Chereads / The Scent of Life (1) / Chapter 24 - BAB 23 HARAPAN ITU ADA

Chapter 24 - BAB 23 HARAPAN ITU ADA

Hyeo Jin mengendarai mobilnya menuju Hadong. Dia ingin menemui pamannya untuk urusan bisnis. Dia hanya tiga kali seumur hidup ke Hadong. Vila milik samchon* Seo Woo angker, itu kata pamannya, apalagi rumah di bagian belakang. Ketika masih anak-anak, dia tak berani ke rumah bagian belakang. Saat ini, ketika sudah dewasa, Hyeo Jin penasaran dengan rumah itu.

Hyeo Jin masuk ke dalam rumah disambut Nyonya Joo. Pamannya sedang di perjalanan menuju Hadong. Hyeo Jin diminta menunggu. Laki-laki itu jalan-jalan keliling rumah. Dia masih penasaran dengan rumah belakang. Apakah benar ada hantu di rumah itu seperti yang pamannya dulu pernah bilang.

Hyeo Jin mengendap-endap masuk halaman rumah, lalu memeriksa bagian belakang. Kondisi rumah terlihat sepi, tapi tamannya bersih dan terawat rapi, jauh dari kesan angker. Di belakang terdapat jemuran kain-kain seprai dan selimut. Ada seseorang sedang menata kain-kain itu. Angin kencang berhembus dan menyibak sebuah seprai yang sedang ditata, Hyeo Jin melihat sosok Hye Bin di balik seprai.

"Hye Bin!" sapa Hyeo Jin.

Hye Bin terkejut, lalu dia mengucek-ucek mata seakan tak percaya melihat sosok Hyeo Jin.

"Bos. Kenapa Anda di sini?" tanya Hye Bin.

"Ini rumah pamanku. Ooh ..., jadi kamu bekerja di sini," tanya Hyeo Jin seakan tak percaya.

"Ya, tapi jangan bilang siapa pun kalau saya ada di sini ya," mohon Hye Bin sambil menggosok-gosokkan kedua telapak tangannya.

Hyeo Jin tersenyum.

"Mau minum teh? Ayo masuk ke dalam," ajak Hye Bin sambil mengulas senyum.

Hyeo Jin mengiyakan, lalu mereka masuk ke dapur lewat pintu belakang. Hye Bin membuatkan teh untuk Hyeo Jin.

"Jadi, kau keponakan Tuan Kang? Aku baru tahu," ucap Hye Bin.

"Apa aku harus mengumumkan bahwa aku keponakan Tuan Kang Seo Woo tuan tanah di Hadong?" jawab Hyeo Jin.

Hye Bin tersenyum lalu menuangkan teh untuk Hyeo Jin.

"Aku ke vila ini hanya tiga kali saat masih kecil. Dan selama itu aku takut ke rumah bagian belakang ini. Ternyata saat aku dewasa tak ada yang mengerikan,"cerita Hyeo Jin lalu menyesap tehnya..

Hye Bin menaikkan alis, merasa aneh. Karena selama sebulan ini memang tidak ada yang aneh di rumah ini.

"Ada apa dengan rumah ini?" tanya Hye Bin.

"Entahlah, pamanku dulu pernah bilang kalau vila ini berhantu, terutama rumah belakang. Mungkin karena aku masih kecil dulu, jadi mudah dipengaruhi cerita-cerita seperti itu. Tapi kalau hantunya seperti kamu, aku mau saja tinggal di sini, hahaha ..." jawab Hyeo Jin sambil terkekeh.

Hye Bin ikut tertawa. Nyonya Joo masuk ke dapur sambil membawa koper. Hye Bin dan Hyeo Jin berdiri dari kursinya.

"Hye Bin, aku pamit dulu untuk pulang karena ibuku meninggal. Penggantiku datang nanti sore. Dia seorang Dokter. Aku harap selama kutinggal kamu bantu pelayan di rumah utama untuk menyambutnya dan mengurus rumah ini," ucap Nyonya Joo dengan nada sendu.

"Ya, Nyonya Joo, hati-hati di jalan," ucap Hye Bin di sambut lambaian tangan oleh Nyonya Joo.

"Oh ya, jangan lupa, kalau ambil barang di gudang, pintunya diganjal sesuatu dulu. Kalau tidak, nanti dia bisa tertutup dan tak bisa dibuka dari dalam," jelas Nyonya Joo, lalu keluar lewat pintu dapur. Hye Bin dan Hyeo Jin mengantar Nyonya Joo keluar rumah.

