota langsung bangkit dengan manik terkejut dia mundur berharap apa yang lihat tidaklah nyata "kau.. masih hidup..!?"

Rimonda langsung duduk dengan tangan menyentuh lehernya yang terasa sakit "apakah kau akan membunuhku lagi?"

Rimonda hanya ingin memastikan bahwa ini akan berakhir baik atau tidak sama sekali "kau harusnya mati!!"

Ternyata benar, semua ini tidak bisa berubah begitu saja "aku mengerti"