Gawai Hyeo Jin berbunyi. Dia mendapat telepon, ternyata pamannya sudah datang dan menunggunya di rumah utama. Hyeo Jin pamit pada Hye Bin, dan berjanji akan kembali. Hye Bin menganggukkan kepala, mengantar kepergian Hyeo Jin dengan seulas senyuman.

***

Hye Bin ke kamar Man Se, di situ ada Halmeoni sedang bersembahyang, lalu diambilnya sebuah buku kecil di atas meja dekat ranjang Man Se. Hye Bin menata selimut dan memeriksa denyut nadi Man Se.

"Apa itu, Halmeoni?" tanya Hye Bin.

"Al Quran," jawab Halmeoni singkat.

Halmeoni membaca kitab itu dengan suara merdu. Sepuluh menit berlalu terasa di perabaan Hye Bin denyut nadi Man Se semakin kencang. Di monitor alat deteksi gelombang otak ada pergerakan signifikan. Halmeoni berhenti membaca kitab. Gelombang otak Man Se datar kembali. Hye Bin merasa aneh. Apakah ada hubungan antara bacaan Halmeoni dengan keadaan Man Se?

"Halmeoni, coba baca lagi kitab Anda itu," pinta Hye Bin.

Halmeoni membaca lagi. Tiba-tiba gelombang otak Man Se di monitor mulai ada pergerakan signifikan. Lama kelamaan Man Se mengalami kejang yang membuat Halmeoni dan Hye Bin panik. Raut wajah Hye Bin mulai cemas.

"Halmeoni, jaga Nyonya, aku akan ke rumah utama memanggil Tuan Kang," seru Hye Bin bergegas keluar kamar.

***

Hye Bin berlari dengan panik ke rumah utama. Tanpa pikir panjang dia langsung membuka pintu dan memberitahu Tuan Kang bahwa istrinya mengalami kejang hebat. Dilihatnya Seo Woo dan Hyeo Jin sedang duduk mengobrol di ruang keluarga.

"Tuan ...Tuan ...ada sesuatu yang terjadi dengan Nyonya," ucap Hye Bin dengan nafas terengah karena habis berlarian dari rumah belakang.

Seo Woo terperanjat ketika mendengar laporan Hye Bin. Seo Woo dan Hyeo Jin pun bergegas ke rumah belakang. Tanda tanya besar di raut wajah Hyeo Jin. Siapa wanita istri samchonnya, karena selama ini dia tak pernah tahu samchonnya menikah.

Pada saat bersamaan masuk sebuah mobil ke halaman rumah. Sopir membukakan pintu untuk seseorang. Shahib bersama Dokter Hyun turun dari mobil. Mereka disambut pelayan rumah dan diantar ke rumah belakang.

***

Hye Bin membukakan pintu kamar dan Seo Woo segera mengambil suntikan penenang untuk Man Se. Semua menampakkan wajah khawatir, hanya Hyeo Jin saja yang terlihat syok di depan pintu melihat siapa "istri" pamannya. Setelah disuntik, Man Se kembali mulai tenang.

Tak lama kemudian Dokter Hyun dan Shahib masuk dan mengambil alih penanganan medis. Kang Seo Woo baru menyadari kehadiran Hyeo Jin. Ditatapnya keponakannya yang berdiri di depan pintu dengan wajah penuh tanya. Hyeo Jin langsung pergi, lalu duduk di ruang tamu.

Kang Seo Woo menyusul Hyeo Jin. Dia harus mengkonfirmasi tentang apa dan siapa yang barusan Hyeo Jin lihat. Dilihatnya Hyeo Jin duduk di sofa dengan raut wajah syok. Kang Seo Woo duduk di samping Hyeo Jin.

"Apa yang Paman lakukan pada perempuan itu? Mengapa dia bersamamu di saat papa mencarinya selama ini? Mengapa?" tanya Hyeo Jin.

"Hyeo Jin, aku hanya ingin melindunginya. Aku tahu mereka saling mencintai, tapi takdir tak bepihak pada mereka. Dia berusaha bunuh diri ketika ayahmu menikah dengan Hong Sun Hwa, ibumu. Syukur dia masih hidup setelah peristiwa itu. Kondisinya sangat mengenaskan. Dia koma selama ini, seakan enggan untuk bangun. Perempuan malang, aku harap kau tidak menceritakan semua ini pada ayahmu," cerita Kang Seo Woo.

"Tapi, sampai kapan? Papa akan tetap mencarinya sampai ketemu baik hidup atau mati," ujar Hyeo Jin.

"Ada saatnya nanti pasti terbuka semua ini, tapi aku berharap tidak sekarang," ucap Kang Seo Woo sambil menghela napas.

"Baiklah, aku akan menjaga rahasia ini." Hyeo Jin memaklumi lalu menundukkan kepala.

Kang Seo Woo tersenyum lega sambil menatap keponakannya.

***

Dokter Hyun berdiri di samping ranjang Man Se. Dia baru kali ini menemui kasus seperti yang terjadi pada Man Se. Hye Bin, Halmeoni dan Shahib memandang dengan penuh iba pada perempuan yang sedang terbaring di depan mereka.

"Apa yang terjadi?" tanya Dokter Hyun pada ibunya.

"Alat deteksi gelombang otaknya bergerak signifikan ketika aku membaca Al Quran di sampingnya. Baru kubacakan sekitar sepuluh menit, tiba-tiba tubuhnya mengejang," terang Halmeoni.

Dokter Hyun mengerutkan dahi memperkirakan diagnosis apa yang tepat. Apa yang membuat Man Se bereaksi? padahal selama dua puluh tahun tahun, Dokter-Dokter sebelumnya angkat tangan dan hanya membantu menjaga kondisi Man Se untuk tetap hidup. Suatu keajaiban terjadi, ada reaksi dari tubuh dan gelombang otak Man Se saat dibacakan Al Quran.

"Kupikir ini hal yang positif," ucap Dokter Hyun.

"Aaah, syukurlah kalau itu bagus untuk Nyonya," ucap Halmeoni bersyukur kalau yang terjadi adalah hal positif.

"Dokter, apakah boleh saya menyampaikan saran? Tentang Quranic Healing. Apakah Anda pernah mendengar hal itu sebelumnya?" tanya Shahib pada Dokter Hyun.

"Ya ...ya ...tentu saja. Aku pernah mendengar hal itu, tapi aku belum pernah melihat faktanya secara riil," jawab Dokter Hyun.

"Selama ini pengobatan dengan menggunakan ayat-ayat Al Quran memang masih dipandang sebelah mata oleh dunia medis. Apakah Anda berkenan jika kita melakukannya pada Nyonya? Aku pikir, penyakit Nyonya tak hanya sekedar sakit secara fisik, tapi juga ada faktor yang lain," terang Shahib.

Semuanya terkejut dengan diagnosis Shahib. Dokter Hyun mengerutkan dahinya lalu mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Aku tak pernah punya pengalaman untuk itu. Apakah kau bisa melakukannya? Kita coba," jawab Dokter Hyun.

"Apakah tak kan terjadi apa-apa? Mengingat dia seorang non muslim?" tanya Halmeoni pada Dokter Hyun.

"Kita coba, Ma. Setidaknya untuk memancing gelombang otaknya bereaksi kembali. Shahib, aku serahkan padamu untuk hal ini," terang Dokter Hyun.

Halmeoni menganggukkan kepala. Hye Bin hanya diam mengikuti pembicaraan mereka. Dia baru tahu kalau apa yang dibaca Halmeoni bisa menyembuhkan orang. Hal ini akan menjadi sesuatu yang menarik.

Shahib meneguhkan hatinya mencoba untuk melakukan pengobatan dengan menggunakan ayat-ayat Al Quran. Dia tahu efek dan konsekuensinya. Shahib pikir, perempuan yang terbaring di depannya saat ini terkena sihir pengunci. Secara medis sudah tak ada jejak luka setelah peristiwa jatuh dari gedung dua puluh tahun yang lalu. Kondisi vitalnya juga berfungsi, hanya saja, otaknya tak bereaksi sama sekali.

Dokter Hyun meminta Shahib dan Halmeoni untuk membacakan Al Quran setiap hari di samping Man Se, siapa tahu bisa merangsang gelombang otak dan memicu kesadarannya kembali. Shahib bersedia melakukannya.

Dokter Hyun pamit keluar kamar untuk menemui Seo Woo dan Hyeo Jin di ruang tamu. Ia menceritakan pada mereka bahwa itu hal yang bagus, dan ada kemungkinan Man Se bisa segera sadarkan diri. Kang Seo Woo dan Hyeo Jin tersenyum dan merasa lega. Dokter Hyun menyampaikan bahwa Shahib yang akan menggantikan Nyonya Joo untuk mendampingi Man Se. Seo Woo menyetujuinya.

* paman